Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tak Ada Jaminan Pemenang Debat Memenangi Pilpres

25 Januari 2019   14:56 Diperbarui: 25 Januari 2019   15:06 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari hasil debat pertama calon Presiden-Wakil Presiden yang terselenggara pada Kamis Malam, 17 Januari 2019, ternyata forum yang kita tunggu-tunggu tersebut bisa dikatakan sangat mengecewakan. Dalam debat yang disiarkan oleh banyak stasiun televisi tersebut, terlihat debat yang terjadi berlangsung datar, landau, dan tak mempunyai greget. Tema yang ada tak tereksplorasi sehingga tak ada yang baru dalam debat itu.

Dalam forum tanya jawab pun seolah-olah jawaban yang disampaikan juga datar-datar saja sehingga dalam durasi yang ada, debat Pemilu Presiden Tahun 2019, meski baru putaran pertama diadakan, kalah menarik dengan debat Pemilu Presiden tahun 2004, 2009, dan 2014.

Justru yang ramai adalah debat para pendukung kedua pasangan. Di saat pasangan yang didukung tengah berdebat atau di sela-sela iklan yang menjedakan acara itu, para pendukung sudah sibuk melontarkan pujian kepada calon yang didukung dan mem-bully pasangan yang tidak disukai. 

Pastinya apa yang disampaikan oleh para pendukung lebih banyak dilandasi subjektifitas dan faktor suka-tak suka sehingga yang ramai di media sosial itu seperti debat kusir, tak karuan argumennya, hingga isi yang ada menjadi sampah yang mengotori ruang publik.

Publik sepertinya ingin melihat forum itu seperti tempat adu gagasan yang dibangun dengan kepiawaian menyampaikan masalah-masalah yang ada seperti memberikan solusi-solusi yang dibutuhkan dan menjanjikan masa depan yang lebih baik. Publik ingin juga tahu bahwa kandidat yang didukung mampu menguasai panggung, lihai dalam orasi, dan cerdas menangkal balik sanggahan. 

Dari sinilah membuktikan bahwa sosok yang didukung benar-benar berkualitas. Masyarakat kecewa dengan debat yang ada bisa jadi mereka membandingkan dengan debat calon Presiden di negara yang maju demokrasinya, seperti Amerika Serikat misalnya, di mana calon Presiden yang maju benar-benar terlihat piawai dalam bahasa tubuh maupun penguasaan materi.

Forum debat calon Presiden itu menjadi tak menarik, kaku, dan datar karena bisa jadi akibat kesepakatan yang sudah diatur oleh KPU dan tim atau badan kampanye pasangan calon yang ada. Sebagaimana diketahui, sebelum debat dilaksanakan, di media masssa sudah ramai terjadi perdebatan apakah acara itu perlu digelar apa tidak. 

Mereka, KPU dan tim kampanye kedua pasangan, pun membahas teknisnya sehingga dari hasil pertemuan itu membuat KPU mengatakan, "lembaganya tidak ingin ada pasangan calon yang dipermalukan". Bisa saja ada yang dipermalukan bila debat yang diselenggarakan mengacu pada debat calon Presiden yang sudah-sudah.

Bila tidak disepakati kesepakatan baru dalam penyelenggaraan debat maka acara itu dikhawatirkan menjadi forum yang lepas sehingga pasangan yang ada akan melakukan pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan pedas sehingga di antara mereka ada yang tersudut dan tak bisa menjawab. Akibatnya ya seperti kekhawatiran KPU, ada pasangan yang marwahnya jatuh.

Untuk itulah agar debat tak menjadi ajang saling menjatuhkan maka 'soal ujian dibocorkan' sehingga karena sudah tahu soalnya maka ada pasangan yang menyampaikan jawaban dan atau penyampaian visi dan misinya lewat teks.

Kemauan KPU itu sepertinya juga diiyakan oleh tim kampanye. Tim kampanye kedua pasangan mendukung agar debat tidak menjadi ajang saling menjatuhkan sebab diakui acara debat mempunyai beberapa akibat dan dampak, seperti, pertama, debat sangat berpengaruh naik-turunnya elektabilitas sehingga pasangan yang ada diatur, dibisiki, dan di-setting oleh tim kampanye agar hati-hati saat menyampaikan paparan dan menjawab pertanyaan. 

Untuk itu mereka sebelum hadir dalam acara itu, dilatih atau melatih diri untuk menguasai soal, mampu menjawab pertanyaan, dan cara menyampaikan tutur kata (orasi). 

Tak hanya itu, dari segi pakaian, bahasa tubuh, saat di panggung, semua yang ada itu sudah disiapkan oleh tim kampanye sehingga dari sini saja mereka sudah tak natural. Bisa jadi mereka mempunyai prinsip, lebih baik diam atau tak banyak bicara asal elektabilitas tak turun gara-gara kesalahan dalam acara itu. Sehingga peluang debat yang seharusnya bisa digunakan untuk menaikan elektabilitas tak mereka gunakan.

Kedua, harus diakui kedua pasangan memiliki masalah, baik pada masa lalunya maupun masa sekarang sehingga tim kampanye ingin masalah itu tak dibuka, diobral, dan diperdebatkan dalam forum yang disaksikan oleh puluhan juta rakyat Indonesia. 

Bila masalah yang ada terungkap maka bisa menurunkan marwah hingga menjatuhkan elektabilitas yang sudah dimiliki. Agar masalah itu tak terungkap membuat semua memilih 'main aman' dengan setuju apa yang dikatakan KPU tadi, tidak ingin ada pasangan yang merasa dipermalukan.

Ketiga, debat kali ini berlangsung datar bisa jadi ya karena baru pertama sehingga masing-masing tim kampanye masih wait and see, melihat apa yang terjadi. 

Selepas debat pertama, pastinya tim kampanye akan mengevaluasi kekurangan yang ada, mana-mana yang perlu diperbaiki oleh pasangan yang ada, guna dalam debat selanjutnya pasangan mereka lebih baik, bertaji, bahkan bisa menjatuhkan lawan tanpa melukai. Pastinya debat kedua akan lebih baik, tensinya akan lebih tinggi daripada debat sebelumnya.

Debat calon Presiden dari masa ke masa memang yang menang atau menguasai panggung tidak ada jaminan untuk memenangi Pemilu namun dengan berdebat yang mampu memberi solusi atas permasalahan yang ada serta mempunyai gagasan ke depan yang lebih menjanjikan dan membawa perubahan, merupakan salah satu edukasi politik yang positif yang bisa membawa demokrasi kita berkualitas bukan seremonial.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun