Semakin tak terkendalinya pembelian kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, ditambah dengan lambannya pembangunan infrastruktur jalan, membuat ruas jalan di berbagai kota dan penghubungnya menjadi tempat yang tidak nyaman, melelahkan, membosankan, dan buang-buang waktu bagi penggunanya. Hal demikian bisa terjadi sebab kendaraan roda dua dan roda empat tumpah ruah di jalan sehingga menimbulkan kemacetan yang berkepanjangan.
Kemacetan yang terjadi membuat jarak tempuh yang dahulunya bisa dilalui sekitar 2 jam, membengkak empat jam bahkan lebih. Semakin macet mengular, jarak tempuhnya semakin lama. Contohnya dahulu jarak Jakarta-Bandung lewat Tol Cikampek dan Cipularang hanya memakan waktu 2 jam, sekarang sebab macet di Tol ruas Bekasi dan Karawang dan masuk ke Tol Pausteur, Bandung, perjalanan ditempuh bisa menjadi empat jam bahkan lebih. Masih bisa menempuh perjalanan Jakarta-Bandung selama 2 jam namun itu harus dilakukan pada jam perjalanan di atas 23.00 hingga 04.00. Jam-jama seperti ini merupakan jam di mana orang tidur atau tak beraktivitas.
Kejadian yang demikian tidak hanya di jalan tol menuju ke Bandung dari Jakarta namun juga di ruas-ruas jalan yang lain, termasuk perjalanan dari Kota Padang menuju ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat, yang sebelumnya bisa ditempuh dua jam sekarang melar sekitar 4 jam, dengan problem yang sama, membludagnya jumlah kendaraan roda empat.
Ruas-ruas jalan baik jalan tol maupun non-tol semakin parah dan menyedihkan apalagi di Hari Raya Idul Fitri atau hari libur nasional yang panjang, seperti Tahun Baru.
Dari kemacetan yang terjadi dan sampai saat ini berusaha untuk terus diuraikan dan diselesaikan oleh pemerintah, timbul alternatif dari masyarakat untuk mencari moda transportasi yang aman, nyaman, tepat waktu, cepat, dan biaya yang terjangkau oleh masyarakat. Dari moda transportasi seperti itu, ada beberapa pilihan yakni kereta api, pesawat terbang, dan kapal laut.
Namun akhirnya masyarakat memeras lagi pikirannya hingga dirasa yang paling pas dan tepat adalah kereta api. Kita harus jujur ada sebagaian masyarakat yang takut dengan ketinggian, hypherphobia, sehingga mereka tidak mau naik pesawat terbang. Kemudian kalau memilih naik kapal laut, ada juga yang takut dengan gelombang tinggi, di samping jarak tempuh melalui laut dirasa sangat lama. Jakarta-Makassar bisa lebih dari 24 jam.
Di samping hypherphobia, harga tiket pesawat dirasa mahal apalagi di saat jam-jam padat penerbangan seperti saat Hari Raya Idul Fitri atau tahun baru.
Memilih kereta api untuk perjalanan antarkota antarprovinsi bahkan kalau di negara Eropa dan Malaysia-Thailand, bisa antarnegara, merupakan pilihan yang sangat tepat. Di Indonesia memilih naik kereta api merupakan solusi yang paling benar. Dengan naik kereta api, waktu yang kita tempuh sesuai dengan waktu yang diprakirakan. Bila kita naik kereta jurusan Jakarta-Semarang maka jam perjalanan sesuai dengan apa yang tertera dalam tiket.
Jarak tempuh bisa tepat waktu karena kereta api memiliki jalan sendiri, tak berbagi dengan moda transportasi lainnya, sehingga tak boleh ada jenis kendaraan lain berada di jalur kereta api. Ini diatur dalam undang-undang sehingga jalan kereta api ada hukumnya.
Dari sinilah maka kereta api transportasi bebas hambatan bahkan diutamakan, seperti yang tertera dalam undang-undang. Hal demikian membuat kereta api bisa bebas bergerak sesuai dengan kecepatan yang ditentukan. Beda dengan bila naik bus atau kendaraan roda empat. Di setiap pertigaan, perempatan, atau jalur lurus, ada saja hambatan yang terjadi. Hambatan itu bisa traffic light, laju kendaraan di depan yang tak sama, dan faktor manusia di sekitarnya, seperti pasar.
Ketika PT. KAI di bawah pimpinan Ignasius Jonan, manajemen PT. KAI melakukan perubahan yang revolusioner. Stasiun-stasiun yang dulunya kumuh, banyak pedagang kaki lima, ditata sehingga menjadi sebuah stasiun yang nyaman, bersih, dan tertib. Pun demikian kereta api, gerbongnya menjadi lebih manusiawi. Aturan soal penumpang pun diperketat.Â
Dulu banyak penumpang gelap namun sekarang hal yang demikian tak bisa terjadi. Semua penumpang harus membeli tiket resmi dan tiket harus sesuai dengan nama penumpang, pemeriksaan dilakukan saat masuk stasiun di mana pemilik tiket harus bisa menunjukan identitasnya sesuai KTP, SIM, passport, atau tanda pengenal lainnya. Pun sekarang orang tidak bisa sembunyi-sembunyi apalagi terus terang merokok dalam gerbong. Mereka yang berani melakukan yang demikian, akan diturunkan di stasiun terdekat dan itu sudah terjadi.
Manajemen Jonan ini diteruskan dan dipertahankan oleh Direktur Utama PT. KAI selanjutnya sehingga moda transportasi milik pemerintah ini dari waktu ke waktu semakin diminati oleh masyarakat. Bila ada perusahaan transportasi bangkrut atau gulung tikar, hal demikian tidak terjadi pada kereta api. Ini bisa terjadi bukan karena PT.KAI milik pemerintah namun karena penumpang yang mengalir terus ke stasiun untuk naik kereta api.
Sebagai moda transportasi yang mulai digemari, diminati, dan dilirik oleh masyarakat maka PT. KAI harus meningkatkan pelayanan yang ada. Dan usaha meningkatkan pelayanan sepertinya hendak dilakukan oleh PT.KAI, seperti rencana pembangunan kereta cepat jurusan Jakarta-Bandung dan Jakarta-Surabaya.
Meski kita akui transportasi kereta api di Indonesia saat ini bagus, nyaman, dan harga terjangkau namun dari segi modernisasi kereta api, kita ketinggalan dengan negara-negara Eropa, Jepang, dan China. Kalau kita lihat, lokomotif di Indonesia dan di negara-negara maju, bedanya banget. Lokomotif kita terbilang sudah ketinggalan jaman atau masuk museum bila di Eropa, Jepang, atau China. Di negara-negara maju, lokomotifnya sudah seperti bentuk pesawat terbang tempur, jet.
Dengan adanya pembangunan kereta cepat maka pergerakan kereta api di Indonesia akan lebih kilat dibanding sebelumnya. Dari sinilah maka kereta api akan semakin diminati oleh masyarakat. Dari simulasi naik pesawat terbang dengan kereta cepat, dihitung dari rumah, waktu tunggu di bandara, hingga penerbangan, sepertinya naik kereta cepat lebih efisien.
Orang-orang Eropa disebut cenderung menggunakan kereta api (train) sebab selain jarak tempuh yang kilat, juga dikatakan naik kereta lebih nyaman, aman, dan terhindar dari hypherphobia.
Bila PT. KAI bisa menjaga, mempertahankan, dan meneruskan budaya kerja seperti yang ditanamkan Jonan serta sukses melakukan modernisasi teknologi kereta api maka PT. KAI tidak kalah dengan Deutsche Bahn (DB), perusahaan kereta api milik Jerman; atau Socit Nationale des Chemins de fer Franais (SCNF), perusahaan kereta api milik Perancis. Saya pernah naik kereta yang dikelola dua perusahaan itu dari Regensburg-Bremen (Jerman) dan Paris (Perancis) -- Frankfurt (Jerman). Naik kereta cepat ICE dan TGV yang dikelolanya sangat nikmat, tepat waktu, nyaman, aman, dan menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H