Sebaliknya, ketertutupan itulah yang membuat mampetnya saluran curhat anggotanya bila tertimpa masalah. Bila dalam keluarga tertutup dalam berkomunikasi maka salah satu anggotanya itu akan menyampaikan masalahnya pada orang lain. Kalau jaman sebelum ada media sosial akan menyampaikan masalahnya pada tetangga, rasan-rasan. Nah, kalau jaman sekarang menumpahkannya di media sosial.
Bila saat ini banyak terjadi caci maki hal demikian menunjukan ada problem yang serius di masyarakat pada keluarga-keluarga, meski tidak semua. Akibat problem yang demikian maka media sosial akan menjadi perangkap bagi pengguna akibat kesalahannya. Kesalahannya tidak hanya membuat ia bisa dikenai sanksi hukum negara namun juga bisa terkena sanksi sosial, dikucilkan. Beberapa mahasiswa yang membully seorang mahasiswa berkebutuhan khusus di sebuah kampus, ia tidak hanya dikenai sanksi hukum negara namun juga bisa terkena hukum dari pihak rektorat dan sanksi sosial dari masyarakat. Saat ini anak-anak muda sering melanggar hukum dan etika akibat statusnya di media sosial. Anak-anak itu bisa jadi korban dari salah dan buruknya komunikasi di keluarga. Mereka terperangkap dalam media sosial yang disalahgunakan. Â
Untuk itu di sini pentingnya komunikasi yang baik dan terbuka di keluarga. Keluarga tak sekadar membuka komunikasi yang harmonis dan terbuka namun juga mengingatkan pentingnya sikap hati-hati dalam mengunggah status di media sosial. Diingatkan bahwa media sosial bukan media yang tertutup namun merupakan sebuah media yang terbuka, satu status bisa dibaca dan direspon oleh jutaan orang.