Selepas passport seluruh penumpang sudah distempel oleh imigrasi Malaysia, bus pun melanjutkan perjalanan. Lepas dari area perbatasan di Tebedu, Malaysia, suasananya berbeda jauh dengan Indonesia. Bila di Indonesia, Kalimantan Barat, banyak jalan yang rusak, bergelombang, dan sempit, maka hal yang demikian tak terlihat di Sarawak. Jalan di sana baik dan mulus serta di kanan kiri jalan rerumputan atau pepohonan yang terawat.
Pun demikian bila kita melihat di kanan kiri jalan di Kalimantan banyak rumah yang tak layak huni, hal demikian tak terlihat di Sarawak. Apakah di Malaysia tak ada kemiskinan? Ada tapi hal yang demikian disembunyikan oleh pemerintah negeri tersebut. Penduduk di sana tidak boleh membangun rumah di pinggir jalan, kalaupun boleh harus dengan standard atau syarat tertentu.
Itulah perbedaan yang kontras yang diakui oleh orang Indonesia sendiri saat membandingkan kedua negara dalam perjalanan Pontianak-Kuching. Memasuki kota Kuching suasana lebih beda lagi. Di sana jalan-jalan lebar bahkan mirip jalan tol. Kendaraan yang melintas pun tak padat sehingga arus lalu lintas menjadi lancar hingga Kuching Sentral, sebuah tempat yang memadukan pusat perbelanjaan dan terminal bus antarbangsa, Indonesia, Malaysia, dan Brunai Darussalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H