Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kontrasnya Pembangunan Dilihat dari Pontianak dan Kuching

4 Januari 2017   15:04 Diperbarui: 4 April 2017   17:26 2627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pos Perbatasan Indonesia di Entikong Kalimantan Barat
Pos Perbatasan Indonesia di Entikong Kalimantan Barat
Lepas dari imigrasi Indonesia yang cepat dan tak ada antrian, memasuki pos perbatasan Tebedu, Malaysia, kantor imigrasinya terlihat suram. Bisa jadi bangunan itu diresmikan pada tahun 1991, sudah 16 tahun, diresmikan oleh NajibTun Razak yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan, sekarang ia Perdana Menteri Malaysia. Suasana suram bertambah pekat ketika orang-orang yang bersliweran tak jelas apa kerja mereka. Rupanya di sinilah apa yang dikatakan crew bus tadi, banyak calo. Ya mereka menawarkan bantuan kepada orang yang hendak melintasi pos perbatasan Malaysia dengan cara yang cepat dan tak berbelit-belit. Bila tak mau antri di bagian imigrasi, bisa lewat calo. Antrian di imigrasi ini mengular saat saya alami.

Antri di Pos Perbatasan Malaysia di Tebedu Sarawak
Antri di Pos Perbatasan Malaysia di Tebedu Sarawak
Entahlan mengapa praktek percaloan yang demikian masih ada. Apalagi terlihat ada calo yang berbincang langsung dengan petugas imigrasi Malaysia. Meski demikian, masyarakat yang bersliweran di area perbatasan itu tak semua calo, ada di antara mereka penjual makanan, money changer, dan penjual nomer telepon Malaysia. Mereka menggunakan kesempatan yang ada untuk berdagang.

Selepas passport seluruh penumpang sudah distempel oleh imigrasi Malaysia, bus pun melanjutkan perjalanan. Lepas dari area perbatasan di Tebedu, Malaysia, suasananya berbeda jauh dengan Indonesia. Bila di Indonesia, Kalimantan Barat, banyak jalan yang rusak, bergelombang, dan sempit, maka hal yang demikian tak terlihat di Sarawak. Jalan di sana baik dan mulus serta di kanan kiri jalan rerumputan atau pepohonan yang terawat.

Pun demikian bila kita melihat di kanan kiri jalan di Kalimantan banyak rumah yang tak layak huni, hal demikian tak terlihat di Sarawak. Apakah di Malaysia tak ada kemiskinan? Ada tapi hal yang demikian disembunyikan oleh pemerintah negeri tersebut. Penduduk di sana tidak boleh membangun rumah di pinggir jalan, kalaupun boleh harus dengan standard atau syarat tertentu.

Itulah perbedaan yang kontras yang diakui oleh orang Indonesia sendiri saat membandingkan kedua negara dalam perjalanan Pontianak-Kuching. Memasuki kota Kuching suasana lebih beda lagi. Di sana jalan-jalan lebar bahkan mirip jalan tol. Kendaraan yang melintas pun tak padat sehingga arus lalu lintas menjadi lancar hingga Kuching Sentral, sebuah tempat yang memadukan pusat perbelanjaan dan terminal bus antarbangsa, Indonesia, Malaysia, dan Brunai Darussalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun