Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Inilah 4 Penyebab Munculnya Partai Baru Jelang Pemilu

1 Juli 2016   09:09 Diperbarui: 1 Juli 2016   13:50 1701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi partai politik baru. (KOMPAS/DIDIE SW)

Ketiga,semua ingin menjadi ketua umum partai. Hasrat dan syahwat seorang politisi yang ingin menjadi ketua umum atau orang nomer satu di partai juga menjadi bukti bahwa hal demikian bisa melahirkan partai baru. Selepas nunas, kongres, konvensi atau kegiatan semacamnya di sebuah partai, biasanya akan lahir partai baru. Lihat saja selepas Konvensi Golkar tahun 2004 dan Munas Golkar Riau, lahirlah Partai Hanura, Nasdem, dan Gerindra.

Sifat manusia yang ingin menjadi penguasa seperti inilah yang bisa membiakkan jumlah partai politik. Banyak partai di Pemilu 1995 dan Pemilu di masa era reformasi, salah satunya semua orang ingin menjadi ketua umum partai.

Keempat, nafsu berkuasa. Dari semua paparan di atas, orang mendirikan partai intinya adalah ingin berkuasa. Syarat harus mempergunakan partai bila ingin ikut pesta demokrasi, sebagai jalan untuk merebut atau mendapat kekuasaan, maka orang-orang pada membuat partai politik. Meski ada jalan independent hal demikian dirasa lebih merepotkan. 

PIKA lahir pastinya ada sebuah keinginan entah dari Joko Widodo sendiri atau pendukungnya untuk tetap berkuasa. Partai yang di tahun 2014 mendukung dirinya, di tahun 2019 belum tentu akan menyokongnya lagi. Untuk itulah maka dibuatlah PIKA sebagai jalan untuk tetap berkuasa.

Dengan paparan keempat hal di atas, dinamika positif dan dampak negatif perpolitikan yang terjadi di Indonesia akan terus membiakkan partai. Kondisi ini bisa menyebabkan satu orang membikin satu partai untuk memuaskan naluri politiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun