Suatu hari saya harus kembali ke Frankfurt, Jerman, setelah 3 malam berada di Paris, Perancis. Pada pagi hari di mana Kota Paris masih remang-remang, saya diantar teman yang kuliah di Sorbone menuju Stasiun Metro Porte de Clignancourt. Sisa 1 tiket kereta dari 10 yang saya beli sebelumnya saya gunakan untuk bisa masuk ke stasiun metro. Teman saya rupanya bisa memprediksi berapa tiket yang harus saya bisa beli untuk keliling Paris.
Setelah menunggu, kereta yang akan membawa para penumpang bergerak dari Porte de Clignancourt. Di dalam kereta penuh penumpang yang hendak bepergian pada pagi itu. Di dalam kereta kita bisa melihat bahwa penduduk Paris multiras, ada Afrika, Timur Tengah, Asia Timur, dan bangsa Eropa sendiri.
Pagi itu di dalam kereta ada razia tiket, setiap penumpang diperiksa. Syukur saya memiliki tiket yang masih berlaku dan asli. Di Paris banyak warga yang suka melompat pintu otomatis masuk ke dalam metro.Â
Entah mengapa mereka melakukan demikian, yang pasti mereka sepertinya tak mau bayar. Nah pada pagi itu ada seorang wanita keturunan Afrika, dengan ciri berkulit gelap dan berambut keriting, terjaring razia.Â
Oleh petugas ia terkena surat denda dengan demikian ia harus membayar denda itu lewat bank. Bila tidak membayar denda, ia akan bermasalah dengan hukum.
Setelah melalui beberapa stasiun, akhirnya kereta tiba di Gare de l'Est sebuah stasiun besar yang menghubungkan Perancis dengan negara di wilayah bagian timur seperti Jerman.Â
Tiba di stasiun itu, jam keberangkatan kereta masih sekitar 1 jam lagi. sambil menunggu kereta datang pada jalurnya, saya dengan teman tadi menikmati kopi pagi di Starbuck yang berada tak jauh dari jalu-jalur kereta.
Di saat saya menikmati kopi, saya melihat beberapa polisi Perancis yang berseragam biru tengah berdiri tak jauh dari jalur kereta tujuan Paris-Strasbourg.Â
Di tengah senyuman di saat bicara, polisi itu terlihat serius. Mereka sepertinya menunggu rekan polisi yang lainnya. Setelah jumlah polisi dirasa cukup dan kereta jurusan Paris-Strasbourg hendak berangkat, beberapa polisi itu selanjutnya bergerak menuju kereta itu.
Saya tidak tahu apa yang mereka kerjakan dan lakukan. Tak lama kemudian, polisi-polisi tadi terlihat kembali. Saya menjadi kaget sebab mereka membawa dua pemuda Afrika, dengan ciri kulit gelap.Â
Sepertinya polisi itu menciduk dua pemuda itu yang hendak menuju Strasbourg. Entah apa yang menyebabkan dua pemuda itu dibawa oleh polisi, apakah karena kejahatan narkoba atau lainnya, entahlah.
Oh Paris, ternyata di sana banyak kriminalitas dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh kaum imigrant. Apa yang terjadi di Paris saat ini juga menimpa banyak negara di Eropa terutama Jerman. Akibat Perang Suriah yang tak usai, membuat jutaan orang Suriah dan diboncengi oleh orang-orang Irak dan Afghanistan, mengungsi ke Eropa.Â
Maraknya pengungsi tersebut selain membuat beban negara Eropa juga membuat kaum pendatang di benua putih itu semakin bertambah. Sebelumnya ribuan orang Turki telah membanjir Jerman selepas Perang Dunia II.
Kriminalitas di Paris yang dilakukan oleh kaum imigran juga terjadi di Jerman. Sekelompok kaum imigran yang berasal dari Timur Tengah disebut melakukan pelecehan seksual dalam sebuah acara di salah satu kota di Jerman. Perlakuan kaum imigran yang demikian menimbulkan kebencian dan ada upaya untuk mengusir mereka.
Apa yang menyebabkan kaum imigran itu tak mempunyai adab, apakah mereka tidak mempunyai pekerjaan, didiskriminasi? Bila demikian apakah kehadiran mereka di negara Eropa menjadi sampah dan tidak berguna?
Bisa jadi banyak kaum imigran yang bertindak kriminal dan itu harus menjadi pekerjaan semua untuk meluruskan. Namun di antara mereka, kaum imigrant, banyak yang menjadi pahala bagi negara Eropa.Â
Di Perancis, kehadiran Jean Tigana sebagai keturunan imigran mampu menghantarkan negara itu menjadi juara Piala Eropa 1984. Pun demikian keturunan imigrant dari Aljazair, Zinede Zidane, membuat Perancis menjadi juara Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000. Pun demikian kehadiran keturunan imigrant dari Turki dan Tunisia; Mezut Oziel dan Sama Khedira membuat Jerman menjadi juara Piala Dunia 2014.
Keturunan imigran itu sekarang menyebar di banyak negara Eropa. Di Timnas Negara Eropa tak lagi didominasi kulit putih namun juga ada pemain yang berkulit hitam, rambut keriting serta ada pula yang berwajah kearabaraban.Â
Mereka tak sekadar menjadi pemain cadangan namun pemain inti, lihat kehadiran Romelu Lukaku di Timnas Belgia membuat kesebelasan negara kecil ini mampu menjadi dinamit di Grup E Piala Eropa 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H