Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bau Tak Sedap di Kongres HMI

24 November 2015   11:38 Diperbarui: 24 November 2015   11:45 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ritual dua tahunan pergantian kepengurusan HMI kali ini diselenggarakan di Pekanbaru, Riau, lewat Kongres XXIX HMI tahun 2015. Pekanbaru sepertinya menjadi tuan rumah yang baik sehingga dirinya dipilih kembali menjadi penyelenggara kongres, pada tahun 1993, kota itu juga menjadi penyelenggara acara serupa.

Bagi anggota HMI, kongres merupakan acara ‘pemilu raya’ yang ditunggutunggu dan semua anggota berkeinginan untuk bisa hadir dalam kongres. Akibat yang demikian, maka kongres tidak hanya dihadiri oleh utusan resmi namun juga disesaki oleh anggota HMI yang bukan delegasi resmi dari cabang, badko, lembaga pekerjaan atau PB. Sebab demikian karena HMI memiliki jumlah anggota terbesar dan terbanyak, maka setiap kongres ribuan anggota tumplek bleg dalam sebuah arena.

Di satu sisi hal demikian sangat bagus, kongres menjadi sebuah acara yang menarik dan meriah, sama dengan kegiatan-kegiatan pada masa lalu seperti pertemuan Sarekat Islam yang dihadiri ribuan orang, juga sama seperti saat ini pada acara munas partai besar atau muktamar NU dan Muhammadiyah.

Namun di sisi yang lain, dengan hadirnya ribuan anggota HMI itu membuat suasana menjadi tidak terkendali bahkan menjadi liar. Seperti banyak berita menjelang kongres, ratusan anggota HMI, bukan delegasi resmi, mendatangi sebuah pelabuhan untuk naik kapal laut dengan cuma-cuma. Mereka ingin naik kapal laut dengan tujuan untuk mengikuti kongres.

Belum lagi ada kabar-kabar ada anggota HMI yang meminta makan kepada panitia dan karena kurang atau tidak memperoleh makan, mereka membuat keonaran. Ada berita pula yang menyebut rombongan HMI makan di restoran tidak bayar. Dan masih banyak cerita-cerita yang membuat kita merasa trenyuh dan malu, seperti bagaimana polisi saat melakukan sweeping di arena kongres ternyata aparat menemukan benda-benda tajam seperti badik, parang bahkan senjata rakitan. Mengapa mereka yang disebut sebagai intelektual muda dan mengaku Islam melakukan tindakan-tindakan tak pantas.

Apa yang menyebabkan mereka melakukan tindakan-tindakan arogan dan membuat peserta kongres dan masyarakat lainnya menjadi takut berada di arena kongres? Mereka melakukan demikian bisa jadi merasa sombong bahwa di antara mereka ada yang merasa cabangnya besar dan memiliki banyak anggota. Dari pandangan picik inilah muncul perasaan bahwa mereka harus diperlakukan secara istimewa. Meski mereka datang ke kongres bukan undangan resmi namun mereka merasa harus diperlakukan yang sama, boleh masuk dalam ruang sidang dan mendapat jatah makan dan tempat tinggal, dengan peserta yang resmi.

Akibat yang demikian, Kongres HMI yang diharapkan melahirkan pemikiran baru dan segar buat kemajuan ummat dan bangsa, menjadi terbebani oleh masalah-masalah yang sebenarnya hanya disebabkan oleh soal isu perut. Hanya karena soal isi perut saja mereka membuat kegaduhan yang tidak ada hubungan dengan bagaimana memajukan HMI.

Kejadian yang terulang setiap kongres ini membuat citra HMI menjadi tidak baik. Kongres lebih banyak kejadian soal keributan daripada perdebatan pemikiran yang konstruktif dan positif.

Harus diakui bahwa HMI dalam sejarah perjalanan bangsa, banyak memberi kontribusi yang positif meski secara kader ada juga yang menciptakan kesan yang tidak baik. Citra perkaderan yang bagus dan berhasil inilah yang membuat mahasiswa tertarik untuk menjadi bagian dari HMI. Karena mudahnya menjadi anggota HMI maka HMI seperti pasar, siapa saja bisa masuk tanpa seleksi yang ketat.

Akibatnya mahasiswa yang berperangai berandal pun bisa masuk HMI dan sebab HMI bukan lembaga yang mengubah mental dari buruk menjadi baik namun hanya berorientasi pada bagaimana anggota pandai berorganisasi maka akibatnya, banyak anggota yang masih memiliki karakter sebagai berandal.

Di sinilah menjadi tantangan bagi pengurus dan kader HMI sendiri bagaimana anggota yang jumlahnya jutaan ini bisa dikelola dengan baik. Bila HMI mampu mengelola anggota dengan baik maka sejarah yang mencatat HMI memberi kontribusi yang positif pada ummat dan bangsa akan terulang namun bila HMI tidak bisa mengelola anggota yang jumlahnya jutaan ini, maka apa yang terjadi di HMI ya seperti apa yang terjadi di kongres, ribut hanya gara-gara masalah isi perut.

Memang masalah perut ini bisa mempengaruhi kualitas seseorang. Pada masa Kongres II Pemuda Tahun 1928, kongres itu diikuti oleh para kumpulan pemuda dari beragam latar suku, agama, dan budaya. Namun bagi mereka masalah perut sudah selesai karena mereka anak-anak priyayi yang sekolah di kedokteran, hukum, teknik, dan calon ambtenaar, sebuah sekolah yang execellent. Ketika masalah perut sudah selesai maka mereka bisa melahirkan gagasan besar.

Lalu bagaimana HMI bisa melahirkan gagasan besar, bila masalah perut saja mereka ribut dan rela ribut hanya untuk masalah makan. Sesuatu yang menyedihkan bila hal ini terjadi pada organisasi yang berdiri pada 1947 itu.

 

Penulis Ketua HMI Cabang Denpasar 1997-1998

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun