Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demonstran Cantik

22 Februari 2015   22:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:42 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekarang dalam sebuah aksi demonstrasi, kita sering melihat ada sekelompok perempuan cantik yang ikut dalam kegiatan itu. Kehadiran mereka  tentu menjadi pemandangan yang menarik dan menyegarkan di tengah panasnya tuntutan para demonstran untuk menolak atau mendukung sesuatu.

Menjadi pertanyaan, apakah mereka demonstran sungguhan atau semacam demonstran bayaran? Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada segelintir orang yang menjadi semacam event organizer untuk mengerahkan massa untuk menjadi barisan aksi dalam sebuah demonstran. Event organizer itu bisa mendatangkan massa sesuai dengan kebutuhan, jadi semakin banyak massa semakin tinggi nilainya.

Event organizer mengambil massa bayaran itu biasanya dari kalangan pengangguran, joki three in one, dan kelompok masyarakat lain yang tidak jelas kegiatan dan pekerjaannya. Sebagai kelompok masyarakat yang tidak terbiasa dengan isu-isu politik dan sosial, mereka sendiri sering dijadikan isu politik dan sosial, membuat mereka yang datang sebagai demonstran bayaran itu tidak tahu apa dan isi tuntutan. Mereka hanya disuruh berdiri memegang spanduk atau poster yang berisi tuntutan-tuntutan. Biasanya mereka kalau ditanya oleh wartawan, mereka akan mengatakan tidak tahu. Yang mereka tahu adalah mendapat upah dan sebungkus nasi sesuai dengan perjanjian.

Nah menjadi pertanyaan, apakah perempuan-perempuan cantik yang ikut demonstrasi itu sama seperti kelompok di atas? Sepertinya iya sama namun tentu kelasnya berbeda. Perempuan-perempuan cantik itu biasanya adalah kelompok perempuan yang diorganizer dalam club model. Biasanya mereka hadir selain sebagai foto model juga dalam sering memeriahkan event-event semacam party, launching produck, sales promotion gril produck merk ternama, dan kegiatan-kegiatan sejenis.

Event organizer mau menyediakan perempuan cantik sebagai barisan aksi bisa jadi tawaran-tawaran yang biasa mereka lakoni, seperti party, lauching produck, dan sales promotion grils lagi sepi sehingga tawaran untuk menjadi demonstran diterima. Tentu bayaran yang diterima perempuan-perempuan cantik itu sama bahkan lebih tinggi dibanding kegiatan yang biasa mereka lakoni.

Perempuan-perempuan itu mau menerima tawaran sebagai demonstran tentu dilandasi alasan yang utama, mereka butuh uang. Sebagai seorang model atau sejenisnya tentu mereka membutuhkan biaya untuk merawat kecantikan dan tubuhnya yang tidak murah. Untuk itu rugi kalau tawaran yang besar itu ditolak sedang job yang lain tidak ada.

Apakah mereka sama dengan kelompok di atas yang tidak tahu maksud dan tujuan demonstrasi yang dilakukan? Sepertinya sama, sebab mereka adalah massa pragmatis. Demonstrasi adalah sebuah gerakan aksi yang tidak hanya bertumpu pada massa namun juga kecerdasan isu dan cara menyampaikannya. Tan Malaka pernah mengatakan untuk melakukan aksi massa maka masyarakat secara keseluruhan harus mempunyai kesadaran yang rasional.

Dari sinilah maka demonstrasi biasanya dilakukan oleh kaum terpelajar seperti mahasiswa, kaum intelektual, dan cendikiawan. Mereka mengerti apa yang dituntutkan dan diperjuangkan. Sedang para model atau perempuan cantik tidak terbiasa dengan isu-isu sosial dan politik bahkan mereka merasa tidak nyaman bila bersentuhan dengan dunia itu.

Demonstrasi perempuan cantik, bisa jadi sebuah bentuk baru dari demonstrasi-demonstrasi yang diorganizer. Sebelumnya massa bayaran yang muncul di televisi atau media adalah kelompok yang berwajah lusuh, berpakaian kumal, dan bisa jadi ada yang nenek-nenek. Hal demikian mungkin dirasa sudah tak menarik lagi sehingga diganti dengan perempuan-perempuan cantik.

Barisan demonstrasi perempuan cantik tentu akan menarik bagi media massa. Dengan wajah yang enak dipandang, tubuh seksi, dan berkulit bersih, mereka akan menjadi santapan kamera. Bila perempuan cantik itu memakai kaos, memegang spanduk, dan poster yang berisi tuntutan kemudian mereka dipotret atau di-shoot oleh media massa tentu target dari pemesan massa bayaran akana tercapai.

Menjadi kritikan bagi perempuan-perempuan cantik itu apakah bila tidak dibayar mereka mau melakukan demonstrasi? Jawaban ada pada mereka namun sepertinya mereka adalah kelompok yang glamour dan berkecukupan. Mereka sepertinya tidak pernah menerima kebijakan yang membuat mereka dalam posisi kesulitan. Ketika Gubernur Ahok melarang sepeda motor masuk Jl. Thamrin dan Jl. Medan Merdeka Barat, tentu kebijakan itu tidak mengena pada mereka sebab mereka adalah kaum bermobil. Pun demikian ketika Jokowi menaikkan BBM, pasti kebijakan itu tak terasa berat bagi mereka sebab mereka mampu membeli BBM dengan harga tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun