Pola makan yang menjurus ke konsumsi makanan siap saji yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi namun rendah serat, memicu perkembangan penyakit degeneratif seperti aneka kanker, osteoporosis, diabetes mellitus, aterosklerosis (penumpukan lemak), jantung koroner, dan hipertensi (tekanan darah tinggi).
Meskipun Jepang sebagai salah satu negara maju, tetapi masyarakatnya tetap mempertahankan makanan-makanan tradisional yang ternyata memiliki khasiat untuk mencegah terjadinya penyakit degeneratif. Salah satu makanan yang memiliki khasiat untuk mencegah penyakit degeneratif adalah wakame.
Apa itu Wakame ?
Mendengar nama rumput laut sebagai makanan adalah sesuatu yang tidak asing lagi kita, demikian hal-nya juga dengan masyarakat Jepang. Rumput laut adalah salah satu makanan tradisional yang populer di Jepang. Salah satu rumput laut yang sering di konsumsi adalah Wakame. Bagi yang pernah atau sedang tinggal di Jepang tentunya sudah pasti mengetahui nama Wakame. Wakame (Undaria pinnatifida), sering disajikan sebagai salad, sup yang terkenal dengan nama miso shiru, dan sebagai penghias pada beberapa sajian makanan.
Beberapa studi meyebutkan bahwa wakame mempunyai beberapa manfaat kesehatan, seperti mencegah hiperlipidemia (kelebihan lemak) dan mencegah terjadinya kanker (percobaan pada tikus), serta sebagai bahan yang dapat menurunkan tekanan darah pada manusia. Adanya kandungan serat makanan dan beberapa jenis mineral menyebabkan wakame bermanfaat untuk mencegah akibat gizi lebih.
Khasiat Wakame menurunkan tekanan darah
Penelitian yang dilakukan oleh Sato, dkk yang telah dipublikasikan di Journal of Agricultural and Food Chemistry (2002), berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi 7 peptida yang dapat menghambat kerja enzim angitensin I-converting enzyme (ACE); suatu enzim yang bertanggung jawab terjadinya peningkatan tekanan darah. Mereka juga berhasil membuktikan aktivitas peptida-peptida tersebut sebagai komponen yang dapat bekerja menghambat aktivitas ACE melalui percobaan menggunakan tikus spontaneously hypertensive rats (SHR); spesies tikus hipertensi secara genetik.
Dengan mengunakan liquid chromatography-mass spectrometry (LC-MS), berhasil diidentifikasi asam-asam amino penyusun peptida-peptida terebut. Ke-7 peptida tersebut adalah valin-tirosin, isoleusin-tirosin, alanin-triptofan, phenilalanin-tirosin, valin-triptofan, isoleuusin-triptofan, dan leusin-triptofan. Ke-7 peptida tersebut mempunyai nilai IC50 (35.2; 6.1; 18.8; 42.3; 3.3; 1.5; dan 23.6 mikromolar). Nilai IC50 adalah nilai yang menunjukkan kemampuan peptida menghambat 50 persen aktivitas ACE.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh ACE. ACE memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II (oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Mengkonsusmsi Wakame
Meskipun penelitian diatas diperoleh dari percobaan menggunakan hewan, namun data yang diperoleh dapat diekstrapolasikan ke manusia. Data yang didapatkan sebagai informasi awal untuk dijadikan kajian lebih lanjut pemanfaatan wakame sebagai bahan untuk menurunkan tekanan darah penderita hipertensi.