Mohon tunggu...
Ardiansyah Taher
Ardiansyah Taher Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sociolinguist

Music, Sports, Languages

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Fenomena Bahasa di Tengah Pandemi Korona dan Masalah yang Muncul di Antaranya

26 April 2020   20:35 Diperbarui: 26 April 2020   21:45 4434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah beberapa bulan sejak Virus Korona menjadi pandemi, pembicaraan banyak orang, terutama di Indonesia mulai beralih dari topik ekonomi dan politik menuju kepada semua yang terkait dengan dunia kesehatan.

Bahkan istilah-istilah kesehatan tertentu yang biasanya hanya digunakan atau diucapkan para dokter dan petugas kesehatan lainnya kini umum digunakan masyarakat umum. Dalam kajian Sosiolinguistik, hal ini dikenal sebagai pergeseran pelabelan status sosial.

Ilustrasi: ktla.com
Ilustrasi: ktla.com
Beberapa ahli bahasa atau Linguis melihat lebih dekat fenomena bahasa yang terjadi akhir-akhir ini lewat beberapa penelitian daring seperi lewat korpus yang dilakukan Tim Editor Oxford English Dictionary. Dari perspektif Linguistik, tentu hal ini menjadi menarik karena kita secara tidak sadar menggunakan dan mendapatkan istilah-istilah baru dalam bahasa kita sehari-hari.

Frekuensi penggunaan kata
Frekuensi penggunaan kata
Kosa Kata Lama Muncul kembali
Bahasa Inggris sebagai bahasa "universal" dalam dunia kesehatan sebenarnya sudah memiliki kosa kata yang kini "muncul kembali" digunakan banyak orang dalam membicarakan hal terkait kondisi di tengah pandemi virus Korona ini.

Seperti contoh Personal Protective Equipment (PPE) atau dalam bahasa Indonesia disebut Alat Pelindung Diri (APD), secara etimologi sudah muncul sejak tahun 1977. Kemudian self-isolation atau isolasi diri yang sudah ada sejak 1834, social distancing yang muncul tahun 1957, dan juga Work From Home (WFH) alias bekerja dari rumah yang mulai digunakan tahu 1995.

Kosa kata baru, terutama di Bahasa Indonesia
Banyak masyarakat Indonesia tahu bahwa Covid-19 adalah singatan dari "Coronavirus Disease 2019" dari berbagai platform media massa. Peran media yang selalu memberitakan situasi terbaru kondisi pandemik di Indonesia juga berperan besar dalam penggunaannya yang beberapa di antaranya diserap dari bahasa Inggris.

Seperti yang dilansir Radar Bali, kosa kata baru yang kebanyakan akronim-akronim bermunculan; dalam Domain nama status orang terjangkit seperti Orang Dalam Pengawasan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP), domain Tindakan seperti Pembatasan Sosial Berskla Besar (PSBB), domain alat digunakan seperti Alat Pelindung Diri (APD), domain nama virus, dan kosa kata lainnya seperti isolasi, karantina, Work From Home (WFH), dan masih banyak lagi.

Ketakutan Komunikasi Langsung dan Streotip Negatif

Ilustrasi: news24.com
Ilustrasi: news24.com
Penggunaan istilah atau bahasa sehari-hari di situasi pandemi seperti ini juga memunculkan masalah baru, yaitu ketakutan berkomunikasi langsung dan kenyamanan berkomunikasi secara daring via teks, telepon, hingga konferensi video seperti Zoom dan Google Meet.

Maraknya penggunaan video terutama bagi mereka yang bisa bekerja dari rumah bisa saja "memisahkan" manusia semakin jauh dengan orang lain jika mereka tinggal tidak dengan keluarga. Bagi yang tinggal di kosan, kontrakan, atau apartemen sendirian mungkin lebih merasa aman dari kontak langsung orang lain, tapi mereka kehilangan kesempatan komunikasi langsung dengan orang lain.

Lebih jauh lagi, munculnya kosa kata baru yang sehari-hari muncul di masa pandemi ini menyebabkan stereotip negatif. Misalnya kata "Wuhan Virus" dan "China Virus". Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, juga kerap menyebut virus korona sebagai "Chinese Virus" karena berasal dari sana yang membuatnya jadi bahan obrolan di jagad dunia maya.

Streotip negatif Korona bahkan lebih buruk lagi di Indonesia, di mana hal ini menjadi aib dan stigma buruk bagi penderita dan mambuatnya dijauhi masyarakat. Beberapa orang juga menghindari obrolan terkait Korona karena sudah bosan "terpapar" informasinya setiap hari.
***
Semoga pandemi ini segera berakhir dan juga permasalahan yang timbul akibat fenomena penggunaan bahasa di segala kalangan. Karena bahasa juga bisa jadi "virus" yang bisa digunakan untuk menyerang dan merusak hubungan sesama manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun