Mohon tunggu...
Ardiansyah Taher
Ardiansyah Taher Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sociolinguist

Music, Sports, Languages

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Para Ahli Bahasa Turun Tangan Menanggapi Fenomena Yanny dan Laurel

21 Mei 2018   14:34 Diperbarui: 22 Mei 2018   06:03 2706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

An earlier example of the Yanny/Laurel phenomenon: BILL BILL BILL BILL BALE BALE PALE PAIL MAYO https://t.co/Jm0360SGdy--- Gretchen McCulloch (@GretchenAMcC) 15 de mayo de 2018

Wajar saja, perbedaan yang minimal (minimal pairs) memungkinkan pembelajar bahasa kesulitan membedakan satu kata dengan yang lainnya. Salah dengar (misheard) memang kerap terjadi terutama bagi mereka yang belajar bahasa asing dan menyebabkan salah arti dan juga persepsi.

Contoh sederhana lainnya adalah Onomatopoeia atau imitasi dari suara. Di berbagai negara, suara ayam berkokok dipersepsikan berbeda bagi setiap penutur bahasa, dan hal ini lumrah terjadi, bahkan semuanya merujuk kepada satu objek saja.

Ramainya orang berdebat tentang Yenny dan Laurel membuat para Linguis turun tangan. Beberapa ahli Fonologi meneliti gelombang suara yang dihasilkan oleh suara pria ini. Bahkan seorang profesor dari Universitas Arizona, Brad Story, menganggap bahwa hasil rekaman suara Yanny atau Laurel ini berkualitas buruk. Ia mencoba merekam ulang dan membandingkan perbedaan gelombang suara yang dihasilkan dari kedua kata tersebut:

Perbedaan gelombang suara yang direkam sendiri oleh Brad Story (thenextweb.com)
Perbedaan gelombang suara yang direkam sendiri oleh Brad Story (thenextweb.com)
Perlu diketahui, selain deskriptif, linguistik juga memiliki pendekatan preskriptif di mana perbedaan pandangan justru bisa melengkapi satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, hal ini dianggap tidak ada yang salah. 

Dalam kejadian Yanny dan Laurel, pendengaran kita dipengaruhi otak untuk membentuk persepsi tersebut. Jadi bisa saja terdengar berbeda. Saya pun terkadang bisa mendengar keduanya.

Bagi mereka yang tidak berbahasa Inggris, tentu memiliki persepsi sendiri. Namun bagi penutur asli Bahasa Inggris, ini begitu menarik untuk ditelaah lebih jauh karena Yanny dan Laurel terlihat begitu berbeda. 

Tidak lama lagi mungkin saja ada seorang Linguis yang naik panggung untuk menjelaskan secara detail hal ini serta membandingkannya dengan fenomena bahasa lainnya berdasarkan hasil penelitian dalam sebuah konferensi bahasa. 

Fenomena serupa sebenarnya juga ada di Indonesia. Contohnya yang satu ini, apakah yang kalian dengar?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun