Akhir bulan Oktober, Igor Seoane Miñan sebagai pemilik Rojadirecta ditangkap setelah beberapa pihak dari channel tv berbayar ternama di Eropa menggugatnya. Genderang perang terhadap laman penyedia live streaming pertandingan ditabuhkan karena ilegal. Rojadirecta yang sudah mengudara sejak 2005 ini pun siap ditutup dalam waktu dekat.
Setuju sekali dengan Panditfootball yang menyebut Rojadirecta sebagai “pendobrak kapitalisme siaran pertandingan”. Bagaimana tidak? Rojadirecta bisa mendapatkan pundi-pundi keuangan dari iklan hanya dengan “mencuri” siaran pertandingan dari berbagai jenis olahraga di dunia, terutama sepak bola, dan kita yang awam bisa menikmatinya secara gratis (meskipun harus beli pulsa untuk kuota internet).
Sementara pihak pertelevisian harus membayar untuk menyiarkan sebuah pertandingan. Tentu hal ini dilarang dilakukan dan merugikan. Hal-hal terkait hak siar memang sangat dilindungi hukum karena hak siar juga menjadi pendapatan klub sepak bola itu sendiri.
Sebagai contoh adalah Liga Italia Serie A. Dari TVRI, KompasTV, hingga kini di JakTV, Liga Italia yang juga memiliki penggemar yang banyak di seluruh Indonesia justru kurang diminati oleh televisi lokal yang ingin menyiarkannya. Mungkin karena harganya yang lebih mahal daripada liga lain seperti Liga Inggris dan Liga Spanyol atau karena pertimbangan lain.
Perlu diketahui bahwa biaya untuk membeli hak siar sebuah liga dalam satu musim kompetisi penuh pasti mahal, beberapa saluran tv lokal menyiasatinya dengan hanya menayangkan partai-partai big match dan yang tayang diluar jam primetime (biasanya dini hari). Alhasil, live streaming dengan PC, laptop, bahkan smartphone jadi jalan keluarnya.
Mungkin untuk memberantas situs live streaming pertandingan sepak bola akan sulit. Jika Rojadirecta ditutup, toh kita masih bisa menyaksikan langsung pertandingan liga-liga elit di Eropa lewat situs lainnya yang masih “aman” seperti crichd.tv, yalla-shoot.com, dan masih banyak lagi.
Hal positif yang bisa diambil dari tidak ditayangkannya pertandingan sepak bola eropa di televisi lokal atau bahkan tv berbayar bisa jadi menumbuhkan budaya yang baik bagi seluruh pecinta sepak bola di Indonesia, yaitu Nobar alias nonton bareng. Namun ini juga menjadi dilema karena mereka yang hadir nobar juga menyaksikan pertandingan dari live streaming ini.