Suara hati dari rekan-rekan yang berprofesi sebagai dosen mulai terdengar seiring naik daunnya “ritual” ini. Tren ini semakin menjalar ke semua Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia. Mereka berharap para mahasiswa lain tidak ikut-ikutan dan menjadikan ini sebagai kegiatan yang wajib dilakukan.
Semakin banyak foto-foto yang diunggah ke media sosial, menggambarkan momen sesaat setelah sidang skripsi atau tesis. Seorang mahasiswa yang baru saja keluar ruang sidang langsung disambut oleh rekan-rekan pendukung setianya lalu mengabadikan momen bersama dengan selempang bertuliskan nama dan gelar baru sarjananya, lengkap dengan boneka, bunga-bunga, dan balon-balon berbentuk huruf yang menunjukkan gelar akademik yang (segera) disandangnya. Bisnis selempang wisuda dan aksesoris perayaan lainnya lantas maju pesat bukan hanya pada masa akhir semester atau wisuda saja, namun bisa kapan saja saat jadwal sidang tiba.
Beberapa mahasiswa menyadari bahwa hal yang dilakukan ini memang tidak benar, ada juga yang malakukan ini sekadar untuk senang-senang saja dan cuma ikut-ikutan teman yang lain ketika ditanya langsung oleh dosen.
Ada juga dosen yang berpendapat berbeda. Menurut mereka hal ini tidak masalah dan lumrah dilakukan sebagai bentuk ekspresi keberhasilan setelah kerja kelas yang dilalui selama kuliah. Selama tidak berlebihan, boleh-boleh saja. Yang terpenting, tren atau fenomena ini jangan sampai menjadi sindrom psikologi, dimana pendidikan kehilangan esensinya saat gelar akademis justru dijadikan penghias status sosial saja.
Kelulusan Itu Bisa Dibatalkan
Pernah mendengar gelar seorang atlet yang dicabut karena doping? Tahukah Anda bahwa kelulusan seseorang juga bisa dicabut begitu saja oleh pihak Universitas karena suatu hal, seperti kasus plagiarisme serta pelanggaran kode etik mahasiswa lainnya. Meskipun kecil kemungkinan dan jarang terjadi, tapi hal ini justru kerap diabaikan para mahasiswa.
Mahasiswa yang baru saja selesai ataupun dinyatakan lulus sidang skripsi/tesis pun masih harus menyelesaikan beberapa hal, diantaranya bimbingan lanjutan bersama dosen pembimbing untuk proses revisi karya ilmiah, menyelesaikan administrasi kampus, urusan perpustakaan & berkas-berkas lain, dan sebagainya. Kemungkinan masih bisa terjadi dibalik euforia kelulusan seorang mahasiswa yang belum resmi diwisuda.
Hanya Tren di Indonesia
Mungkin kebiasaan ini hanya ada di Indonesia dan dilakukan orang Indonesia. Bisa dibandingkan dengan kebiasaan merayakan kelulusan di luar negeri atau negara tetangga sebelah. Meskipun sekilas terlihat sama seperti budaya merayakan kelulusan disini, mereka tidak menunjukkan gelar yang didapatnya sebelum Ijazah ada ditangannya saat wisuda.
Wajar saja jika kita merayakan sebuah kelulusan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME karena bisa menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Namun sebagai mahasiswa seharusnya berfikir jernih dan sadar bahwa etika sebagai civitas akademik juga harus dijunjung tinggi. Sebaiknya rayakanlah sebuah kelulusan dengan wajar, tidak berlebihan, dan sesuai pada tempat dan waktunya. Silahkan berfoto, mengadakan syukuran atau pesta besar di luar sana, namun pastikan tali toga sudah dipindahkan secara resmi pada saat acara wisuda nanti. Ada pendapat yang lain?
Semua akan diwisuda pada waktunya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H