Mohon tunggu...
Ardiansyah Taher
Ardiansyah Taher Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sociolinguist

Music, Sports, Languages

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkembangan Teknologi dan Neologisme

2 Juli 2015   02:21 Diperbarui: 2 Juli 2015   02:21 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa tidak akan pernah mati selama penuturnya terus menggunakannya sebagai sarana komunikasi dan terus menambah perbendaharaan katanya. Setiap hari bisa muncul kata-kata baru ataupun kata pengganti untuk yang sudah tidak lazim diujarkan atau ditulis oleh penutur bahasa.

Semakin aktifnya pengguna media sosial sebagai sarana berkomunikasi terkadang membuat kita tidak menyadari bahwa kosakata atau frase baru yang berasal dari bahasa ujaran bermunculan secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal inilah yang disebut Neologisme, ditambah penemuan-penemuan baru yang memiliki nama dan istilah baru hadir untuk mengisi daftar leksikal sebuah bahasa tertentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Neologisme merupakan kata bentukan baru atau makna baru untuk kata lama yang dipakai dalam bahasa yang memberi ciri pribadi atau demi pengembangan kosakata.

 

Mengapa Neologisme terjadi?

Perkembangan teknologi berkaitan dengan Neologisme. Internet yang sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat masa kini semakin membuat penyebarannya begitu cepat. Hal inilah yang menyebabkan neologisme bisa terjadi kapan saja. Penemuan-penemuan baru di zaman modern juga memunculkan istilah baru yang bisa jadi kosakata baru dalam sebuah bahasa.

Selain itu, bahasa “ujaran” yang dipakai dalam percakapan sehari-hari juga bisa sebabkan Neologisme. Bahasa ujaran sejatinya hanya diperuntukkan untuk diucapkan saja, namun penutur bahasa menggunakannya juga dalam bahasa tulisan, dalam hal ini kata-kata atau kalimat-kalimat yang diposting di media sosial. Padahal jika dibaca secara seksana, bahasa ujaran lebih sulit untuk dipahami maknanya.

Bahasa ujaran yang cenderung digunakan ke dalam bahasa tulisan inilah yang memicu kosakata baru dari ucapan menjadi tren di media sosial sekarang ini. Padahal seharusnya bahasa lisan tidak diperuntukkan untuk sebuah tulisan. Contoh kosakatanya pun banyak, kalian bisa sebutkan dari yang populer hingga yang akan naik daun karena mulai sering dipakai.

Neologisme di Indonesia

Neologisme, kata-kata baru yang muncul di luar kelaziman, tidak sepenuhnya mudah diterjemahkan atau dipadankan ke dalam bahasa lokal karena sifatnya yang dinamis dan berasal dari budaya tempat kata itu berasal, mewakili kondisi masyarakatnya secara sosiolinguistik. Orang Indonesia cenderung menggunakan kata timeline, mouse, download, dan upload daripada Linimasa, tetikus, unduh dan unggah karena terdengar kurang cocok untuk menjadi arti yang setara dengan bahasa asalnya, dimana penemuan baru terebut berasal. Belum lagi kosakata baru yang muncul dari sektor informanl (percakapan sehari-hari) anak muda zaman sekarang.

 

 

Dampak Teknologi terhadap Bahasa

Berkembangnya zaman dan penemuan teknologi baru memang memicu Neologisme. Namun menurut David Crystal, seorang Profesor Kehormatan Linguistik University of Bangor di Wales, kita tidak bisa mengevaluasi langsung dampak teknologi terhadap bahasa, dikutip dari bbc.com. hal terburuk yang bisa terjadi adalah ketika sebuah kata bisa menjadi telalu mainstream, ujarnya.

Profesor Crystal menambahkan bahwa fenomena perkembangan teknologi saat ini hanya berjarak sekitar 20 tahun dari pemikiran modern orang-orang di zaman sekarang. Teknologi dan Internet tidak bisa menjadi acuan mengevaluasi perkembangan bahasa. Seperti contoh kata Wireless.

Kata Wireless sudah ada sejak tahun 1950-an. Wireless sebenarnya berarti Radio. Namun di zaman sekarang pasti terasa aneh jika menyebut Wireless sebagai Radio, karena memang kedua kata ini memiliki arti dan fungsinya sendiri.

(Fiona McPherson, Senior editor, Oxford English Dictionary, dikutip dari bbc.com)

 

Jadi, apakah beberapa tahun kedepan beberapa kata yang sudah lazim digunakan saat ini bisa berubah arti atau makna seperti halnya kata Wireless?

 

Referensi Tambahan :

http://indotranslocalize.com/tag/neologisme/

http://www.bbc.com/news/technology-10971949

http://jagurdermuluk.blogspot.com/2014/10/neologisme-bahasa-indonesia.html

http://www.goodreads.com/topic/show/110992-bedah-kbbi-iv-tidak-semua-kata-perlu-masuk-kamus

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun