Mohon tunggu...
Ardita CitraChoirunisa
Ardita CitraChoirunisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku suka berada dikeramaian yang tenang

Selanjutnya

Tutup

Book

Mengulas Kembali Novel "Laut Bercerita": Kekejaman Rezim Orde Baru (Novel Karya Leila S. Chudori)

27 Desember 2022   18:55 Diperbarui: 27 Desember 2022   19:11 1865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Identitas Buku

Judul              : Laut Bercerita

Penulis            : Leila S. Chudori

Penerbit           : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Tahun Terbit : Cetakan Kedua, Desember 2017

Halaman          : 379 halaman

ISBN               : 978-602-424-694-5

Genre             : Historical Fiction

''Kepada mereka yang dihilangkan

dan tetap hidup selamanya''

Laut Bercerita, novel terbaru karya Leila S. Chudori yang berkisah tentang Orang tua yang kehilangan anaknya, Adik yang kehilangan kakaknya, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa  dan suka berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan tentang makam anaknya, dan tentang cinta yang tidak akan pernah luntur.

 Tokoh utama dalam novel ini bernama Biru Laut Wibisono, nama yang sungguh unik, ia merupakan seorang mahasiswa program studi Sastra Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia sangat menyukai dunia sastra dan tentunya tidak sedikit buku sastra klasik yang dimilikinya, baik itu buku sastra bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Laut suka membaca berbagai buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang saat itu dilarang beredar di Indonesia. Namun, ia tetap nekat secara diam-diam untuk memfotokopi buku-buku tersebut di salah satu tempat yang disebut sebagai fotokopi terlarang. Sejak itu ia bertemu dengan Kinan, salah satu mahasiswa FISIP yang mengenalkan Laut akan organisasi Winatra dan Wirasena. Setelah bergabung dengan organisasi Winatra, Laut semakin aktif berdiskusi buku dengan rekan-rekannya di organisasi tersebut. Bukan hanya buku, tetapi beberapa konsep yang ingin mereka implementasikan untuk menantang doktrin pemerintahan di negara yang telah diperintah oleh satu presiden selama lebih dari 30 tahun ini.

Perjuangan Laut dan kawan-kawannya sebagai aktivis tidaklah mudah. Laut banyak menghadapi berbagai penangkapan dan pencekalan oleh pemerintah yang secara terang-terangan memasukkan aktivis Winatra dan Wirasena sebagai buronan. Ia terlibat mengikuti aktivitas mengkritik kebijakan masa Orde Baru. Demi menghindari aparat dan selidik mata-mata, Laut dan kawan-kawannya kemudian menepi di sebuah rumah di Desa Pete, Sayegan, Yogyakarta. Seperti pertemanan pada umumnya, Laut dan kawan-kawan dalam organisasinya juga diwarnai oleh kecurigaan karena rencana mereka dengan mudah diketahui oleh aparat. 

Laut dan teman-temannya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang haknya telah dirampas oleh pemerintah, salah satunya "Aksi Tanam Jagung Blangguan".  Namun,  sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama teman-temannya berdiskusi terlebih dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju. 

Dari situlah, awal mula Laut dan rekan-rekannya mengetahui dan mengenal arti dari sebuah pengkhianatan. Diskusi itu bocor karena adanya intel yang bergabung diantara mereka, setelah Aksi Tanam Jagung Blangguan itu selesai, Laut dan beberapa temannya di tangkap dan di siksa oleh sekelompok orang tak dikenal, beberapa hari kemudian penyekapan itupun berakhir, Laut dan Teman temannya menjadi buronan pemerintah.

Dengan banyaknya aksi yang sudah dilakukan oleh Laut dan teman-temannya, berkali-kali ditangkap, disiksa, dianiaya, mereka tetap melakukan perjuangan agar masyarakat bisa mendapatkan keadilan, hingga akhirnya setelah peristiwa besar terjadi, Laut dan beberapa temannya tidak pernah kembali.

Novel ini disajikan dengan bahasa yang menarik dan sekaligus meluluhkan hati pembacanya. Membaca novel Laut Bercerita akan membuka pikiran dan hati pembaca terhadap kekejaman rezim Orde  Baru saat itu. Meski cerita ini adalah fiksi, namun tidak mengurangi pengalaman pembaca untuk merasakan rasa horor dan kengerian yang dialami mahasiswa dan aktivis pada zaman itu. Karena novel ini berdasarkan kisah nyata. Kisah bagaimana mereka, sebagai buronan pemerintah, diculik, diinterogasi, dan disiksa hingga hilang tanpa jejak, disajikan secara detail sehingga kita para pembaca juga dapat merasakan luka dan trauma yang mereka derita. 

Tokoh-tokoh dalam cerita tersebut terlihat sangat nyata. Tekad dan perjuangan mereka untuk perubahan di Indonesia dapat kita rasakan, persahabatan mereka yang erat dan rasa sakit yang mereka tanggung, seolah-olah mereka adalah bagian dari hidup kita. Novel ini dapat menjadi motivasi bagi kita untuk terus berjuang demi kebaikan masyarakat mengingat masih banyaknya pelanggaran HAM dan kasus ketidakadilan di Indonesia.

Laut Bercerita dapat dikatakan termasuk novel dengan tema reformasi yang sungguh menarik. Namun alur yang digunakan adalah alur campuran atau maju mundur. Apabila para pembaca yang belum terbiasa dengan plot tersebut, pembaca bisa bingung dan kesulitan. Oleh karena itu, diperlukan keadaan fokus dan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengikuti skenario dengan baik.

Penulis: Ardita Citra Choirunisa

Mahasiswa Teknologi Pendidikan semester I

Universitas Negeri Yogyakarya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun