Mohon tunggu...
Ardita Da'imah C
Ardita Da'imah C Mohon Tunggu... -

Allah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Darah si Putih

26 Mei 2017   15:31 Diperbarui: 26 Mei 2017   15:34 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Cinta tanah air”. Kalimat yang identik dengan pahlawan, upacara bendera, belajar dengan sungguh-sungguh dan hal lain yang berhubungan dengan perjuangan dan pengorbanan demi tanah air tercinta . Seperti halnya para pahlawan yang telah gugur dengan ikhlas demi perjuangan dan pegorbanan nya untuk Indonesia dalam menghapus penjajahan. Begitu banyak darah yang membanjiri bumi pertiwi, nyawa yang melayang hanya untuk satu tujuan, Indonesia merdeka. Mereka pertaruhkan semua harta bahkan nyawa demi dua warna lambang Indonesia.

 Namun, sebagai generasi penerus bangsa, sadarkah kita mengenai hal tersebut? Mereka yang telah gugur bahkan tidak sempat menikmati buah dari perjuangan keras nya dalam merebut kemerdekaan. Sementara kita sebagai penikmat kemerdekaan tanpa harus merasakan perjuangan melawan penjajah di medan perang, masih tidak memiliki rasa cinta tanah air. Menurut saya generasi penerus bangsa mulai menurun dalam kepedulian untuk mengenang jasa para pahlawan. Kita bisa mengambil contoh saat pelaksanaan upacara bendera merah putih yang dilaksanakan setiap hari senin. Tidak sedikit diantara kita sering mengeluh karena kepanasan, padahal kita tidak pernah merasakan bagaimana perjuangan para pahlawan berperang di bawah terik sinar matahari yang sangat menusuk. Kita juga sering tidak khidmat dalam upacara, bahkan para guru yang seharusnya menjadi tauladan dalam mengajarkan untuk cinta tanah air dan mengenang jasa para pahlawanpun masih banyak memperlihatkan sikapnya yang tidak wajar saat upacara, seperti datang terlambat agar tidak kepanasan dalam mengikuti seluruh rangkaian upacara.

 Lalu apakah kita tidak punya rasa malu hanya sebagai penikmat tanpa mengenang dan melakukan apa-apa dalam melanjutkan perjuangan para pahlawan untuk Indonesia yang lebih maju? Seharusnya kita malu terhadap apa yang telah kita lakukan sekarang, mereka mengharapkan generasi penerus bangsa yang lebih kuat dan penuh semangat dalam menyongsong Indonesia lebih baik bukan pengecut yang hanya suka mengeluh saat pelaksanaan upacara yang tidak menghabiskan waktu berjam-jam jika dibandingkan dengan perjuangan para pahlawan selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad. Mereka tidak mengharapkan balasan maupun untuk dikenang, mereka hanya mengharapkan generasi penerus bangsa Indonesia melanjutkan perjuangan nya dengan senantiasa belajar dengan sungguh-sungguh untuk mecapai cita-cita setinggi bintang di langit agar berguna bagi keluarga, nusa, dan bangsa.

  Oleh karena itu, mari kita saling intropeksi diri dan bangkit dengan penuh semangat untuk berkiprah demi Indonesia yang lebih baik. Buktikan kepada para pahlawan yang telah gugur bahwa generasi penerus bangsa Indonesia bukanlah pengecut yang suka mengeluh namun kita adalah generasi penerus bangsa yang dapat mendayung bersama ke ujung dunia untuk satu tujuan yakni menjaga kehormatan bangsa demi mencapai cita-cita bangsa Indonesia yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun