Mohon tunggu...
Ardi Syam
Ardi Syam Mohon Tunggu... -

Hobby adalah menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perubahan Bentuk Bulan Sebagai Sarana Penentuan Penanggalan Islam

28 Juni 2013   06:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:19 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Allah SWT telah menciptakan matahari dan bulan supaya kita sebagai manusia bisa menetapkan tahun, tanggal dan juga waktu. Ini bisa di temukan di surat Yunus ayat 5 (10:5). Saya mencoba menghidangkan beberapa arti dalam bahasa Inggris yang bisa dijumpai di untaian berikut ini: http://quran.com/10/5.

Menurut Sahih International:

It is He who made the sun a shining light and the moon a derived light and determined for it phases - that you may know the number of years and account [of time]. Allah has not created this except in truth. He details the signs for a people who know.


Menurut Yusuf Ali:

It is He Who made the sun to be a shining glory and the moon to be a light (of beauty), and measured out stages for her; that ye might know the number of years and the count (of time). Nowise did Allah create this but in truth and righteousness. (Thus) doth He explain His Signs in detail, for those who understand.


Jadi kata 'Manazil' diartikan sebagai 'phases' atau 'stages' dari bulan.

Kata tersebut  juga dapat dijumpai di dalam surat Yasin ayat 39 (36: 39). Umat Islam Indonesia harus tahu ini, karena sering baca surat Yasin :-)

Menurut Sahih International lagi:

And the moon - We have determined for it phases, until it returns [appearing] like the old date stalk.


Ketelitian Allah SWT, dalam membuat phasa-phasa bulan sehingga bisa digunakan oleh manusia untuk menghitung penanggalan, ditegaskan kembali dalam surat Ar-Rahman ayat 5 (55: 5).

Menurut Sahih International:

The sun and the moon [move] by precise calculation,


Kata 'Precise calculation' atau 'perhitungan yang sangat teliti' ini sangat penting, karena menunjukkan tidak ada celah untuk keragu-raguan dalam menentukan penganggalan.

Pendetailan dalam menentukan waktu juga disebut dalam surat Al-'Isra' ayat 12 (17: 12).

Menurut Sahih International:

And We have made the night and day two signs, and We erased the sign of the night and made the sign of the day visible that you may seek bounty from your Lord and may know the number of years and the account [of time]. And everything We have set out in detail.


Kalau Allah sendiri telah mengunakan kata-kata 'precise calculation' dan 'detail', lalu kenapa masih terjadi kekacauan dalam penentuan awal bulan Ramadhan dan Syawal? Mau tahu alasannya?

Alasan utamanya adalah karena adanya perintah untuk melihat 'Ahillah' di Qur'an 2:189.

Menurut Sahih International:

They ask you, [O Muhammad], about the new moons. Say, "They are measurements of time for the people and for Hajj." And it is not righteousness to enter houses from the back, but righteousness is [in] one who fears Allah. And enter houses from their doors. And fear Allah that you may succeed.


Terjemahan Ahillah sebagai 'new moons' juga bisa dijumpai di terjemahan al-Qur'an oleh Muhsin Khan, Pickthall, Yusuf Ali, Shakir dan Dr. Ghali. Bahkan terjemahan Dr. Ghali menambahkan kata-kata berikut ini: 'They ask you concerning the new moons (Literally: crescents)'. Bukan hanya dalam bahasa Inggris, bahkan dalam bahasa-bahasa lain, Ahillah ini diterjemahkan sebagai 'crescent' (bulan sabit) atau 'new moons'.

Sebenarnya arti Ahillah bukanlah 'New Moons' ataupun bulan sabit, walaupun bentuk  jamak dari kata 'Hilaal'. Kalau tidka percaya, bisa baca penerangan dalam tafsir Tabari, Ibn Kathir, Kurtubi dan sebagainya.

They will ask you, O Muhammad (s), about the new moons (ahilla, plural of hilÄl): `Why do they seem very thin, and then wax until they are full of light, and then wane again as at the first, and are not always the same, in the way that the sun is?' Say, to them: `They are appointed times (mawÄqÄ«t is the plural of mÄ«qÄt) for the people, for them to know the times for sowing the land, for business, for their women's waiting periods, their fast and their breaking it, and the Pilgrimage' (wa'l-hajji and the Pilgrimage', is a supplement to li'l-nÄsi, `for the people'), that is to say, [appointed times] by which its season is known, for if they [the new moons] always looked the same, none of these things could be known.


Tafsir di atas menjelaskan kenapa ayat itu turun yaitu karena para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW perihal bentuk bulan yang berubah-ubah. Jelas sekali yang mereka tanyakan bukanlah Hilaal atau bulan sabit yang muncul di awal bulan. Allah SWT kemudian memberikan jawaban kepada Rasulullah SAW yaitu 'sebagai penanggalan bagi orang-orang dan juga ibadah haji'.

Selain alasan di atas, sebuah kata dalam al-Qur'an sepatutnya dicarikan penjelasannya terlebih dahulu di dalam al-Qur'an juga, dimana sebuah ayat bisa menjelaskan ayat-ayat yang lain.

Orang-orang berkata bahwa Ahillah merupakan bentuk jamak dari Hilaal. Kata Ahillah hanya digunakan sekali saja dalam al-Qur'an yaitu 2:189. Masalahnya kata Hilaal ini tidak ada sama sekali dalam al-Qur'an. Lalu bagaimana cara kita mengetahui arti dari kata tersebut?

Kalau kita kembali pada surat 36: 39 yang telah disebutkan sebelumnya, jelas disebutkan bagaimana bentuk bulan di akhir bulan yaitu seperti 'old urjoon (date stalk)'.  Ini merupakan salah satu bentuk bulan selain bentuk Hilaal yang terlihat di awal bulan. Jadi jelaslah bahwa  Ahillah berarti bentuk-bentuk bulan atau phasa-phasa bulan dalam sebulan.

Mari kita ambil contoh kata lain yang memiliki bentuk jamak dan tidak, dalam al-Qur'an yaitu `Mawaakeeth'. Kata ini adalah bentuk jamak dari kata `meekath' yang banyak dijumpai dalam al-Qur'an yang berarti 'tanggal'. "Inna youmal fasli kaana meekathan" yang berarti "the day of harvesting is a fixed date". Sedangkan bentuk jamaknya adalah seperti "they are dates for people and Hajj".

Dengan fakta-fakta di atas, maka kata "Ahillah" (yang sering diartikan sebagai "New Moons" ataupun "Crescent") dalam surat Al-Baqarah ayat 189 (2: 189) lebih cocok diartikan sebagai "phasa-phasa bulan".

Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah sangat tidak mungkin Allah SWT meninggalkan manusia kebingungan sendiri ketika menentukan awal bulan, karena Allah sudah menyediakan sarana yang sangat akurat dan detail yaitu phasa-phasa bulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun