Mohon tunggu...
Ardi Prasetyo
Ardi Prasetyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Musik, Literasi, Bisnis

Begitu banyak instrumen kehidupan, seperti halnya musik. Lalu, kupelajari satu per satu, pun agar harmonis hidup yang kumainkan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berupaya, Bukan Diam, Bukan Pula Memaksakan

23 Januari 2019   03:55 Diperbarui: 23 Januari 2019   06:31 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya adalah tindakan ideal di antara diam dan memaksakan. Upaya sama halnya dengan berjalan, bukan diam, bukan pula berlari kencang tanpa berpikir panjang. Upaya yang ideal menghasilkan output seperti potensi hasil pemaksaan, namun diperoleh dengan cara yg seolah diam. Mengapa demikian? Serta bagaimana jika tidak demikian?

Sebagai upaya untuk memperoleh jawaban, coba kita ilustrasikan. Suatu ketika, Rudi, seorang manajer paruh baya, diperintahkan oleh Bonar, bossnya, untuk membeli sebuah aksesoris sepeda yang cenderung langka. Ditambah lagi, seminggu kemudian sepeda itu akan digunakan untuk touring bersama klubnya. Sedangkan, di sisi lain, Rudi memiliki pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Jadi, Rudi cenderung terdesak oleh keadaan.

Sebenarnya, Rudi bisa saja menolak. Namun, inti permasalahan dari tulisan ini tidak akan terjawab. Jadi, diasumsikan sebaliknya.

Jika Rudi sudah mengiyakan tapi diam saja, maka tentu ia tidak akan mendapatkan aksesoris sepeda pesanan bossnya. Potensi dampaknya beragam, mulai dari mendapat teguran karena mengecewakan, hingga dianggap tidak berkomitmen dan membangkang. Sebaliknya, jika memaksakan, maka mungkin Rudi pergi ke toko-toko sepeda di seluruh penjuru kota atau bahkan mungkin sampai ke luar kota agar segera mendapatkannya. Dampaknya pun tak kalah beragam, mulai dari pemborosan, pekerjaan utamanya justru berantakan, hingga bisa saja malah diberhentikan. Serba salah, bukan? Sebab, diam dan memaksakan memang sama-sama sulit dibenarkan.

Media pengupaya pertama yang perlu dijalankan ialah pikiran. Dengan berpikir, Rudi berpotensi mendapatkan apa yang dibutuhkan meskipun seolah diam dan segala risiko dapat dihindarkan. Ting! Rudi mendapat ide. Ia mencari aksesoris sepeda di toko maya lewat layar gawainya. Produk yang dicari pun ditemukannya. Pasca pembayaran via transfer bank, kurang dari seminggu aksesoris sepeda itu datang. Bossnya pun senang.

Begitulah gambaran dari proses mengupayakan. Bukan diam, bukan pula berlari kencang tanpa berpikir panjang, apalagi bertindak sembarangan. Dengan mengupayakan, potensi hasilnya sama dengan memaksakan, tapi diperoleh dengan cara yang seolah diam. Sekian, semoga dapat menjadi pencerahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun