Kembali lagi ke pembahasan kedua pertanyaan tersebut, maka bagaimana pola jawaban yang diharapkan?
Analisa Diri
Sebagian orang bersikukuh bahwa penilaian diri objektif hanya dari orang lain. Orang lain ini seperti atasan, rekan kerja sampai konsultan. Sebagian orang cukup lancar menyebutkan kelebihan diri, namun berpikir keras untuk kekurangan diri. Sebagian lain, justru sebaliknya, terlalu banyak menyebutkan kekurangan diri sendiri.
Pertama, kita perlu adil pada diri sendiri yang berhak menerima pujian (kelebihan) dan kritik (kekurangan). Kita juga perlu mengakui, bahwa sebenarnya hampir setiap saat, kita memberikan penilaian ke diri sendiri, baik positif maupun negative.Â
Ketika kita mencapai target kerja hari ini, mungkin ada yang berteriak "Yes! Selesai juga akhirnya!", mungkin ada yang langsung menuju sudut gedung kantor dan memesan es krim untuk perayaan kecil.Â
Ketika ada kesalahan dalam pembuatan laporan, mungkin sebagian kita ada yang langsung mengomel dan menyarankan ke diri sendiri "Wah, seharusnya kemarin begini..!".Â
Kita secara spontan melakukan dialog diri, baik yang terucap maupun hanya menggema di kepala. Semua ini menunjukkan bahwa kita pun memantau tindakan diri sendiri (bahkan pemikiran sendiri) dan menilainya.
Bagaimana jawaban yang 'benar'?
Saya tidak akan memberikan contoh kalimat jawaban yang benar, namun lebih menyarankan cara penggalian ke diri sendiri. Mungkin memang tricky, karena sebagian diri kita kadang menolak untuk mendapatkan kritik, tetapi masih antara sungkan dan jaim menerima pujian
Jika Anda masih kesulitan menjawab kedua pertanyaan ini. Coba telusuri beragam komentar yang paling sering keluar dari teman-teman sampai atasan. Komentar: keren, aduh gimana sih, emang jago kalau urusan begini, jangan ulangi ya, dsb.... Ingat kembali situasi/pengalamannya.Â
Setiap orang cenderung memiliki pola pikir, sikap dan tindakan yang terbangun sekian waktu. Jika cukup banyak pujian terkait penanganan customer sulit, mungkin ini kekuatan Anda.Â