Ketidaktahuan atau salah paham tentang tujuan dan proses asesmen juga mendorong ketidaknyamanan peserta asesmen. Peserta bisa menjadi over ekspektasi atau menarik diri (defensif) sehingga tidak menampilkan potensi dan performa terbaiknya. Kerugian bukan hanya bagi karyawan melainkan juga perusahaan. Salah satu solusinya adalah sosialisasi pada karyawan secara berkala, sehingga mereka pun memahami dan termotivasi untuk menguatkan kompetensi soft skill melalui kinerja sehari-hari.Â
'Materi' Penilaian
Jika Anda akan menghadapi penilaian ini, maka pahamilah materi penilaian dunia kerja, yakni kompetensi. Bagaimana mengetahui kompetensi yang akan digali oleh perusahaan (HRD/konsultan)? Pihak HRD pasti tidak akan memberikan daftar kompetensi pada Anda, atau mengumumkan di lowongan kerja. Akan tetapi, Anda bisa mengaitkan daftar tugas kerja atau tanggung jawab untuk mengetahui gambaran kompetensinya. Anda juga bisa menggali lebih luas aspek terkait kompetensi dari beragam sumber. Satu hal yang perlu diingat, pengetahuan ini berfungsi untuk menyiapkan mental, bukan hafalan.Â
Setiap kompetensi memiliki indikator perilaku sebagai acuan level kebutuhan tiap level jabatan/posisi. Indikator perilaku di satu perusahaan bisa berbeda dengan perusahaan lain karena setiap perusahaan biasanya membuat kamus kompetensi sendiri untuk proses asesmen. Meski demikian, secara general, kita bisa mengetahui definisi umum kompetensi melalui beragam sumber. Salah satu contohnya adalah kompetensi planning & organizing: pengetahuan dan kemampuan individu dalam mengelola sumber daya materi dan non-materi dalam lingkungan kerja dan menuangkannya dalam perencanaan kerja sehari-hari bagi diri sendiri dan orang lain.Â
Kompetensi ini termasuk kompetensi yang mendasar namun dengan tuntutan yang berbeda untuk level pemula, menengah hingga ke atas. Saya  dan rekan konsultan, Andin Andiyasari, telah menulis buku yang memaparkan kompetensi-kompetensi dasar untuk fresh graduate (How to Become A Great Freshgraduate) dan supervisor (How to Become A Great Supervisor) di tahun 2014. Harapan kami, buku tersebut bisa membekali pemahaman kompetensi pembaca dan membantu pengembangan karier ke depan.
Jika kita cermati kembali, tentu kemampuan mengelola daftar tugas sehari-hari menjadi harapan utama para pemberi kerja maupun pekerja itu sendiri. Kompetensi ini tidak hanya pengetahuan bagaimana mengelola beragam tugas, membuat prioritas, melainkan juga implementasinya. Untuk itu, proses penilaian dirumuskan dalam simulasi kerja hingga wawancara untuk menggali pengalaman individu. Bagaimana dengan para lulusan baru?Â
Kompetensi mengelola dan merencanakan telah ada dalam kehidupan sehari-hari, biasanya asesor akan menggali pengalaman asesee saat menempuh pendidikan. Pengalaman ini menjadi salah satu bekal untuk memprediksi pola kerja seseorang ke depannya, karena ada kecenderungan individu untuk bertindak sesuai pemahaman dan pengalaman (kebiasaan) sebelumnya. Bagi para lulusan yang akan mengikuti proses asesmen, Anda bisa 'menebak' kompetensi tiap posisi berdasarkan judul posisi dan mempelajari daftar tanggung jawab atau tugas yang biasanya dipaparkan dalam iklan. (AP)
Pada tulisan selanjutnya, saya akan membahas beragam aspek terkait proses penilaian di dunia kerja, termasuk pengalaman di lapangan. Saya juga terbuka untuk diskusi terkait tema ini. Terima kasih :) Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H