Mohon tunggu...
Ardinar Paramanandana
Ardinar Paramanandana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ardinar Paramanandana 23107030011 Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Strategi Mengatasi Trauma Karena Percintaan

3 Juni 2024   23:31 Diperbarui: 3 Juni 2024   23:56 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghadapi masa setelah putus hubungan adalah pengalaman yang penuh dengan emosi kompleks bahkan dapat mempengaruhi perilaku bagi saya, baik perilaku positif maupun negatif. Putus cinta sering kali menjadi pengalaman yang sangat menyakitkan dan dapat meninggalkan trauma emosional yang mendalam.

Kasus stress hingga trauma yang pernah saya alami ketika saya baru saja mengalami putus cinta pada bulan oktober 2023 lalu. Sejak putus, saya merasa sangat kehilangan dan kesepian karena sebelumnya saya merasa selalu diberi perhatian oleh mantan saya apapun itu situasinya ditambah pada saat itu adalah masa awal beradaptasi dengan lingkungan baru (Jogja dan Kampus). 

Selain itu, saya juga merasa sedih yang berlebihan selalu menangis setiap waktu terutama sebelum tidur di malam hari dan melewati tempat-tempat yang dulu sering kami kunjungi. 

Dari beberapa emosi tersebut mempengaruhi pikiran saya yaitu meyimpulkan bahwa tidak ada seorang pun yang peduli dengan saya selain dia. Saya juga selalu menyalahkan diri sendiri bahwa penyebab putus hubungan tersebut adalah kesalahan saya sepenuhnya. 

Pada masa ini berpengaruh juga terhadap perilaku saya, seperti berubah menjadi sosok yang pendiam, suka merenung, tidak pernah tidur di kos sendiri, keluar hingga larut malam, jarang makan hingga sering jatuh sakit. 

Seiring berjalannya waktu muncul juga perilaku positif seperti lebih rajin belajar dan ibadah, lebih memperluas relasi di kampus, dan mengikuti berbagai kegiatan positif (organisasi, volunteer, dan seminar)

Masa putus hubungan pada waktu itu, cukup membuat saya trauma untuk menjalani sebuah hubungan baru karena saya menganggap bahwa semua hubungan yang saya jalani pasti gagal. Trauma akibat putus cinta dapat dijelaskan melalui beberapa teori psikologis. Salah satunya adalah teori attachment (keterikatan) oleh John Bowlby. 

Menurut teori ini, hubungan romantis sering kali membentuk ikatan emosional yang kuat, mirip dengan ikatan antara anak dan orang tua. Ketika hubungan tersebut berakhir, individu dapat merasa kehilangan yang mendalam dan mengalami gejala mirip dengan grief atau berkabung. 

Sesuai dengan kasus yang saya alami, pada saat itu saya benar-benar merasa kehilangan yang mendalam hinnga muncul perubahan perilaku pada diri saya yaitu sering menghabiskan uang, bermain hingga larut malam bahkan pagi, dan jarang tidur di kos saya sendiri.

Mengatasi trauma cinta memang tidak mudah, namun bisa dilakukan dengan dukungan dan kesabaran extra maka semuanya akan menjadi lebih mudah Terimalah perasaan yang ada di dalam hati dengan jujur, ikhlas dan meluangkan waktu untuk pemulihan setelah kepergian kekasih hati. 

Sebagai mahkluk sosial untuk meminta bantuan orang  yang ada disekitar kita merupakan hal yang perluk kita lakukan, karena disaat kepergian kekasih hati pasti akan datang masa diaman memang benar-benar merasa kehilangan yang pada sebelumnya kita memiliki seseorang yang selalu kita hubungi hampir setiap waktunya.

Bahwa kita berhak untuk merasa bahagia dan memiliki hubungan yang sehat kepada orang yang ada disekitar kita, karema kehidupan kita tidak hanya bergantung kepada satu orang saja melainkan juga butuh bersosialisai dengan orang yang ada disekitarnya.

Sumber: grid.id
Sumber: grid.id

Walaupun ini respons natural, tetapi bentuk pertahanan ini berpengaruh pada relasi yang sekarang. Ketika kamu mulai insecure, posesif, dan mulai membanding-bandingkan atau menyamakan pasangan yang sekarang dengan pasangan-pasangan sebelumnya. Jill P. Weber memaparkan tanda kalau seseorang punya trauma di hubungan sebelumnya sebagai berikut:

1. Panik ketika pasangan tidak bisa dikontak atau tidak mengontak

Ketika pasangan tidak bisa dikontak ataupun mengontak kamu mulai panik dan stres sendiri. Kamu mulai cemas dan memikirkan yang aneh-aneh dan kemungkinan-kemungkinan yang membuatmu semakin stres

Apakah pasangan menghilang, selingkuh, mulai menjauh, tidak menyayangi kamu lagi, karena gejala tidak mengontak, kemudian menghilang pernah terjadi sebelumnya di hubungan lalu.

2. Ketika tindakan pasangan menjadi 'trigger'

Pernah tidak pasangan yang sekarang mengatakan sesuatu, kemudian tiba-tiba kamu menjadi paranoid sendiri karena pasangan sebelumnya juga pernah mengatakan hal yang sama. Lalu, muncul kekhawatiran jangan-jangan pasangan sekarang sama dengan yang sebelumnya.

3. Bereaksi berlebihan 

Kamu menemukan dirimu kerap bereaksi berlebihan terhadap segala situasi. Apapun yang dilakukan pasangan yang sekarang seolah serba salah. Dia "hanya" mengucapkan terima kasih tanpa emoticon pelukan ketika kamu membuatkan klepon dan wedang ronde, lalu kamu beranggapan pasti ada sesuatu yang salah.

Bahkan di momen yang seharusnya sweet, ketika dia memandangmu teduh sambil mengusapkan tangannya ke pipimu dan memperbaiki anak rambutmu, kamu berpikir dia akan meninggalkanmu. Dan kalau ditilik kembali, kamu pernah mengalami momen-momen yang kurang lebih sama di masa lalu, kemudian membandingkannya dengan relasi yang sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun