deru biru menghadang di pelataran
memutar-balikkan kemudi perjalanan
sambil berayunan dengan jemari lentik menggoda
menghantui tiap rona dalam pelupuk mata
meneriaki sang pesolek marka
tak berguna dalam kata
bukan...
semudahnya bercampur dengan tangis tawa senja
bukan...
seindahnya fajar menguak rona tak tersisa
namun penuh dalam derita
kita bertitik noda keringat membanjiri usaha
hah...,
andaikan kau tahu pendendang senja bercerita
dalam menelanjangi waktu yang tersisa
mungkin tak kan sampai senja menyapa
hingga lembayung senja tak jadi merona
diam...,
bukan bahasa puisi terindah bagiku
namun lebih berkicau dalam gemuruh peraduan malam
sampai rona malam terhapus bersih
bahwa pagi akan bergandengan dalam salam
#SG, rainsyuhi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H