Â
"The enemy is not men. The enemy is the concept of patriarchy, the concept of patriarchy as the way to run the world or do things." Â Toni Morrison
Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang memberikan dominasi atau kekuasaan kepada laki-laki, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam institusi politik dan ekonomi. Konsep ini berasal dari bahasa Yunani, di mana patria berarti "ayah" atau "keluarga", dan arche berarti "pemerintahan" atau "kekuasaan". Dalam konteks ini, patriarki merujuk pada suatu sistem di mana laki-laki memegang peran utama dalam pengambilan keputusan, kontrol terhadap sumber daya, dan pengaturan norma sosial. Akar terjadi nya patriarki dan keberadaan ideologi patriarki dalam masyarakat tidak terlepas dari sejarah peradaban manusia. Pada masa silam manusia mengantungkan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan ini dilakukan oleh laki-laki, sementara perempuan tinggal di rumah. Kondisi demikian, menjadikan perempuan memiliki banyak waktu senggang, sehingga perempuan menggunakan waktu senggangnya tersebut untuk bertani. Hal ini dikemukakan pula oleh Setiawan (2012: 13), bahwa ketika laki-laki berangkat ke hutan berburu, maka perempuan menanam umbi-umbian dan biji-bijian di tanah datar yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Kaum perempuanlah penemu pertama 'ilmu cocok tanam' dan sekaligus pekerja pertanian yang pertama. sistem patriarki dimulai ketika manusia mulai mengenal kepemilikan pribadi, di mana sistem kepemilikan ini juga menandai lahirnya sistem kelas. Kelahiran sistem patriarki tersebut, membuat perempuan tergeser ke pekerjaan-pekerjaan domestik dan bekerja sesuai keinginan laki-laki. Hal ini menjadi akar dominasi laki-laki terhadap perempuan. Seperti yang disampaikan Engels dalam Budiman (1981: 23), bahwa kemunculan sistem patriarki menjadikan perempuan sebagai makhluk pengabdi saja. Perempuan menjadi budak dari keserakahan laki-laki, dan menjadi mesin pembuat anak-anak belaka. Penyebab terjadinya patriarki menurut Kate Millet dalam buku Sexual Politics, penyebab utama patriarki dilatar belakangi oleh perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Masyarakat memandang perbedaan biologis antara keduanya merupakan status yang tidak setara. Perempuan yang tidak memiliki otot atau fisiknya tidak seperti laki-laki dipercayai sebagai alasan mengapa masyarakat meletakkan perempuan pada posisi lemah (inferior).
Padahal di dalam Al-Qur'an sendiri memang sudah tercantum bahwasan nya derajat wanita pun tinggi. mana bukti nya? QS Maryam adalah bukti bahwa derajat wanita itu sudah ditinggikan. Sebelum datang nya Islam, patriarki pun memang sudah mengakar lebih kuat di kehidupan masyarakat. namun dengan datang nya Islam sebagai pelurus bahwa wanita bukanlah boneka yang hanya dijadikan pemuas nafsu, penghasil anak, pengurus anak, dibunuh, dianiaya dll.
Adanya kesetaraan bukan berarti 'Mengubah Kodrat'. bedakan kodrat dengan peran/hak. Kodrat itu contoh seperti laki laki sudah kodrat nya bersifat maskulin dan wanita feminim,wanita sudah kodrat biologis nya mengandung, melahirkan, menyusui. Namun hak ini lah yang menjadi titik fokus orang yang berjuang menyuarakan Kesetaraan Gender & Feminisme. karena pada FAKTA & KENYATAANNYA dunia 'Dibuat atau Diciptakan' seakan hanya untuk laki laki yang berkuasa atasnya.
Kesetaraan ini belum Semuanya dirasakan sama perempuan, kita setara tapi belum rata. di tunjuk kan oleh penelitian yang bilang indonesia ada di posisi ke 85 dari 149 negara soal kesenjangan gender, artinya perempuan perempuan di indonesia masih mengalami banyak masalah yang bikin mereka belum bisa punya kesempatan yang setara atau sama.
"Indonesia has the eighth highest absolute number of child brides in the world"
Unicef, March 2018
dan faktanya 15% anak perempuan menikah di umur kurang dari 18 tahun, selain bahaya bagi kesehatan ini juga berdampak membuat lingkaran kemiskinan semakin tinggi karena mereka kehilangan hak nya untuk bersekolah.
Dampak patriarki dalam kehidupan sehari hari bagi perempuan adalah sudah jelas pembatasan peran sosial dan professional perempuan sering kali dihadapkan pada pembatasan dalam hal peran sosial dan karier. Norma sosial yang ada menuntut perempuan untuk lebih fokus pada urusan domestik dan pengasuhan anak, sementara dunia profesional dan politik didominasi oleh laki-laki. Wanita tidak mendapatkan hak yang seharusnya wanita bisa dapatkan. Contoh seperti masih banyak wanita tidak boleh jadi pemimpin, suara laki laki lebih didengar dibanding suara wanita, wanita sulit/bahkan tidak boleh bekerja, wanita dibatasi berinteraksi positif dengan masyarakat, di arab wanita dilarang mengendarai mobil walau tidak sepenuhnya, bahkan lebih parah nya wanita dilarang menuntut ilmu terlalu tinggi karna kebanyakan laki laki takut kalo wanita sudah berilmu akan jadi pembangkang dan susah diatur oleh laki laki padahal kenyataanya tidak selalu seperti itu apalagi banyak nya omongan atau statetment dari masyarakat mengenai perempuan ber Pendidikan tinggi tinggi, mereka selalu mengatakan hal seperti "Ngapain sih perempuan sekolah tinggi-tinggi ujung-ujungnya juga nanti di dapur, buang buang waktu dan uang aja." selain itu dampak nya juga menyangkut kekerasan Gender dan Pelecehan Seksual, Patriarki juga berkontribusi terhadap tingginya angka kekerasan terhadap perempuan. Dalam sistem ini, perempuan sering dipandang sebagai objek atau milik yang bisa dikendalikan oleh laki-laki. Ketimpangan kekuasaan ini membuka ruang bagi kekerasan fisik, emosional, atau seksual. Kekerasan berbasis gender seperti pelecehan seksual dan pemerkosaan menjadi masalah serius yang sering kali diabaikan atau dipandang remeh oleh masyarakat yang patriarkal. Tidak jarang perempuan yang menjadi korban kekerasan justru disalahkan atau dipersalahkan, memperburuk penderitaan mereka. contoh kecil yang sudah di maklumi dimasyarakat seperti, Laki laki tidak dilarang keluar malam hari sedangkan wanita  padahal bisa jadi keluar malam karena ada kepentingan urgent, atau ada urusan itu tidak di perbolehkan. Laki laki dibolehkan membuat pilihan sedangkan wanita harus selalu di arahi dan diawasi, laki laki yang sudah tidak perjaka hanya diwajari sedangkan wanita yang sudah tidak perawan di cap wanita busuk, wanita nakal, wanita yang hilang harga diri, wanita tidak benar, padahal bisa jadi perempuan tersebut korban pelecehan seksual/pemerkosaan. Jika terjadi kejadian perselingkuhan/hamil diluar pernikahan yang selalu disalahkan adalah wanita nya tidak dengan laki laki, Jika terjadi kejadian pelecehan seksual yang disalahkan selalu wanita nya tidak dengan laki laki nya karena alasan utamanya pakaian yang dikenakan wanita nya, walaupun pakaian termasuk factor terjadi nya hal tersebut tapi tidak di pungkiri faktanya banyak Wanita yang memakai baju sudah tertutup pun tidak luput menjadi korban pelecehan seksual, cat calling dll.
Dampak patriarki di dalam kehidupan sehari sehari tidak hanya terjadi pada perempuan saja tetapi pihak laki laki juga, walaupun perempuan sering di anggap sebagai korban utama, tetapi dampak patriarki bagi pihak laki laki di dalam kehidupan sehari hari itu tekanan untuk menjadi dominan yang dimana laki laki selalu di tuntut untuk selalu menunjukkan kekuatan, ketangguhan, dan kemampuan untuk menjadi penyedia bagi keluarga. Laki-laki diharapkan untuk mengendalikan emosi mereka dan tidak menunjukkan kerentanannya, yang sering kali mengarah pada stres dan masalah kesehatan mental. Patriarki mengajarkan bahwa laki-laki harus memendam perasaan mereka dan mengekspresikan diri hanya dalam bentuk kekuatan atau ketegasan. Ini menghalangi laki-laki untuk mengembangkan keterampilan emosional dan hubungan yang sehat. contoh nya laki laki yang dari awal sudah terstigma sebagi sosok yang kuat, maskulin, pekerja keras jadi suatu saat laki laki mengalami masalah laki laki tidak boleh mengeluh, tidak boleh merengek sedikit pun, tidak boleh menangis, padahal hal tersebut boleh di lakukan tapi karena stigma bahwa laki laki harus selau kuat jadi susah untuk mengungkapkan bahwa diri nya sedang kelelahan dan lainnya.
Nah bagaimana sih solusi agar terjadinya sistem patriarki berkurang di dalam masyarakat?
Yang jelas pastinya perlu membutuhkan kerjasama antara kelompok atau indivudu, komunitas, organisasi, pemerintah, dan sektor swasta untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan Pendidikan Kesetaraan Gender, Pendidikan sejak dini yang dimana mengajarkan kesetaraan gender dan menghormati hak-hak individu sejak usia anak-anak, baik di sekolah maupun dalam keluarga. Memberikan perempuan kesempatan yang sama dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka di dunia kerja. Selain itu, memberikan akses yang setara terhadap sumber daya ekonomi, seperti kredit, tanah, dan pekerjaan. Memperkuat sistem hukum untuk melindungi perempuan dari kekerasan fisik, psikologis, dan seksual. Ini termasuk memperbaiki sistem hukum agar lebih responsif terhadap korban kekerasan dan mengadili pelaku dengan tegas. Â Melibatkan laki-laki dalam pendidikan yang menekankan pentingnya kesetaraan gender, penghapusan kekerasan terhadap perempuan, dan menghormati hak-hak perempuan. Mendorong laki-laki untuk menjadi sekutu dalam perjuangan kesetaraan gender dengan mengubah sikap, mendukung perempuan dalam karier dan kehidupan, serta melawan norma-norma patriarkal yang ada.
Kesimpulan nya patriarki adalah sistem yang telah lama ada dan memberikan dampak besar bagi kehidupan perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Meskipun perempuan lebih sering dianggap sebagai korban utama, laki-laki juga terpengaruh oleh sistem ini, yang memaksakan peran dan harapan yang membatasi kebebasan pribadi mereka. Dampak negatif patriarki tidak hanya menghambat kemajuan perempuan, tetapi juga menciptakan tekanan dan ketegangan emosional bagi laki-laki. Oleh karena itu, untuk menciptakan masyarakat yang lebih setara dan harmonis, penting bagi kita untuk mempertanyakan dan mendekonstruksi norma-norma patriarkal yang ada, serta membuka ruang bagi individu, baik perempuan maupun laki-laki, untuk berkembang sesuai dengan potensi dan pilihan mereka tanpa dibatasi oleh peran gender yang kaku, Intinya dengan adanya kesetaraan mengajarkan bahwa laki laki dan wanita harus saling menghargai peran dan hak masing,dengan begitu budaya patriarki perlahan menghilang. Perlu diingat bahwan "AGAMA TIDAK PERNAH MENGAJARKAN KETIDAKADILAN GENDER" namun itu hanyalah hasil akibat dari tafsir umat itu sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI