Mohon tunggu...
Dear Hakam
Dear Hakam Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Generasi Robot di Era Modern

3 Juli 2018   13:01 Diperbarui: 3 Juli 2018   13:05 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia adalah makhluk hidup yang erat kaitannya dalam bermasyarakat. Keutuhan manusia akan tercapai apabila manusia sanggup menyelaraskan perannya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial (homo socialis), manusia tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi membutuhkan bantuan manusia lain untuk melakukan hal tertentu. 

Misalnya, ketika berada di lingkungan terkecil yaitu keluarga. Dalam keluarga, seorang anak membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya agar dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan sehat. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan bermodal dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan peranannya menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari adanya individualitas tanpa melaluinya dengan berkehidupan sosial.

Sebagai masyarakat Indonesia, setiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya tentunya dalam hal yang positif. Saling bersosialisasi antara satu sama lainnya membuat interaksi yang kuat untuk mengenal kepribadian manusia lain. Manusia yang mudah bersosialisasi adalah manusia yang mampu menjalankan komunikasi dengan baik pada lingkungan sekitarnya. 

Dengan berlandaskan pada Pancasila, manusia yang notabennya merupakan makhluk sosial diharapkan dapat saling menerima dan menghargai segala perbedaan yang ada. Manusia sejak lahir sampai akhir usianya selalu hidup dalam masyarakat, tidak mungkin manusia di luar masyarakat. Aristoteles mengatakan bahwa makhluk hidup yang tidak hidup dalam masyarakat ialah sebagai seorang malaikat atau seorang hewan.

Penerapan yang sesungguhnya akan terlihat ketika bersosialisasi antar tetangga, dengan adanya interaksi sosial antar tetangga akan mempermudah kita dalam mengatasi masalah di sekitar yang membutuhkan bantuan dari manusia lainnya. Hubungan ini akan terjalin dengan baik apabila intensitas komunikasi dilakukan secara terus menerus dan sebaik mungkin meminimalisis perselisihan yang dapat mengurangi kepercayaan dan kenyamanan dari kedua belah pihak. 

Sebab tidak mudah menjaga sebuah hubungan bertetangga bila sudah terjadi permasalahan baik itu ringan maupun berat. Pada dasarnya esensi manusia adalah kesadaran tentang status dan posisi dirinya, serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan.

Namun seiring berkembangnya zaman, seakan esensi manusia bergeser dikarenakan kemajuan teknologi yang membuat ketergantungan. Gadget salah satunya, pegangan kecil pendamping sehari--hari ini secara tidak langsung telah menggelapkan manusia sebagai mahkluk sosial. Alat yang dulunya berfungsi sebagai penghubung komunikasi jarak jauh dengan kerabat maupun sanak saudara sekarang sudah berkembang pesat menjadi pengganti teman. 

Beragam fitur disediakan oleh para perusahaan komunikasi guna melahirkan produk-produk baru yang bakal mengisi pasar. Melalui inovasi, mereka memaksa insan-insan menambah kebutuhan hidupnya dimana perkembangan teknologi tidak mungkin mencapai kata sempurna dalam arti sesungguhnya. Didukung dengan adanya aplikasi media sosial yang bermunculan seakan kebutuhan hidup mayoritas sudah terwakilkan pada teknologi tersebut.

Bagi mereka yang hidup di perkotaan, di dunia modern yang menuntut segala sesuatunya serba cepat dan mudah, memiliki gadget merupakan keniscayaan. Buruknya lagi hal ini terjadi tidak hanya pada kaum muda yang masih remaja melainkan semua kalangan dari berbagai elemen masyarakat. Anti sosial adalah julukan yang cocok bagi mereka yang sibuk kehidupannya bersama gadget bagaikan pecandu narkoba yang sulit lepas dari candunya. 

Bagaimana tidak, berkumpulnya masyarakat untuk melakukan suatu aktivitas seperti arisan warga sembari bertukar informasi sekarang tidak perlu bertatap muka secara langsung ditempat yang sama, cukup melalui bantuan aplikasi yang tertera pada gadget tanpa melihat wajahnya dan tidak berbicara dapat terlaksana. Lalu sudahkah komunikasi sosial (social communication) yang baik itu tersampaikan?

Kenyataannya ketika membuka layar gadget dimanapun berada, saat itulah mereka sebenarnya telah menutup pintu sebagai mahkluk sosial yang seharusnya saling berinteraksi secara nyata. Karena menganggap pembicaraan adalah mengetik dan mengobrol adalah membaca dikala mereka selalu menghabiskan waktu bersama tanpa saling bertatap mata. 

Terlihat menyenangkan, namun sebenarnya sikap tersebut sudah ke luar dari nilai dan etika bermasyarakat pada umumnya. Mereka dikelilingi oleh anak--anak yang sejak lahir dan dibesarkan dengan melihat mereka hidup seperti robot berjalan. Sepatah dua patah kalimat yang terucap terdengar monoton layaknya setingan radio. Lalu bagaimana generasi mendatang akan lebih baik bila peristiwa seperti ini terus berlangsung?

Perbaiki mulai sekarang, awali dengan penuh kesadaran untuk mengalihkan perhatian yang selalu mengutamakan kehidupan didalam sebuah layar gadget. Bagilah waktu untuk kehidupan yang nyata, ingatlah anda tidak hidup dalam dunia maya yang penuh rekayasa drama. Hidupkan lingkungan disekitar, ciptakan kehidupan yang indah bersama keluarga, kerabat dan tetangga. 

Seperti yang pernah dikatakan Albert Einstein mengenai ketakutannya akan perkembangan teknologi dalam mempengaruhi kehidupan sosial, "I fear the day technology will surpass our human interaction. The world will have a generation of idiots." (saya takut pada hari dimana teknologi akan melampaui interaksi manusia. Dunia akan memiliki generasi idiot).

Dikirim oleh:

Dear Hakam 

*Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun