Mohon tunggu...
Ardiansyah Fadli
Ardiansyah Fadli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta

Saya menyukai aktivitas membaca, menulis dan berdiskusi

Selanjutnya

Tutup

Financial

Seimbangkan Gaya Hidup dan Pengelolaam Finansial

8 Juni 2018   14:54 Diperbarui: 8 Juni 2018   15:06 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengelola keuangan Pribadi, menunda kebahagian semu untuk kebahagiaan di masa depan.  

Uang adalah alat untuk bertransasksi yang sah di Indonesia bahkan di Dunia. Untuk membeli, dan menjual apapun kita menggunakan instrumen uang sebagai alat tukar yang sah diantara kedua belah pihak. Yakni penjual dan pembeli.

Dahulu,  di zaman yang antah barantah,  banyak orang menggunakan cara barter untuk bertransasksi. Yakni menukarkan apa yang kita miliki dengan apa yang orang lain miliki. Misal,  ketika kita membutuhkan beras, kita mesti menukarkan sesuatu yang kita punya kepada orang lain agar kita mendapatkan beras dari mereka yang memiliki beras. Begitupun sebaliknya.

Zaman begerak cepat. Orang sudah tidak melakukan sistem barter untuk mendapatkan sesuatu. Saat terbentuk sebuah struktur pemerintahan,  negara, rezim, dibuatlah mata uang sebagai alat untuk bertransasksi. Dan berakhirlah masa barter secara perlahan.

Di zaman mata uang. Sekarang, justru banyak orang yang fokus pada uang atau bagaimana caranya untuk mendapatkan uang sebagai alat tukar untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Hilir mudik, pagi dan sore. Jalan raya di penuhi dengan orang orang yang ingin bekerja untuk mengais dan mendapatkan penghasilan berupa uang.

Setiap orang memiliki penghasilan dan pendapatan gaji yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal itu ditentukan dengan dimana tempat ia bekerja, seberapa tinggi jabatannya dalam suatu perusahaan dan pertimbangan pertimbangan lainnya.  

Masalahnya hari ini adalah ternyata kebercukupan itu bukan soal besar dan kecilnya gaji, atau penghasilan yang di dapatkan. Tapi karena cakapnya mereka mengelola, mengatur masuk dan keluarnya keuangan pribadi.  

Banyak bukan, orang yang gajinya puluhan juta,  tetep saja merasa tidak pernah cukup. Banyak tanggungan,  kredit, pengeluaran lebih besar daripada pemasukan hanya untuk memenuhi gaya hidup mewah.  Tapi ada juga orang dengan penghasilan yang tidak begitu besar, 3 atau 4 juta per bulan gajinya. Tapi terbukti cukup untuk membiayai kehidupannya bahkan masih bisa menyisihkan sebagian uangnya untuk menabung di bank. Dua contoh yang teramat kontras menjadi sebuah pertanyaan besar untuk sama sama kita jawab mengapa hal demikian bisa terjadi,  dan kenapa persoalan keuangan kian menjadi rumit dalam masalah kehidupan.

Yok,  kita bicarakan soal keuangan. Maksudnya uang penting untuk dicari dan didapatkan, tapi jauh lebih penting untuk mengelola keuangan.

Dalam acara buka bersama hari kamis 7 juni 2018, saya bersama teman teman komunitas blogger jakarta, berkesempatan berbincang soal finansial planning, bersama Direktur Financial Planning,  Budi Rahadjo.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun