Langit mendung di bulan Agustus,
Menemani lara yang tak kunjung tuntas.
Janji-janji cinta yang terlupakan,
Seperti debu tertiup angin dan tak terbayangkan.
Hujan turun membasahi bumi,
Air mata pun mengalir tanpa henti.
Kenangan indah bersamamu,
Terukir di hati bagai lukisan abadi.
Rasa rindu yang semakin mendalam,
Menyiksa jiwa yang tak berdosa.
Ingin ku teriakan namamu di tengah hujan,
Agar kau tahu betapa aku merindukan.
Namun, aku sadar diri,
Kau telah pergi jauh dan takkan kembali.
Hanya kenangan yang tersisa,
Sebagai pengingat cinta yang tak terencana.
Langit mendung di bulan Agustus,
Simbol duka dan rasa pilu.
Cinta yang terhalang oleh waktu,
Menjadi luka yang tak terobati.
Tetapi,Â
Di balik mendung yang kelam,
Seberkas sinar mentari masih memancarkan.
Harapan baru masih bersemi,
Meskipun luka di hati masih perih terasa.
Aku yakin, suatu saat nanti,
Pelangi indah akan muncul setelah hujan.
Cinta yang baru akan datang menyapa,
Menghapus luka dan membawa kebahagiaan.
Hingga saat itu tiba,
Aku akan terus belajar untuk ikhlas.
Menerima kenyataan dan melangkah maju,
Menemukan kebahagiaan baru di jalan hidupku.
Meskipun mendung di bulan Agustus,
Aku takkan pernah kehilangan harapan.
Cinta yang hilang takkan terlupakan,
Tetapi kenangan indah akan selalu tersimpan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H