Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pendidik

Belajar-Lakukan-Evaluasi-Belajar Lagi-Lakukan Lagi-Evaluasi Kembali, Ulangi Terus sampai tak terasa itu menjadi suatu kewajaran. Mengapa? Karena Berfikir adalah pekerjaan terberat manusia, apakah anda mau mencoba nya? Silahkan mampir ke : lupa-jajan.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengapa Aku Hidup?

14 Februari 2024   21:48 Diperbarui: 14 Februari 2024   21:50 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di persimpangan jalan, di bawah kelamnya jubah malam,

Aku termenung, terpaku dalam bisu yang kelam.

Mempertanyakan arti, di balik nafas yang tersingkap bagai embun pagi,

Mengapa aku hidup? Di dunia yang penuh duka nan kelam bagai malam tanpa rembulan.

Apakah aku hanya debu yang tertiup angin badai,

Berputar tanpa arah, tanpa tujuan yang pasti bagai biduk tanpa nahkoda?

Ataukah aku api yang berkobar di dalam jiwa yang sunyi,

Membawa semangat, menerangi dunia yang fana bagai lilin di tengah badai?

Aku hidup, untuk merasakan hangatnya mentari pagi,

Menyapa bumi dengan kehangatan yang abadi bagai kasih ibu yang tak terganti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun