Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pendidik

Belajar-Lakukan-Evaluasi-Belajar Lagi-Lakukan Lagi-Evaluasi Kembali, Ulangi Terus sampai tak terasa itu menjadi suatu kewajaran. Mengapa? Karena Berfikir adalah pekerjaan terberat manusia, apakah anda mau mencoba nya? Silahkan mampir ke : lupa-jajan.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Hanya Ingin Tenang

14 Oktober 2023   10:07 Diperbarui: 14 Oktober 2023   10:24 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maafkan aku, Aku marah

Di remang malam begitu sepi
Hati ini begitu keji ingin mencaci
Siapapun mereka tak sudi aku mengenal

Aku begini bukan karena aku ingin
Aku hanya ingin hidup tenang setiap hari

Pernahkah kau rindu suasana malam sepi menanti
Seperti angin yang kesana kemari
Tidak sedikitpun lisannya berkata-kata
Tapi i bergeliat tanpa henti, lirih tak terdengar suaranya

Pentingkah apa yang keluar dari cakap tak berjiwa itu?
Sehingga harus juga hari ini kau muntah kan semuanya?
Pedulilah padaku dan aku aku lain di sana
Yang sebenarnya tidak ingin mendengar
Jeritan permohonan dan panggilan untuk nya

Apakah benar tenggang rasa hanya milik sebagian gembala?
Dimana 'kebaikan' dipaksakan kepada semua-muanya?

Aku tak paham sampai sejauh mana arah amarah ini
Pernah hati mencoba tak peduli
Tapi mereka semakin jadi menjadi
Tak kenal lelah mencampaki kita sebagai yang lain

Sudahlah aku tidak peduli
Aku akan pergi secepatnya
Berdengung-dengunglah sampai mangkat dirimu nanti
Toh, aku sudah beranjak pergi meninggalkan kalian dengan luapan marah tak terduga

###

Keluh kesah hati ini

Diwaktu pagi sajak fajar kau umumkan
Ketika siang tak lupa gumaman itu terucap lagi
Mendekati sore hari kau lantunkan kembali
Sampai dengan menjelang malam tak henti-henti mulut itu menggurui

Aku tau
Aku paham
Bahwa, sebagian dari kami tidaklah hadir
Tapi bukan karena aku tak ingin

Sejak awal engkau menutup hati ini
Bersenandung tak ada henti sesuatu yang tak berarti
Dan memanfaatkan waktunya tiba untuk segera menghardik
Atau hanya tak ingin ternodai

Padahal...

Aku juga sama sepertimu
Aku juga manusia
Manusia yang hidup, tumbuh bersama
Mengarungi selat-selat sempit masalah lama
Hingga kita sampai pada kondisi sekarang

Taatkala kami menjadi-jadi, sudikah sejenak untuk sadar dan sejenak luangkan waktu untuk berfikir bahwa:
Ada yang lain di antara aku
Ada yang tidak serupa tentang bagaimana aku melihat warna

Pernahkah?
Pernahkah?

Sepertinya tidak

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun