Mohon tunggu...
Ardi Winata Tobing
Ardi Winata Tobing Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk mengingat.

Prokopton.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Audio Book: Tips dan Perdebatan

11 April 2022   21:19 Diperbarui: 11 April 2022   21:22 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Headset yang didesain untuk dipakai dalam posisi tidur

Aplikasi eReader Prestigo
Aplikasi eReader Prestigo

Tapi kalau Anda tak suka dengan format suara artifisial, aplikasi penyedia audio book bisa dijadikan solusi. Misalnya saja saat ini saya berlangganan aplikasi Storytel. Di sini, ada banyak sekali macam buku yang dibacakan oleh penutur profesional. Bahkan entah kenapa beberapa di antara penuturnya terdengar familiar, mungkin sebagian di antara mereka pernah menjadi dubber di sinema atau seri kartun. Oh iya, untuk langganan satu bulan, maharnya sekitar 30 ribuan.

Tangkapan layar aplikasi Storytel
Tangkapan layar aplikasi Storytel

Mendebat Audi Book

Sejak kelahiran pertamanya dibidani mesin cetak Guttenberg hampir 600 tahun lalu, buku sebagai sumber referensi paling populer, sudah mengalami banyak perubahan dinamis. Campur tangan bisnis membuat buku jadi produk yang terpapar berbagai macam inovasi, apalagi di tengah dominasi arus digital saat ini. Mau tak mau, buku harus pandai-pandai jual diri kalau tak ingin pelan-pelan berakhir sebagai artefak sejarah.

Bermula dari sekadar lembar kertas yang dijilid, buku kini sudah berevolusi ke dalam bentuk elektronik lewat format electronic book (e-book) dan audio book. Sejak awal mula munculnya varian buku digital ini, berbagai perdebatan cukup sengit bermunculan. Pro-kontra bermuara pada pertanyaan utama: apakah membaca buku di layar gawai, apalagi "cuma" mendengarkannya dalam format audio, sama marwahnya dengan mengkaji buku fisik yang bisa disentuh lembar per lembarnya?

Khusus untuk audio book, ada artikel menarik yang dirilis oleh time.com yang dijuduli: Are Audiobooks As Good For You As Reading? Here's What Experts Say.

Di salah satu bagian artikel itu, disebutkan kalau profesor dari Bloomsburg University of Pennsylvania bernama Beth Rogowsky, pernah melakukan semacam eksperimen perihal audiobook tahun 2016.

Eksperimennya begini, Rogowsky membagi dua kelompok yang akan membaca buku berjudul Unbroken, sebuah kisah nonfiksi tentang Perang Dunia II. Kelompok pertama dan kedua membaca bagian yang sama, namun dengan format yang berbeda. Yang satu mendengar audio book, yang lainnya membaca buku elektronik di e-reader. Setelah itu, setiap orang mengikuti kuis yang dirancang untuk mengukur seberapa baik mereka menyerap materi.

Hasil tesnya? Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam pemahaman antara membaca dan mendengarkan.

Akan tetapi eksperimen ini didebat karena pembanding yang digunakan adalah audio book dan e-book, tanpa mengikutkan sang sesepuh, yaitu print book atau buku cetak.

Masih kata artikel itu, seorang profesor di bidang psikologi dari University of Virginia, Daniel Willingham, menyebut kalau buku cetak punya keunggulan mutlak yang tak dipunyai oleh dua turunannya. Keunggulan yang disebutkan oleh Profesor Willingham itu saya maknai sebagai "kesadaran posisi". Maksudnya, saat kita membaca buku fisik, kita bisa mengetahui dengan jelas sudah sejauh apa perjalanan narasi kita lewat perbandingan tebal buku yang sudah dibaca dan yang tersisa. Kesadaran posisi ini memberi pengalaman khas yang membantu kita menciptakan gambaran narasi dan tiap sequence dalam sebuah buku. Pada akhirnya, ini membantu pembaca mengingat lebih banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun