Saya tak punya bakat melawak sehingga masa depan saya tidak akan secerah komedian Haji Bolot setelah sesi panggilan tersebut.
SMS juga serupa. Selain memerlukan biaya tambahan, pesan berbayar juga memiliki kelemahan pada batas karakter pesan. Â Padahal sebuah pesan undangan seleksi memuat banyak informasi; mulai dari basa-basi pembuka, lokasi, jam, hingga keterangan tambahan yang harus dipatuhi calon peserta sebelum turun ke medan uji.
E-mail jadi alternatif pilihan. E-mail bisa menjangkau kandidat dalam jumlah banyak tanpa batas konten. Namun e-mail bukan tanpa kelemahan. Pengalaman membuktikan jika pelamar tidak secara rutin memeriksa e-mail masuk. Ada jeda waktu panjang untuk memeriksa kotak surel. Sehingga undangan seleksi via e-mail tidak akan efektif jika pelaksanaan tes akan berlangsung dalam waktu dekat dan membutuhkan konfirmasi kehadiran segera. Akan ada banyak kandidat yang  melewatkan undangan padahal sudah lolos dari seleksi pemberkasan.
Saya yang belum punya banyak pengalaman terpaksa harus mencari cara mengakali kendala itu. Tapi Google yang biasanya punya jawaban untuk banyak pertanyaan rupanya sedang tak bersolusi. Tidak ada cara spesifik yang bisa dipakai untuk permasalahan menjangkau kandidat dalam jumlah banyak, apalagi dengan keterangan tambahan "jika tes akan dilaksanakan dalam waktu dekat".
Saya sempat terpikir untuk menggunakan sosial media Facebook, tapi jelas akan sangat merepotkan jika harus mencari ribuan akun dalam waktu singkat, belum lagi mengkoordinasikannya. Tapi justru dari ide menggunakan sosial media itu saya mendapat akal: mengapa tidak menggunakan WhatsApp saja?
Timbulnya satu ide selalu berbarengan dengan mekarnya masalah baru.
Akan diperlukan banyak waktu untuk menyimpan nomor ponsel dan mensinkronisasikannya dengan kontak WA.
Tapi itu hanya sebentar saja jadi kendala ketika saya ingat jika Google Mail menyediakan fitur sinkronisasi kontak ponsel dengan e-mail.