Mohon tunggu...
Ardi Winata Tobing
Ardi Winata Tobing Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk mengingat.

Prokopton.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lagi, Warga Diteror Isu Horor. Kali ini Tentang “Kakek Sarung”

14 Maret 2015   19:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:39 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum tamat demam begal yang mewabahi banyak daerah di Indonesia, teror baru yang tak kalah mencekam kembali muncul lagi. Kali ini pelakunya bukan gerombolan pemuda bermotor yang menenteng senjata, tapi hanya seorang kakek renta yang membawa segandeng sarung rombeng. Isu yang sudah jadi trending topic di kota Medan seminggu terakhir ini gaungnya bahkan sukses menjangkiti daerah lain di Sumatera Utara.

Sebuah situs berita lokal, Tribun Medan, yang merupakan anak media koran Kompas, sempat memuat berita mengenai kemunculan kakek sarung dan teror yang dibawanya.

Isu ini dikatakan berawal dari pesan berantai broadcast message di BlackBarryMessenger, yang berisi:

"Guys, hati hati ya ada kakek" dan nenek" yg lagi cari TUMBAL ILMU HITAM NYA DI MEDAN SEKITAR..

Ciri ciri nya udah tua pasti nya, bawa sarong, dan menjual sarung nya dng harga murah.. dia memaksa org untuk beli sarong nya itu, tapi sarong nya udah jelek. Tapi orang pintar melihat, Itu adalah kain kafan. udh banyak korban yang meninggal, ada di Tandem 4 orang, bandar selembah 1 org. Kalau dia datang kerumah kelen tutup aja pintu kelen, jangan lupa di kunci, dia bisa ngilang, terus kalok mau di pegang badan nya licin, katanya dia ada ilmu hitam. Britahu yang lain juga ya. Soalnya kakek itu sudah di daerah asrama jipur

# Kenyataan gak bohong ! Baru dapat info dari kawan, jaga diri anda dan keluarga , dari kakek" itu karena kakek itu sudah berada di asrama jipur !# gak sukak DC aja / buang BB mu itu biar gak dapat info" kek gini, ini nyata terbukti.

Info ku dia sudah sampek Daerah Sudarso,kemaren dia baru nawari dekat daerah YoS sudarso,

Cuma sarungnya kalok di lihat kenak matahari ,berubah menjadi kain kafan,

Dan Dia menjual 5000.rupiah.

Kalok gk mau di beli dia akan menangis.seperti anak bayi .Tolong sebarkan,ini memang Fakta! ‪#‎sb---sory ngelanjutin BC berjaga2 itu PENTING.."

(sumber)

Tak ada informasi yang bisa dijadikan verifikasi mengenai awal mula kemuculan dan benar-tidaknya isu ini. Tapi aksi “kakek sarung” ternyata mampu membuat khawatir banyak orang, bahkan kabar burung itu terkesan mencipta rasa takut yang berlebihan. Beberapa tetangga saya dengan cemas buru-buru menghubungi anak dan sanak saudara yang tak tinggal serumah agar berhati-hati saat menerima tamu tak dikenal dengan ciri-ciri yang disebutkan di atas. Orang-orang di sekitar lokasi rumah saya juga ketakutan keluar dari kediaman masing-masing ketika malam menjelang karena takut ditawari sarung kematian oleh si kakek.

Ada-ada saja.

Sebenarnya ini bukan kali pertama. Rasa takut yang didasarkan dari isi pesan singkat berantai sudah sering terjadi dengan bermacam variasi. Mungkin masih bisa dimaklumi jika teror yang disebar memang berwujud nyata atau sudah terbukti adanya sehingga bisa dijadikan informasi agar lebih mawas diri dan berhati-hati.

Namun kalau isunya sudah mengarah ke hal-hal klenik, mistis dan horor yang isinya selalu konyol dan absurd, akhirnya malah bisa merugikan banyak pihak.

Bayangkan saja, sebuah kabar mengatakan kalau ada seorang kakek penjual keliling dikeroyok massa hanya karena dituduh sebagai pelaku “kakek sarung”. Malu dan prihatin, jika kabar burung pun ternyata dijadikan legitimasi untuk menghakimi orang yang mungkin tak tahu apa-apa. Belum lagi isu tersebut bisa saja berpengaruh terhadap omset penjual keliling “normal” lainnya.

Tentu ironis jika pedagang keliling yang menjajakan barang-barangnya dengan berjalan kaki  berjam-jam di bawah terik dan hujan mesti menanggung risiko jualannya tak laku sampai babak belur dimassa warga akibat prasangka yang terlanjur dipercayai orang banyak.

Entahlah, apakah mereka yang mentah-mentah mempercayai kabar tak berbukti berjudul “kakek sarung” itu memang benar merasa takut—atau malah “senang” merasa takut dan menganggap rasa takutnya adalah keasyikan yang layak untuk dibagi-bagikan!

Harusnya masyarakat sadar diri untuk berpikir lebih rasional dan masuk akal dibandingkan merawat mental “menerima tanpa bukti”.

Tentu tak masuk di akal jika seorang kakek yang telah “membunuh” banyak orang hanya dengan selembar sarung yang bisa berubah wujud jadi kain kafan tidak dijadikan headline di seluruh media nasional atau mendapat perhatian serius dari Densus 88 karena kejahatan seperti itu sudah mengarah ke terorisme.

Jika kasus pembunuhan seorang Sisca Yofie saja begitu habis-habisan disorot media, masak sih, aksi kriminal seajaib "kakek sarung" cuma beredar lewat broadcast message dan lebih dipopulerkan bisak-bisik tetangga?

Weleh-weleh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun