Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Si Kecil udah Jago Joget Tiktok, Si Paling Dewasa Malah Pandai Korupsi! Benarkah Sebejat Itu Moral Oknum Masyarakat Kita?

24 Desember 2024   09:00 Diperbarui: 15 Desember 2024   13:54 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://antikorupsi.org/id/refleksi-hari-pendidikan-nasional-korupsi-sektor-pendidikan-masih-tinggi)

Tetapi, tetap saja, menyalahkan sistem tanpa introspeksi diri bukanlah solusi. Moralitas individu, yang seharusnya sudah dipupuk sejak kecil, memiliki peran besar dalam mencegah perilaku koruptif.

Di Mana Moralitas Terputus?

Perbedaan mencolok antara "si kecil jago joget" dan "si paling dewasa pandai korupsi" menimbulkan pertanyaan serius: kapan moralitas kita mulai goyah? Mengapa nilai-nilai positif yang seharusnya kita pelajari sejak kecil bisa terkikis seiring bertambahnya usia?

Dalam sebuah studi oleh Psikolog Universitas Indonesia, Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, disebutkan bahwa perkembangan moral anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan figur otoritas, seperti orang tua dan guru. Jika anak-anak dibesarkan dalam lingkungan yang menekankan kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian, nilai-nilai itu cenderung akan melekat hingga dewasa.

Sayangnya, ketika anak-anak tumbuh di lingkungan yang melihat korupsi sebagai "hal biasa," moralitas positif yang ditanamkan di masa kecil bisa terkikis. Dalam survei Transparency International tahun 2021, Indonesia menduduki peringkat ke-96 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi. Angka ini mencerminkan betapa korupsi telah menjadi fenomena yang mengakar.

Bayangkan seorang anak yang melihat berita tentang pejabat korupsi setiap hari. Apa yang mereka pikirkan tentang "kejujuran" dan "integritas" ketika orang dewasa di sekitarnya justru menunjukkan kebalikannya?

Harapan: Belajar dari Si Kecil

Meski kondisi ini terkesan suram, ada secercah harapan. Jika anak-anak mampu menyerap hal positif dengan cepat, mengapa kita tak belajar dari mereka? Bayangkan jika antusiasme dan ketekunan anak-anak dalam belajar joget TikTok dialihkan untuk belajar tentang kejujuran, empati, dan tanggung jawab.

Pendidikan moral dan karakter harus menjadi fokus utama, tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah. Orang tua, guru, dan tokoh masyarakat harus menjadi teladan nyata dari nilai-nilai yang diajarkan. Anak-anak belajar dari meniru, dan mereka pantas meniru yang baik.

Selain itu, teknologi yang sering dituding sebagai "pengalih perhatian" sebenarnya bisa menjadi alat yang ampuh untuk membangun moral. Konten edukatif yang kreatif, kampanye anti-korupsi di media sosial, dan cerita-cerita inspiratif bisa menjadi bagian dari solusi.

Kesimpulan: Dewasa Itu Bukan Soal Umur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun