Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hati-Hati Para Guru, Beberapa Ucapan Ini Dapat Merusak Mental Peserta Didik!

9 Desember 2024   08:00 Diperbarui: 12 Desember 2024   08:06 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Pexels/RDNED Stock Project

Sebagai seorang pendidik, guru memiliki peran besar dalam membentuk karakter, kepercayaan diri, dan kesehatan mental siswa.

Setiap kata yang diucapkan guru memiliki dampak, baik itu positif maupun negatif.

Ucapan yang membangun dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk berkembang, sementara ucapan yang tidak bijak bisa meninggalkan luka yang mendalam.

Dalam era pendidikan yang semakin memperhatikan kesehatan mental, penting bagi guru untuk lebih berhati-hati dengan pilihan kata.

1) Ucapan yang Bisa Menyebabkan Dampak Negatif

Beberapa ungkapan yang sering kali dianggap biasa ternyata dapat merusak kepercayaan diri siswa dan memengaruhi kondisi mental mereka. Berikut beberapa contohnya:

"Kamu tidak akan bisa!"

Ucapan ini, meskipun terkadang diucapkan sebagai bentuk tantangan, sering kali justru menanamkan rasa rendah diri pada siswa. Siswa yang mendengar ini mungkin kehilangan motivasi untuk mencoba, karena merasa sudah divonis gagal sejak awal.

"Kenapa kamu tidak bisa seperti [nama siswa lain]?"

Membandingkan siswa dengan orang lain adalah salah satu hal yang paling merusak. Setiap anak memiliki potensi unik yang tidak seharusnya dibandingkan. Ucapan ini dapat membuat siswa merasa tidak cukup baik dan merusak hubungan sosial antar siswa.

"Itu pertanyaan bodoh!"

Sikap merendahkan seperti ini dapat menghalangi siswa untuk berbicara atau bertanya di masa depan. Padahal, keberanian siswa untuk bertanya adalah langkah awal dalam proses pembelajaran.

"Kamu memang malas!"

Memberi label negatif kepada siswa hanya akan memperkuat pola pikir tersebut. Bukannya memotivasi, ucapan ini justru bisa membuat siswa merasa dirinya tidak bisa berubah.

"Kamu selalu membuat masalah!"

Mengeneralisasi perilaku negatif siswa dapat membuat mereka merasa tidak dihargai. Hal ini juga dapat memicu pemberontakan atau justru menarik diri dari lingkungan sekolah.

2) Dampak pada Mental dan Perilaku Siswa

Ucapan-ucapan di atas tidak hanya berdampak langsung pada emosi siswa, tetapi juga berpengaruh jangka panjang terhadap perkembangan mereka. 

Penelitian menunjukkan bahwa kritik yang tidak membangun dari orang dewasa, termasuk guru, dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri siswa dan menyebabkan stres atau kecemasan.

Menurut data dari National Alliance on Mental Illness (NAMI), sekitar 1 dari 5 siswa mengalami masalah kesehatan mental setiap tahunnya, dan tekanan dari lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor utama. Selain itu, laporan dari American Psychological Association juga mengungkapkan bahwa pengalaman negatif dengan guru dapat membuat siswa kehilangan minat belajar dan menciptakan citra diri yang buruk.

Pentingnya Pilihan Kata yang Bijak

Sebagai seorang pendidik, guru tidak hanya bertugas menyampaikan ilmu, tetapi juga memberikan dukungan emosional kepada siswa. Kata-kata yang positif dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk membangun hubungan yang sehat antara guru dan siswa.

3) Gunakan Bahasa yang Menginspirasi

Alih-alih mengatakan "Kamu tidak akan bisa," guru bisa berkata, "Ini memang sulit, tapi saya percaya kamu bisa mencobanya." Hal ini akan mendorong siswa untuk lebih percaya diri dan berusaha keras.

Fokus pada Perkembangan Individu

Daripada membandingkan siswa, fokuslah pada potensi mereka. Katakan, "Saya senang melihat kamu terus berusaha, mari kita cari cara agar kamu lebih paham."

Hargai Pertanyaan dan Pendapat Siswa

Hindari memberi label "bodoh" pada pertanyaan. Sebaliknya, respons seperti, "Itu pertanyaan bagus, mari kita diskusikan bersama," akan membangun keberanian siswa untuk berpikir kritis.

Berikan Kritik dengan Cara yang Membangun

Ketimbang memberi label "malas," coba katakan, "Saya tahu kamu punya potensi besar, bagaimana kalau kita cari cara agar kamu lebih fokus?"

Kenali dan Hargai Usaha Mereka

Kalimat seperti "Saya melihat kamu sudah bekerja keras, usaha kamu sangat berarti," dapat memberikan motivasi lebih besar kepada siswa untuk terus belajar.

Menjadi Guru yang Mendukung Mental Siswa

Selain memperhatikan ucapan, penting juga bagi guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan:

4) Berikan Ruang untuk Siswa Menyampaikan Perasaan

Kadang-kadang, siswa hanya butuh didengarkan. Guru bisa menyediakan waktu untuk mendengarkan keluh kesah mereka tanpa menghakimi.

Pahami Kondisi Emosional Siswa

Tidak semua siswa memiliki latar belakang atau kondisi yang sama. Memahami cerita di balik perilaku siswa akan membantu guru memberikan pendekatan yang lebih sesuai.

Berikan Penguatan Positif

Selalu cari kesempatan untuk memuji usaha siswa, bahkan untuk hal kecil. Hal ini akan membangun kepercayaan diri mereka.

Ajarkan Resiliensi dan Empati

Dorong siswa untuk belajar dari kesalahan tanpa takut dihukum secara emosional. Ajarkan mereka bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar.

Kesimpulan

Peran guru sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat secara emosional bagi siswa.

Pilihan kata yang bijak dapat menjadi senjata ampuh untuk membangun semangat, rasa percaya diri, dan motivasi belajar siswa. 

Sebaliknya, ucapan yang tidak hati-hati dapat merusak kesehatan mental dan menghambat perkembangan mereka.

Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya komunikasi yang positif, guru tidak hanya membantu siswa dalam mencapai prestasi akademik, tetapi juga mempersiapkan mereka menjadi individu yang tangguh secara emosional dan sosial.

Mari bersama-sama menciptakan dunia pendidikan yang lebih manusiawi, di mana setiap kata yang diucapkan menjadi cahaya yang menerangi jalan siswa menuju masa depan yang lebih baik.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun