Pola asuh juga memainkan peran penting dalam membentuk ketangguhan anak. Orang tua generasi 90-an cenderung lebih permisif dalam membiarkan anak-anak mereka mengambil risiko kecil, seperti memanjat pohon atau bermain jauh dari rumah. Sebaliknya, orang tua zaman sekarang sering kali lebih protektif, dengan alasan keamanan atau kenyamanan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa pola asuh yang lebih protektif ini bukan tanpa alasan. Dunia saat ini menghadirkan tantangan yang berbeda, seperti meningkatnya angka kriminalitas di perkotaan atau risiko bahaya dari lingkungan digital. Orang tua masa kini berusaha melindungi anak-anak mereka dari ancaman tersebut, meskipun terkadang dengan mengorbankan peluang anak untuk belajar menghadapi risiko.
Faktor Sosial dan Ekonomi yang Berbeda
Perbedaan lain yang signifikan adalah kondisi sosial dan ekonomi. Generasi 90-an tumbuh di era dengan tingkat inflasi yang lebih rendah dan tekanan ekonomi yang relatif stabil. Sementara itu, anak-anak zaman sekarang harus berhadapan dengan tantangan global, seperti krisis iklim, ketidakpastian ekonomi, dan persaingan kerja yang lebih ketat di masa depan. Hal ini dapat memberikan tekanan tambahan yang berbeda sifatnya dibandingkan generasi sebelumnya.
Apakah Anak Zaman Sekarang Kurang Tangguh?
Mengatakan bahwa anak-anak zaman sekarang kurang tangguh sebenarnya terlalu simplistik. Ketangguhan adalah hasil dari adaptasi terhadap tantangan yang dihadapi. Generasi 90-an mungkin tampak lebih tangguh karena mereka tumbuh di lingkungan yang mengharuskan mereka untuk lebih mandiri dan kreatif. Namun, generasi saat ini juga menunjukkan ketangguhan dalam menghadapi tantangan unik yang berbeda, seperti krisis kesehatan mental akibat media sosial atau belajar di tengah pandemi COVID-19.
Studi dari American Psychological Association (2022) menunjukkan bahwa meskipun generasi muda memiliki tingkat stres yang lebih tinggi, mereka juga lebih terbuka untuk mencari bantuan dan solusi, seperti konseling atau pelatihan pengelolaan emosi. Ini menunjukkan bentuk ketangguhan yang berbeda---bukan sekadar bertahan, tetapi juga mencari cara untuk berkembang di tengah tekanan.
Mengintegrasikan Kekuatan dari Dua Generasi
Daripada membandingkan generasi dengan pertanyaan siapa yang lebih tangguh, mungkin lebih bijak untuk mencari cara mengintegrasikan kekuatan dari masing-masing era. Generasi 90-an dapat menjadi inspirasi dalam hal keberanian menghadapi risiko dan kemandirian, sementara generasi saat ini dapat mengajarkan pentingnya fleksibilitas dan adaptasi terhadap perubahan yang cepat.
Orang tua, pendidik, dan masyarakat dapat memainkan peran dalam membentuk generasi yang tangguh dengan menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan keterampilan hidup. Kombinasi pengalaman nyata dan pemanfaatan teknologi yang bijak dapat membantu membentuk individu yang siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Kesimpulan