Di Papua, misalnya, operasi militer untuk menghadapi OPM sering dikritik karena pelanggaran hak asasi manusia yang melibatkan warga sipil. Data dari Amnesty International menunjukkan bahwa sejak 2010 hingga 2020, setidaknya 400 orang tewas akibat kekerasan di Papua, sebagian besar adalah warga sipil.
"Pendekatan keamanan yang dominan sering kali mengesampingkan upaya dialog dan rekonsiliasi. Akibatnya, konflik berkepanjangan menciptakan rasa tidak percaya antara masyarakat Papua dan pemerintah pusat," kata Veronica Koman, seorang pengacara hak asasi manusia.
Belajar dari Masa Lalu
Sejarah menunjukkan bahwa pelabelan "musuh negara" sering kali menjadi alat politik untuk mempertahankan kekuasaan dan membungkam perbedaan pendapat. Namun, dampaknya jauh melampaui masa kekuasaan rezim tersebut, meninggalkan trauma yang diwariskan lintas generasi.
Upaya rekonsiliasi dan pengungkapan kebenaran menjadi langkah penting untuk menyembuhkan luka sejarah ini. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), yang pernah direncanakan di Indonesia, dapat menjadi platform untuk mendengar suara korban, mengungkap fakta, dan mendorong perdamaian.
"Kita harus membuka ruang bagi diskusi yang jujur tentang masa lalu kita, bukan untuk mencari kesalahan, tetapi untuk belajar dan memastikan bahwa tragedi ini tidak terulang," kata Bambang Widjojanto, mantan wakil ketua KPK dan pengamat hukum.
Kesimpulan
Sejarah kelam Indonesia dengan mereka yang pernah dianggap sebagai musuh negara adalah pengingat akan pentingnya menjaga hak asasi manusia dan keadilan. Stigma dan trauma yang muncul dari masa lalu tidak hanya memengaruhi korban langsung, tetapi juga mencoreng perjalanan bangsa menuju demokrasi yang sejati.
Melalui rekonsiliasi dan pendidikan sejarah yang jujur, Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih inklusif, di mana tidak ada lagi kelompok atau individu yang direndahkan hanya karena pandangan atau identitas mereka. Semoga sejarah kelam ini menjadi pelajaran berharga untuk mewujudkan Indonesia yang lebih adil dan manusiawi.
#SalamLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H