Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena Parkir Mobil Sembarangan dan Maraknya Sikap Apatis Terhadap Sesama Pengguna Jalan di Indonesia

24 Januari 2025   08:00 Diperbarui: 19 Januari 2025   10:04 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Parkir mobil sembarangan telah menjadi salah satu masalah lalu lintas yang kian memprihatinkan di berbagai kota di Indonesia. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan buruknya kesadaran akan aturan lalu lintas, tetapi juga semakin menguatkan tanda-tanda sikap apatis di kalangan pengguna jalan. Dari jalan sempit di perkampungan hingga jalan protokol di pusat kota, mobil yang diparkir sembarangan sering kali menjadi penyebab utama kemacetan, kecelakaan, hingga konflik sosial. Namun, akar masalah ini jauh lebih kompleks daripada sekadar pelanggaran aturan.

Parkir Sembarangan: Sebuah Fenomena yang Meresahkan

Hasil survei yang dilakukan oleh Institut Studi Transportasi Indonesia pada tahun 2023 menunjukkan bahwa lebih dari 35% kemacetan di daerah perkotaan disebabkan oleh parkir liar. Jalan-jalan yang seharusnya menjadi ruang untuk mobilitas bersama sering kali diambil alih oleh kendaraan yang diparkir seenaknya, baik di tepi jalan raya, trotoar, maupun di depan fasilitas umum seperti rumah sakit dan sekolah. Hal ini tidak hanya mengganggu kelancaran lalu lintas, tetapi juga menghambat aksesibilitas pengguna jalan lainnya, terutama pejalan kaki dan pesepeda.

Sebagai contoh, di Jakarta, kota dengan tingkat kemacetan yang tinggi, parkir sembarangan menjadi salah satu faktor utama yang memperparah situasi. Trotoar yang seharusnya menjadi ruang aman bagi pejalan kaki kerap digunakan sebagai tempat parkir kendaraan. Hal ini memaksa pejalan kaki untuk turun ke jalan, meningkatkan risiko kecelakaan. Fenomena serupa juga terjadi di kota-kota lain seperti Bandung, Surabaya, dan Medan.

Apatisme di Jalan Raya: Refleksi Budaya Individualisme?

Sikap apatis terhadap sesama pengguna jalan terlihat semakin marak, terutama di kota-kota besar. Ketika seorang pengemudi memarkir kendaraannya sembarangan, ia tidak hanya melanggar aturan, tetapi juga menunjukkan kurangnya empati terhadap kebutuhan orang lain. Pengguna jalan lainnya yang terdampak, sering kali merasa tidak berdaya dan memilih untuk mengabaikan masalah tersebut karena takut konflik atau karena sudah terlalu sering menghadapi situasi serupa.

Penelitian dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 2022 mengungkapkan bahwa 68% responden merasa bahwa pengguna jalan di Indonesia cenderung bersikap egois, dengan hanya sedikit yang menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan pengguna jalan lainnya. Budaya individualisme yang semakin mengakar, ditambah dengan lemahnya penegakan hukum, menjadi faktor utama yang melatarbelakangi fenomena ini.

Dampak Parkir Sembarangan dan Sikap Apatis

Parkir sembarangan dan sikap apatis memiliki dampak yang jauh lebih luas daripada yang terlihat di permukaan. Beberapa dampak utama meliputi:

Kemacetan Kronis: Ketika kendaraan diparkir sembarangan, ruang jalan yang tersedia untuk lalu lintas menjadi lebih sempit. Ini menyebabkan kemacetan yang berimbas pada efisiensi waktu dan produktivitas masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun