Sebaliknya, siswa yang lebih tua (SMP hingga SMA) mungkin lebih menghargai bentuk reward yang lebih abstrak dan berbasis penghargaan sosial, seperti pujian yang tulus atau pengakuan atas usaha dan kerja keras mereka. Bandura (1986) dalam Social Learning Theory menekankan pentingnya penguatan sosial dalam proses belajar, terutama bagi remaja yang cenderung lebih dipengaruhi oleh interaksi sosial dan pengakuan dari orang lain.
4. Menerapkan Prinsip Keadilan dalam Pemberian Reward
Keadilan adalah aspek penting dalam pemberian reward. Siswa sangat peka terhadap ketidakadilan, dan jika mereka merasa bahwa reward diberikan secara tidak adil, hal ini dapat menurunkan motivasi dan bahkan memicu konflik di dalam kelas. Adams (1965) dengan Equity Theory menjelaskan bahwa individu termotivasi oleh keadilan, dan mereka akan membandingkan rasio input (usaha) dan output (reward) mereka dengan orang lain.
Guru harus memastikan bahwa reward diberikan berdasarkan kriteria yang jelas dan transparan. Misalnya, jika reward diberikan berdasarkan pencapaian akademik, pastikan kriteria penilaian sudah dijelaskan sebelumnya sehingga semua siswa memahami apa yang dibutuhkan untuk memperoleh penghargaan tersebut. Dengan demikian, siswa merasa dihargai atas usaha mereka, bukan semata-mata keberuntungan atau preferensi guru.
5. Menggunakan Reward sebagai Bagian dari Penguatan Positif, Bukan Manipulasi
Tujuan utama dari pemberian reward adalah untuk menguatkan perilaku positif, bukan untuk memanipulasi siswa agar melakukan sesuatu yang mereka tidak sukai. Oleh karena itu, reward harus diberikan dengan tulus dan bukan sebagai alat untuk mengendalikan perilaku siswa. B.F. Skinner (1938), seorang tokoh terkemuka dalam teori behaviorisme, menekankan pentingnya penguatan positif sebagai cara yang efektif untuk membentuk perilaku. Namun, dia juga memperingatkan bahwa penguatan harus diberikan secara konsisten dan hanya ketika perilaku yang diinginkan terjadi.
Sebagai contoh, daripada memberikan reward hanya untuk hasil akademik yang tinggi, guru dapat memberikan reward untuk usaha, kerja keras, atau peningkatan yang signifikan, sehingga siswa merasa dihargai tidak hanya atas hasil akhir tetapi juga atas proses belajar mereka.
Kesimpulan
Memberikan reward kepada siswa bisa menjadi alat yang efektif untuk memotivasi dan meningkatkan perilaku positif jika dilakukan dengan bijaksana. Guru harus mempertimbangkan beberapa faktor penting sebelum memberikan reward, seperti jenis reward yang digunakan, dampak jangka panjang, kesesuaian dengan usia, prinsip keadilan, dan tujuan dari pemberian reward itu sendiri. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan mendukung perkembangan motivasi intrinsik siswa.
Sebagai pendidik, tujuan utama kita adalah untuk membantu siswa menemukan kegembiraan dalam belajar dan mengembangkan kecintaan mereka terhadap pengetahuan. Dengan demikian, reward sebaiknya bukan menjadi satu-satunya motivator, tetapi alat tambahan yang digunakan secara bijaksana untuk mendukung proses belajar yang menyenangkan dan bermakna.
#SalamLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H