Memberikan reward atau penghargaan kepada peserta didik adalah salah satu strategi yang umum digunakan oleh guru untuk memotivasi dan memperkuat perilaku positif di dalam kelas. Pemberian reward juga kerap dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan antusiasme belajar peserta didik di kelas. Namun, tidak semua bentuk reward memberikan dampak yang positif. Tanpa perencanaan yang tepat, pemberian reward dapat berujung pada ketergantungan siswa pada penghargaan eksternal dan mengurangi motivasi intrinsik mereka untuk belajar. Oleh karena itu, sebelum memberikan reward, ada beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh guru agar strategi ini efektif dalam jangka panjang.
Artikel ini akan membahas lima hal penting yang wajib diketahui guru sebelum memberikan reward kepada peserta didik, didukung dengan teori dan data yang relevan.
1. Memahami Jenis Reward: Eksternal vs. Internal
Reward dapat dibagi menjadi dua jenis utama: eksternal dan internal. Reward eksternal adalah penghargaan yang diberikan dari luar, seperti hadiah fisik (misalnya, stiker, mainan, atau permen) atau pengakuan sosial (misalnya, pujian, sertifikat, atau penghargaan). Sebaliknya, reward internal berfokus pada penghargaan yang berasal dari dalam diri siswa, seperti perasaan bangga, kepuasan diri, atau rasa pencapaian.
Menurut penelitian oleh Deci, Koestner, dan Ryan (1999), reward eksternal yang diberikan secara berlebihan dapat menurunkan motivasi intrinsik siswa, yaitu motivasi yang berasal dari minat dan kesenangan pribadi terhadap kegiatan belajar. Mereka menemukan bahwa siswa yang terlalu sering diberi reward eksternal cenderung kehilangan minat terhadap tugas yang mereka lakukan begitu reward tersebut dihentikan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menyeimbangkan antara reward eksternal dan internal, dengan fokus lebih pada bagaimana membangun motivasi intrinsik siswa.
2. Mengenali Efek Jangka Panjang dari Reward
Sebagai pendidik, penting untuk menyadari bahwa reward tidak hanya berdampak pada perilaku siswa dalam jangka pendek, tetapi juga memiliki implikasi jangka panjang terhadap perkembangan sikap belajar mereka. Alfie Kohn (1993) dalam bukunya Punished by Rewards menyatakan bahwa penggunaan reward yang berlebihan dapat mengarah pada perilaku yang disebut “overjustification effect”, di mana siswa merasa bahwa tugas atau aktivitas hanya berharga jika ada hadiah yang menunggu di akhir.
Studi dari Lepper, Greene, dan Nisbett (1973) menunjukkan bahwa ketika anak-anak diberikan reward untuk aktivitas yang sebelumnya mereka sukai, minat mereka terhadap aktivitas tersebut berkurang setelah reward dihentikan. Misalnya, anak yang senang menggambar menjadi kurang tertarik melakukannya setelah mereka diberi hadiah atas aktivitas menggambar mereka. Oleh karena itu, guru harus berhati-hati dalam memberikan reward dan mempertimbangkan dampak jangka panjangnya terhadap motivasi belajar siswa.
3. Menyesuaikan Reward dengan Usia dan Tingkat Perkembangan Siswa
Setiap siswa berbeda dalam hal kebutuhan dan preferensi mereka, terutama ketika berkaitan dengan usia dan tahap perkembangan. Misalnya, anak-anak yang lebih muda (usia TK hingga SD) mungkin lebih responsif terhadap reward yang bersifat konkret, seperti stiker atau bintang emas, karena mereka masih berada pada tahap perkembangan yang lebih visual dan konkret.