Kekerasan terhadap anak menjadi isu yang tidak pernah kehilangan relevansinya di Indonesia. Kasus-kasus yang terjadi bukan hanya mencederai hak anak, tetapi juga mengguncang hati nurani masyarakat. Berikut ini adalah rekam jejak beberapa kasus kekerasan terhadap anak yang pernah menggemparkan Indonesia dari masa ke masa, mulai dari kasus penculikan hingga penganiayaan fisik yang berakhir tragis.
1. Kasus Marsinah Kecil (1996)
Salah satu kasus yang menggemparkan di tahun 1990-an adalah kasus yang dikenal dengan nama Marsinah Kecil. Pada tahun 1996, seorang anak perempuan berusia 9 tahun ditemukan tewas mengenaskan di daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur. Ia ditemukan dalam kondisi terbungkus karung dengan luka-luka yang menunjukkan tanda-tanda kekerasan fisik yang sangat kejam.
Kasus ini sempat menghebohkan publik karena sang pelaku, yang ternyata adalah tetangga korban, tega melakukan kekerasan seksual sebelum akhirnya membunuh korban dengan sadis. Kasus ini menyoroti lemahnya pengawasan dan perlindungan anak di lingkungan terdekat mereka.
2. Kasus Engeline (2015)
Kasus Engeline, seorang anak perempuan berusia 8 tahun di Denpasar, Bali, menjadi sorotan nasional pada pertengahan tahun 2015. Engeline dilaporkan hilang oleh ibu angkatnya sebelum akhirnya ditemukan tewas terkubur di halaman belakang rumahnya sendiri. Jenazah Engeline ditemukan dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, menunjukkan adanya tanda-tanda kekerasan fisik.
Ibu angkat Engeline dan seorang pembantu rumah tangga didakwa sebagai pelaku kekerasan. Kasus ini menjadi simbol dari kerapuhan sistem adopsi dan pengasuhan di Indonesia, sekaligus memicu perdebatan tentang bagaimana pemerintah dan masyarakat harus melindungi anak-anak yang rentan terhadap kekerasan dalam keluarga.
3. Kasus Penculikan Anak di Jakarta (2018)
Tahun 2018, Indonesia dikejutkan oleh kasus penculikan anak yang melibatkan beberapa pelaku di Jakarta. Modus operandi yang digunakan adalah berpura-pura menawarkan permen atau mainan kepada anak-anak di sekitar sekolah atau taman bermain. Pelaku kemudian membawa korban ke tempat sepi dan meminta uang tebusan kepada orang tua korban.
Kasus ini menimbulkan kepanikan di kalangan orang tua dan sekolah, serta memicu berbagai kampanye pencegahan penculikan anak di berbagai wilayah Indonesia. Pemerintah dan pihak kepolisian segera melakukan tindakan pencegahan, termasuk meningkatkan patroli di sekitar sekolah dan ruang publik.