Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bom Waktu di Balik Buruknya Paparan Konten Media Sosial bagi Anak

11 November 2024   16:51 Diperbarui: 11 November 2024   17:01 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://lifestyle.kontan.co.id/news/ini-8-cara-mengatasi-anak-kecanduan-gadget-dan-aktivitas-alternatif-penggantinya)

Eksposur konten seksual atau kekerasan dapat menimbulkan gangguan psikologis, termasuk trauma, perilaku agresif, atau normalisasi tindakan tidak pantas.

4. Adiksi Media Sosial

Anak-anak sangat rentan terhadap kecanduan media sosial. Menurut penelitian dari The International Journal of Environmental Research and Public Health, sekitar 37% anak usia 10-14 tahun menunjukkan tanda-tanda kecanduan media sosial, seperti merasa gelisah jika tidak dapat mengakses gawai, kehilangan minat pada aktivitas di luar media sosial, dan penurunan kualitas interaksi sosial di dunia nyata.

Gejala Kecanduan Media Sosial:

Perubahan Perilaku: Anak menjadi mudah marah, gelisah, atau depresi ketika tidak bisa mengakses media sosial.
Penurunan Performa Akademik: Anak-anak yang kecanduan media sosial cenderung memiliki performa akademik yang menurun karena sulit berkonsentrasi dan sering mengabaikan tugas sekolah.
Studi Kasus:

The National Institute of Mental Health menemukan bahwa remaja yang kecanduan media sosial memiliki tingkat aktivitas yang lebih rendah di bagian otak yang terkait dengan kontrol diri, mirip dengan pola yang terlihat pada kecanduan zat.

5. Dampak pada Kemampuan Sosial dan Komunikasi

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menghambat perkembangan kemampuan sosial anak. Penelitian oleh University of Pennsylvania menunjukkan bahwa remaja yang menghabiskan lebih dari 2 jam per hari di media sosial memiliki kemampuan komunikasi tatap muka yang lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lebih jarang mengakses media sosial.

Faktor yang Mempengaruhi:

Interaksi Digital vs. Tatap Muka: Anak-anak yang lebih sering berinteraksi secara online daripada offline cenderung kurang terampil dalam membaca ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan nuansa komunikasi non-verbal.
Pengaruh Filter Bubble: Media sosial cenderung menampilkan konten yang sesuai dengan minat anak, yang dapat membatasi pandangan mereka terhadap dunia luar dan mengurangi kemampuan untuk berempati.
Data Tambahan:

Sebuah studi dari Journal of Social and Clinical Psychology menemukan bahwa mengurangi penggunaan media sosial menjadi 30 menit per hari dapat meningkatkan kesejahteraan sosial dan mental, termasuk penurunan rasa kesepian dan depresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun