Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

5 Sebab Mengapa Upacara Peringatan Hari Besar Nasional Sudah Tak Lagi Sakral Akhir-Akhir Ini

6 November 2024   21:00 Diperbarui: 6 November 2024   21:17 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Upacara peringatan hari besar nasional seperti Hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan, dan Hari Pendidikan Nasional adalah momen untuk menghargai jasa para pahlawan, mengenang sejarah perjuangan bangsa, serta memperkuat rasa cinta tanah air. Namun, di era modern ini, tak jarang kita mendapati suasana upacara yang tampak tak lagi khidmat dan sakral seperti dahulu. Banyak orang, terutama generasi muda, mungkin merasa bahwa upacara tersebut hanya sekadar formalitas tanpa makna yang dalam. Berikut ini adalah lima sebab mengapa upacara peringatan hari besar nasional cenderung kehilangan kesakralannya, dilengkapi contoh perilaku negatif yang kerap terjadi selama upacara.

1. Penurunan Rasa Nasionalisme di Kalangan Masyarakat

Rasa nasionalisme yang dulunya menjadi identitas yang kuat kini mengalami penurunan, terutama di kalangan generasi muda. Menurut psikolog sosial, adanya pergeseran pola pikir dan budaya yang lebih global menyebabkan banyak orang merasa lebih terhubung dengan isu-isu internasional ketimbang masalah nasional. Pendidikan karakter yang kurang mendalam dalam menyampaikan nilai-nilai kebangsaan juga berdampak pada berkurangnya pemahaman mengenai sejarah perjuangan bangsa.

Contoh perilaku negatif yang mencerminkan hal ini adalah banyaknya peserta upacara yang tampak tidak antusias, menganggap upacara hanya sebagai kewajiban tanpa pemaknaan, serta menunjukkan sikap acuh tak acuh. Tak jarang kita melihat peserta yang berdiri sambil berbicara sendiri, bercanda, atau bahkan terlihat bosan tanpa memahami makna peringatan yang sedang dilangsungkan.

2. Perkembangan Teknologi yang Menciptakan Distraksi

Perkembangan teknologi telah membawa dampak positif maupun negatif dalam kehidupan masyarakat. Saat ini, kehadiran gadget dan media sosial membuat banyak orang cenderung terpaku pada layar daripada memperhatikan situasi di sekitarnya. Dalam konteks upacara peringatan, kehadiran gadget sering kali mengganggu fokus para peserta yang seharusnya serius mengikuti prosesi.

Fenomena umum yang terjadi adalah peserta upacara menggunakan ponsel secara diam-diam selama prosesi berlangsung, entah untuk memeriksa media sosial, chatting, atau sekadar bermain game. Hal ini menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap momen yang seharusnya sakral dan penuh penghormatan. Padahal, dalam sebuah upacara, setiap peserta diharapkan hadir secara fisik dan mental agar dapat mengambil makna dari peringatan tersebut.

3. Minimnya Pengetahuan Sejarah dan Pemahaman Nilai Kebangsaan

Banyak generasi muda saat ini yang kurang memahami sejarah perjuangan bangsa dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pendidikan sejarah di sekolah sering kali hanya disampaikan sebagai fakta-fakta tanpa narasi yang menyentuh dan membangkitkan rasa bangga terhadap bangsa. Akibatnya, sebagian besar peserta upacara hanya mengetahui nama-nama hari besar tanpa mengerti esensi peringatannya.

Contoh perilaku yang sering ditemui adalah peserta yang hanya ikut-ikutan atau sekadar hadir untuk memenuhi kewajiban tanpa memahami makna sebenarnya dari hari besar yang diperingati. Hal ini dapat terlihat dari sikap pasif mereka, misalnya tidak menjiwai lagu kebangsaan saat dinyanyikan, atau berdiri tanpa ekspresi selama penghormatan bendera.

4. Anggapan Bahwa Upacara Hanya Formalitas Tanpa Arti

Bagi sebagian orang, terutama di kalangan anak muda, upacara hari besar nasional hanya dianggap sebagai rutinitas formal yang harus diikuti karena tuntutan institusi atau sekolah. Mereka mungkin melihat upacara sebagai suatu kewajiban yang kaku, penuh dengan aturan, dan jauh dari kehidupan sehari-hari mereka. Dengan kata lain, kegiatan ini tidak lagi memiliki relevansi yang dirasakan langsung oleh individu.

Contoh nyata dari perilaku ini adalah peserta yang tidak menjaga ketertiban, datang terlambat, atau tidak mengenakan seragam dengan benar. Beberapa mungkin datang tanpa mempersiapkan diri secara fisik dan mental, bahkan ada yang membawa makanan atau minuman saat upacara berlangsung. Hal-hal ini mengindikasikan bahwa upacara belum dipandang sebagai momen yang penting, tetapi sekadar prosedur administratif.

5. Kurangnya Pembinaan tentang Etika Upacara

Meskipun upacara sudah menjadi bagian dari tradisi sekolah dan institusi sejak lama, tidak semua peserta benar-benar memahami etika yang berlaku. Banyak yang tidak diajarkan bagaimana seharusnya bersikap saat upacara berlangsung. Tanpa bimbingan yang tepat, peserta cenderung bersikap seenaknya dan kurang memahami pentingnya upacara sebagai simbol penghormatan terhadap sejarah dan perjuangan bangsa.

Perilaku negatif yang mencerminkan hal ini misalnya banyak peserta yang tidak berdiri tegap saat penghormatan bendera, tidak menyanyikan lagu kebangsaan dengan sungguh-sungguh, atau bahkan asyik mengobrol dengan teman di sampingnya. Selain itu, beberapa di antaranya tidak sungguh-sungguh saat menyanyikan lagu kebangsaan, bahkan ada yang bercanda di tengah prosesi yang sakral.

Dampak dari Kehilangan Kesakralan dalam Upacara Peringatan

Ketidakseriusan dalam mengikuti upacara hari besar nasional memiliki dampak yang tidak bisa dianggap remeh. Penurunan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air bisa menyebabkan generasi muda menjadi tidak peduli terhadap kondisi bangsa, tidak mengenal identitas nasional, serta kurang memahami nilai-nilai yang menjadi landasan berdirinya negara. Jika dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan lemahnya ikatan sosial dalam masyarakat serta berkurangnya semangat kebangsaan.

Salah satu upaya untuk mengatasi kondisi ini adalah memperkuat pendidikan karakter dan menanamkan nilai-nilai nasionalisme sejak dini. Pendidik, orang tua, dan tokoh masyarakat perlu berperan aktif dalam memberikan pemahaman kepada generasi muda mengenai pentingnya menghargai sejarah dan menghormati nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, perlunya upacara yang lebih relevan dan interaktif dapat membantu generasi muda merasakan kembali esensi upacara sebagai momen refleksi dan penghormatan.

Kesimpulan

Upacara peringatan hari besar nasional seharusnya menjadi momen yang sakral, penuh dengan makna, dan mampu membangkitkan semangat cinta tanah air. Namun, di era modern ini, berbagai faktor seperti perkembangan teknologi, minimnya pemahaman sejarah, dan perubahan nilai sosial turut berperan dalam meredupkan kesakralan momen ini. Melalui pendekatan yang lebih edukatif dan relevan, upacara dapat kembali menjadi simbol penghormatan yang mengikat kita sebagai satu bangsa. Membentuk kesadaran nasionalisme bukanlah tugas instan; ia adalah proses yang membutuhkan keteladanan, konsistensi, dan dukungan dari semua pihak.

Upacara peringatan hari besar nasional seperti Hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan, dan Hari Pendidikan Nasional adalah momen untuk menghargai jasa para pahlawan, mengenang sejarah perjuangan bangsa, serta memperkuat rasa cinta tanah air. Namun, di era modern ini, tak jarang kita mendapati suasana upacara yang tampak tak lagi khidmat dan sakral seperti dahulu. Banyak orang, terutama generasi muda, mungkin merasa bahwa upacara tersebut hanya sekadar formalitas tanpa makna yang dalam. Berikut ini adalah lima sebab mengapa upacara peringatan hari besar nasional cenderung kehilangan kesakralannya, dilengkapi contoh perilaku negatif yang kerap terjadi selama upacara.

1. Penurunan Rasa Nasionalisme di Kalangan Masyarakat

Rasa nasionalisme yang dulunya menjadi identitas yang kuat kini mengalami penurunan, terutama di kalangan generasi muda. Menurut psikolog sosial, adanya pergeseran pola pikir dan budaya yang lebih global menyebabkan banyak orang merasa lebih terhubung dengan isu-isu internasional ketimbang masalah nasional. Pendidikan karakter yang kurang mendalam dalam menyampaikan nilai-nilai kebangsaan juga berdampak pada berkurangnya pemahaman mengenai sejarah perjuangan bangsa.

Contoh perilaku negatif yang mencerminkan hal ini adalah banyaknya peserta upacara yang tampak tidak antusias, menganggap upacara hanya sebagai kewajiban tanpa pemaknaan, serta menunjukkan sikap acuh tak acuh. Tak jarang kita melihat peserta yang berdiri sambil berbicara sendiri, bercanda, atau bahkan terlihat bosan tanpa memahami makna peringatan yang sedang dilangsungkan.

2. Perkembangan Teknologi yang Menciptakan Distraksi

Perkembangan teknologi telah membawa dampak positif maupun negatif dalam kehidupan masyarakat. Saat ini, kehadiran gadget dan media sosial membuat banyak orang cenderung terpaku pada layar daripada memperhatikan situasi di sekitarnya. Dalam konteks upacara peringatan, kehadiran gadget sering kali mengganggu fokus para peserta yang seharusnya serius mengikuti prosesi.

Fenomena umum yang terjadi adalah peserta upacara menggunakan ponsel secara diam-diam selama prosesi berlangsung, entah untuk memeriksa media sosial, chatting, atau sekadar bermain game. Hal ini menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap momen yang seharusnya sakral dan penuh penghormatan. Padahal, dalam sebuah upacara, setiap peserta diharapkan hadir secara fisik dan mental agar dapat mengambil makna dari peringatan tersebut.

3. Minimnya Pengetahuan Sejarah dan Pemahaman Nilai Kebangsaan

Banyak generasi muda saat ini yang kurang memahami sejarah perjuangan bangsa dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pendidikan sejarah di sekolah sering kali hanya disampaikan sebagai fakta-fakta tanpa narasi yang menyentuh dan membangkitkan rasa bangga terhadap bangsa. Akibatnya, sebagian besar peserta upacara hanya mengetahui nama-nama hari besar tanpa mengerti esensi peringatannya.

Contoh perilaku yang sering ditemui adalah peserta yang hanya ikut-ikutan atau sekadar hadir untuk memenuhi kewajiban tanpa memahami makna sebenarnya dari hari besar yang diperingati. Hal ini dapat terlihat dari sikap pasif mereka, misalnya tidak menjiwai lagu kebangsaan saat dinyanyikan, atau berdiri tanpa ekspresi selama penghormatan bendera.

4. Anggapan Bahwa Upacara Hanya Formalitas Tanpa Arti

Bagi sebagian orang, terutama di kalangan anak muda, upacara hari besar nasional hanya dianggap sebagai rutinitas formal yang harus diikuti karena tuntutan institusi atau sekolah. Mereka mungkin melihat upacara sebagai suatu kewajiban yang kaku, penuh dengan aturan, dan jauh dari kehidupan sehari-hari mereka. Dengan kata lain, kegiatan ini tidak lagi memiliki relevansi yang dirasakan langsung oleh individu.

Contoh nyata dari perilaku ini adalah peserta yang tidak menjaga ketertiban, datang terlambat, atau tidak mengenakan seragam dengan benar. Beberapa mungkin datang tanpa mempersiapkan diri secara fisik dan mental, bahkan ada yang membawa makanan atau minuman saat upacara berlangsung. Hal-hal ini mengindikasikan bahwa upacara belum dipandang sebagai momen yang penting, tetapi sekadar prosedur administratif.

5. Kurangnya Pembinaan tentang Etika Upacara

Meskipun upacara sudah menjadi bagian dari tradisi sekolah dan institusi sejak lama, tidak semua peserta benar-benar memahami etika yang berlaku. Banyak yang tidak diajarkan bagaimana seharusnya bersikap saat upacara berlangsung. Tanpa bimbingan yang tepat, peserta cenderung bersikap seenaknya dan kurang memahami pentingnya upacara sebagai simbol penghormatan terhadap sejarah dan perjuangan bangsa.

Perilaku negatif yang mencerminkan hal ini misalnya banyak peserta yang tidak berdiri tegap saat penghormatan bendera, tidak menyanyikan lagu kebangsaan dengan sungguh-sungguh, atau bahkan asyik mengobrol dengan teman di sampingnya. Selain itu, beberapa di antaranya tidak sungguh-sungguh saat menyanyikan lagu kebangsaan, bahkan ada yang bercanda di tengah prosesi yang sakral.

Dampak dari Kehilangan Kesakralan dalam Upacara Peringatan

Ketidakseriusan dalam mengikuti upacara hari besar nasional memiliki dampak yang tidak bisa dianggap remeh. Penurunan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air bisa menyebabkan generasi muda menjadi tidak peduli terhadap kondisi bangsa, tidak mengenal identitas nasional, serta kurang memahami nilai-nilai yang menjadi landasan berdirinya negara. Jika dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan lemahnya ikatan sosial dalam masyarakat serta berkurangnya semangat kebangsaan.

Salah satu upaya untuk mengatasi kondisi ini adalah memperkuat pendidikan karakter dan menanamkan nilai-nilai nasionalisme sejak dini. Pendidik, orang tua, dan tokoh masyarakat perlu berperan aktif dalam memberikan pemahaman kepada generasi muda mengenai pentingnya menghargai sejarah dan menghormati nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, perlunya upacara yang lebih relevan dan interaktif dapat membantu generasi muda merasakan kembali esensi upacara sebagai momen refleksi dan penghormatan.

Kesimpulan

Upacara peringatan hari besar nasional seharusnya menjadi momen yang sakral, penuh dengan makna, dan mampu membangkitkan semangat cinta tanah air. Namun, di era modern ini, berbagai faktor seperti perkembangan teknologi, minimnya pemahaman sejarah, dan perubahan nilai sosial turut berperan dalam meredupkan kesakralan momen ini. Melalui pendekatan yang lebih edukatif dan relevan, upacara dapat kembali menjadi simbol penghormatan yang mengikat kita sebagai satu bangsa. Membentuk kesadaran nasionalisme bukanlah tugas instan; ia adalah proses yang membutuhkan keteladanan, konsistensi, dan dukungan dari semua pihak.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun