Membahas topik apakah kurikulum menjadi penyebab guru sering meninggalkan kelas saat jam mengajar memerlukan telaah dari beberapa perspektif, mulai dari teori manajemen kelas hingga tantangan praktis dalam implementasi kurikulum.
1. Kurikulum dan Beban Administratif Guru
Salah satu faktor utama yang dianggap berdampak signifikan adalah beban administratif yang bertambah seiring pembaruan kurikulum. Kurikulum Merdeka yang diterapkan di Indonesia mengedepankan pendekatan berbasis proyek dan pembelajaran berdiferensiasi, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar yang berbeda pada setiap siswa. Meskipun memiliki nilai positif dalam konsepnya, pendekatan ini juga menambah beban administratif pada guru, seperti kebutuhan untuk menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), alat evaluasi, dan laporan perkembangan siswa yang lebih terperinci.
Menurut teori manajemen beban kerja, ketika beban administratif dan perencanaan meningkat tanpa dukungan sumber daya yang memadai, produktivitas guru dapat menurun. Alhasil, banyak guru merasa perlu untuk menyelesaikan administrasi di luar kelas atau bahkan meninggalkan kelas untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut, sehingga waktu tatap muka dengan siswa terganggu.
2. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Peran Ganda Guru
Kurikulum Merdeka menuntut guru untuk menjalankan peran lebih dari sekadar pengajar. Guru juga diharapkan mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar setiap siswa, yang artinya harus lebih peka terhadap dinamika dan kemajuan individu dalam kelas. Teori peran ganda (role strain theory) menjelaskan bahwa peran tambahan ini bisa membebani guru yang mungkin tidak memiliki sumber daya atau waktu yang cukup untuk mengelola semua peran dengan seimbang.
Guru yang meninggalkan kelas untuk alasan administratif seringkali merasa tertekan oleh peran ganda ini. Mereka tidak hanya bertanggung jawab atas pengajaran, tetapi juga atas pencatatan, penilaian, serta penyesuaian kurikulum bagi setiap siswa yang memerlukan perhatian khusus.
3. Evaluasi Berbasis Proyek: Tantangan Waktu dan Implementasi
Pendekatan kurikulum baru juga mengedepankan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Di satu sisi, metode ini bermanfaat karena membuat siswa lebih aktif, tetapi di sisi lain, evaluasi proyek membutuhkan waktu yang panjang dan instrumen penilaian yang beragam. Jika tidak diimbangi dengan waktu khusus atau kebijakan pengurangan jam administratif, guru mungkin terpaksa meninggalkan kelas untuk fokus pada evaluasi proyek.
Teori manajemen waktu, seperti yang dikemukakan oleh Covey dalam "7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif", menyatakan bahwa pekerjaan yang terlalu banyak tanpa prioritas yang jelas dapat mengurangi produktivitas. Tanpa alokasi waktu khusus, guru berpotensi merasa kewalahan, yang mendorong mereka untuk menyelesaikan tugas di luar kelas.
4. Kurangnya Pelatihan dan Keterbatasan Sumber Daya
Salah satu kritik terhadap implementasi kurikulum adalah kurangnya pelatihan untuk membantu guru beradaptasi dengan metode yang baru. Banyak guru yang merasa tidak memiliki kemampuan atau alat yang cukup untuk memenuhi standar baru ini. Hal ini sering kali menyebabkan guru meninggalkan kelas untuk mencari sumber daya atau berkonsultasi dengan rekan kerja, yang sebenarnya mengindikasikan bahwa mereka belum sepenuhnya siap dengan kurikulum yang ada.
Pendekatan teori kesiapan mengajar (teacher readiness) menyarankan bahwa keberhasilan implementasi kurikulum sangat bergantung pada kesiapan guru, baik secara profesional maupun emosional. Ketika guru tidak merasa siap, mereka akan mudah stres dan cenderung menghindari jam tatap muka dengan siswa.
5. Dampak Negatif terhadap Siswa
Ketika guru sering meninggalkan kelas, siswa kehilangan arah dan merasa kurang mendapatkan perhatian, yang dapat memengaruhi motivasi belajar mereka. Menurut teori keterikatan (attachment theory), interaksi positif dan keterlibatan guru secara langsung berperan besar dalam membangun rasa aman dan motivasi belajar siswa. Jika siswa terlalu sering ditinggal tanpa arahan yang jelas, ini berpotensi menurunkan minat belajar mereka dan menyebabkan ketidakstabilan dalam penguasaan materi.
6. Potensi Solusi: Pendekatan Pengurangan Beban dan Peran Teknologi
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi beban kerja guru dan meningkatkan efektivitas kurikulum. Penggunaan teknologi untuk membantu dalam pengolahan data siswa serta pelatihan khusus dalam manajemen waktu dan keterampilan administrasi dapat memberikan dampak positif. Sebagai contoh, sistem manajemen pembelajaran (learning management system) bisa membantu guru dalam menyederhanakan proses penilaian dan pencatatan, sehingga lebih efisien dalam mengelola waktu mereka.
Kesimpulan
Dengan segala tuntutan yang ada, kurikulum saat ini memang memiliki dampak signifikan terhadap beban kerja guru. Beban administratif, peran ganda, dan kebutuhan evaluasi berbasis proyek dapat menyebabkan guru merasa perlu meninggalkan kelas saat jam mengajar. Untuk meningkatkan efektivitas, penting bagi pihak berwenang untuk mempertimbangkan dukungan pelatihan dan sumber daya yang memadai bagi guru. Dengan begitu, kurikulum yang ada dapat dijalankan lebih efektif, tanpa mengorbankan kualitas interaksi guru dan siswa di dalam kelas.
#SalamLiterasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI