Indonesia harus mengubur impiannya dalam-dalam kala menjalani laga lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan mengunjungi markas Bahrain pada 11 Oktober 2024 lalu. Tampil dengan motivasi penuh demi 3 poin pertama, asa tersebut harus kandas kala skor 2-1 yang bertahan hingga menit 96 harus berakhir imbang saat Bahrain berhasil mencetak gol di menit 90+9' melalui Marhoon.Â
Dengan hasil tersebut, misi Indonesia untuk setidaknya meraih 4 poin gagal setelah di laga tandang berikutnya menghadapi China justru kalah dengan skor 2-1. Hasil seri yang didapat melawan Bahrain merupakan laga yang  menurut para pendukung Indonesia sebagai pertandingan yang berat sebelah. Pasalnya, banyak kejanggalan yang terjadi terutama dalam hal kepemipinan wasit Al-Kaf.Â
Hal tersebut terjadi kala gol kedua yang dicetak Bahrain di menit 99' dianggap tak masuk akal karena tambahan waktu yang diberikan sudah jauh melewati batas waktu yang berjalan yakni lebih dr 3 menit padahal laga tersebut tak ada insiden apapun yang berarti.
Shin Tae Yong pun bahkan sampai marah dan memberikan kritik pedas kepada Federasi Sepakbola Asia (AFC) atas keputusan wasit asal Oma tersebut yang dinilainya "bias" pada jumpa pers pasca laga. Bahkan Shin juga mengatakan bahwa, jika kualitas sepakbola di Asia ingin maju, maka mereka juga harus meningkatkan kualitas wasitnya juga.
Terlepas dari banyaknya ketidakberesan wasit Al-Kaf pada laga melawan Indonesia beberapa hari lalu, sadarkah kalian bahwa Bahrain ini memang dikenal sebagai negara yang sepakbolanya penuh kontroversi. Bahkan, dengan ditunjuknya ketua AFC yang berasal dari negara mereka maka semakin mempertegas legitimasi bahwa kontroversial Bahrain memang sengaja diatur demi memuluskan mereka agar berprestasi di persepakbolaan Asean. Benarkah demikian? Berikut adalah beberapa kontroversi negara Bahrain dalam persepakbolaan asia beberapa tahun terakhir.
1. Kemenangan 10-0 atas Indonesia: Tuduhan Manipulasi Skor
Salah satu kontroversi paling mencolok yang melibatkan Bahrain terjadi pada tahun 2012, dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2014 melawan Indonesia. Bahrain berhasil mengalahkan Indonesia dengan skor telak 10-0. Kemenangan besar ini tidak hanya mengejutkan banyak pihak, tetapi juga memicu tuduhan manipulasi skor.
Pada saat itu, Bahrain sangat membutuhkan kemenangan besar untuk meningkatkan selisih gol mereka agar bisa lolos ke babak berikutnya. Namun, kemenangan tersebut menimbulkan kecurigaan, terutama karena kiper utama Indonesia, Samsidar, dikeluarkan dari lapangan pada menit ke-3 karena kartu merah. FIFA segera menyelidiki pertandingan ini karena kecurigaan adanya manipulasi, tetapi akhirnya menyatakan bahwa tidak ada bukti cukup untuk menuduh Bahrain terlibat dalam skandal manipulasi. Meskipun demikian, publik sepak bola tetap curiga bahwa hasil pertandingan tersebut tidak alami, mengingat performa buruk Indonesia yang tidak biasa dalam pertandingan tersebut.
2. Kasus Ali Adnan: Wasit yang Dipertanyakan
Kontroversi lainnya terjadi dalam pertandingan kualifikasi Piala Asia 2010 antara Bahrain dan Irak. Dalam pertandingan ini, pemain Irak, Ali Adnan, dikenai kartu merah setelah bentrokan kontroversial dengan pemain Bahrain. Banyak penggemar dan pakar sepak bola menilai keputusan wasit dalam pertandingan tersebut sangat berat sebelah dan merugikan Irak. Pertandingan itu memicu kemarahan publik sepak bola Irak, dan menimbulkan spekulasi bahwa wasit mungkin telah diatur untuk mendukung Bahrain. Meski tidak ada bukti yang terbuka terkait hal ini, insiden ini tetap menjadi catatan gelap dalam hubungan antara Bahrain dan AFC.
3. Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa: Figur Kontroversial di AFC
Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa, seorang anggota keluarga kerajaan Bahrain, adalah figur kunci dalam sepak bola Asia dan dunia. Dia menjabat sebagai Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) sejak 2013 dan sempat mencalonkan diri sebagai presiden FIFA pada 2015. Namun, karier sepak bola Shaikh Salman tidak lepas dari tuduhan dan kontroversi.
Salah satu tuduhan terbesar yang menghantuinya adalah keterlibatannya dalam penindasan terhadap atlet-atlet yang berpartisipasi dalam protes politik selama Arab Spring di Bahrain pada 2011. Puluhan atlet dan pemain sepak bola Bahrain ditangkap, dipenjara, atau dihukum karena diduga ikut serta dalam aksi protes anti-pemerintah. Beberapa laporan menyebutkan bahwa Shaikh Salman, dalam perannya sebagai presiden federasi sepak bola Bahrain saat itu, terlibat langsung dalam penindasan tersebut, meskipun dia dengan tegas membantah semua tuduhan.
Meski akhirnya terpilih sebagai presiden AFC, masa jabatan Shaikh Salman tidak pernah lepas dari bayang-bayang kontroversi ini. Banyak pihak yang mempertanyakan integritasnya dan peran AFC dalam memfasilitasi agenda politik di balik layar sepak bola Asia.
4. Pemerintah Bahrain dan Campur Tangan dalam Sepak Bola
Bahrain telah berulang kali dikritik karena campur tangan pemerintah dalam urusan sepak bola, terutama terkait masalah politik. Setelah Arab Spring, banyak atlet yang terlibat dalam protes politik dilaporkan diperlakukan tidak adil. Pada 2016, FIFA bahkan sempat mengeluarkan peringatan kepada Bahrain agar tidak mencampuri urusan federasi sepak bola negara tersebut. Campur tangan politik semacam ini melanggar aturan FIFA yang melarang pemerintah campur tangan dalam urusan federasi sepak bola nasional, dan hal ini mencoreng reputasi sepak bola Bahrain di tingkat internasional.
Selain itu, ada laporan tentang bagaimana federasi sepak bola Bahrain diduga mendiskriminasi pemain berdasarkan pandangan politik mereka. Beberapa pemain nasional, yang terlibat dalam aksi protes atau memiliki afiliasi dengan kelompok oposisi politik, dilaporkan diabaikan oleh tim nasional meskipun performa mereka di level klub sangat baik. Hal ini semakin menegaskan adanya hubungan erat antara politik dan olahraga di Bahrain, yang bertentangan dengan prinsip fair play yang diusung oleh AFC dan FIFA.
5. Kekalahan Kontroversial di Play-off Kualifikasi Piala Dunia
Bahrain hampir lolos ke Piala Dunia dalam beberapa kesempatan, namun gagal di fase akhir, dan beberapa kekalahan mereka menimbulkan kontroversi. Salah satu insiden yang paling dikenang terjadi pada kualifikasi Piala Dunia 2006. Bahrain menghadapi Trinidad dan Tobago dalam pertandingan play-off yang penuh ketegangan.Â
Banyak penggemar Bahrain menuduh wasit membuat keputusan yang merugikan mereka, termasuk gol yang dianulir dan beberapa pelanggaran yang tidak diberikan. Meski tidak ada tuduhan resmi tentang manipulasi dalam pertandingan ini, kekalahan tersebut tetap meninggalkan rasa pahit di kalangan penggemar sepak bola Bahrain.
Pada kualifikasi Piala Dunia 2014, Bahrain juga terlibat dalam pertandingan play-off yang kontroversial melawan Selandia Baru. Kali ini, banyak yang menganggap keputusan wasit merugikan Bahrain, dan mereka gagal lolos ke Piala Dunia. Meski begitu, banyak pihak yang menilai bahwa kekalahan ini lebih disebabkan oleh performa mereka yang tidak konsisten ketimbang adanya konspirasi atau manipulasi.
6. Masa Depan Sepak Bola Bahrain
Terlepas dari berbagai skandal dan kontroversi, Bahrain tetap menjadi kekuatan yang diperhitungkan di Asia. Mereka memiliki program pembinaan pemain muda yang cukup baik dan terus berupaya memperbaiki reputasi mereka di tingkat internasional. Namun, bayang-bayang masa lalu dan tuduhan manipulasi serta campur tangan politik masih menghantui mereka.
Untuk membersihkan citra mereka, Bahrain perlu lebih transparan dalam mengelola sepak bola mereka dan memastikan bahwa politik tidak lagi ikut campur dalam olahraga. AFC juga diharapkan lebih tegas dalam menegakkan aturan dan prinsip fair play, terutama dalam mengawasi federasi-federasi yang terlibat dalam skandal seperti Bahrain.
Bahrain mungkin kecil dari segi geografis, namun "aib" yang menyelimuti sepak bola mereka telah memberikan dampak besar di level Asia. Skandal manipulasi skor, campur tangan politik, dan kontroversi wasit telah menciptakan kesan buruk di mata penggemar sepak bola. Jika Bahrain ingin menjadi kekuatan sepak bola yang dihormati, mereka harus lebih terbuka, adil, dan jauh dari pengaruh politik yang merusak integritas olahraga. AFC pun harus lebih berperan aktif dalam menjaga integritas sepak bola di Asia, dan tidak membiarkan kasus seperti Bahrain terus mencoreng reputasi sepak bola di kawasan ini.Â
#SalamLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H