Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ragam Hal yang Tak Banyak Disorot Tentang Praktik Jalannya Sistem Pendidikan di Kota-Kota Besar

25 Oktober 2024   22:00 Diperbarui: 25 Oktober 2024   22:08 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem pendidikan di kota-kota besar sering kali menjadi sorotan karena dianggap sebagai barometer bagi keberhasilan pendidikan di suatu negara. Banyak yang beranggapan bahwa kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung memiliki akses pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan daerah lain. Namun, di balik segala gemerlapnya fasilitas dan kesempatan, terdapat berbagai permasalahan dan dinamika yang jarang disorot tetapi justru berpengaruh besar terhadap jalannya sistem pendidikan itu sendiri. Artikel ini akan mengulas beberapa aspek penting yang kerap terlewatkan dalam pembahasan tentang praktik pendidikan di kota-kota besar.

 1. Kesenjangan Akses antara Sekolah Negeri dan Swasta

Salah satu isu utama yang tak banyak dibahas adalah kesenjangan akses dan kualitas antara sekolah negeri dan swasta. Di kota-kota besar, meskipun jumlah sekolah berkualitas tergolong lebih banyak dibandingkan dengan daerah rural, terdapat perbedaan mencolok antara sekolah negeri dan swasta. Sekolah-sekolah swasta elite yang memiliki sumber daya lebih baik cenderung menarik siswa dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Mereka menawarkan kurikulum yang lebih modern, fasilitas yang lengkap, dan guru-guru yang lebih terlatih. Sebaliknya, banyak sekolah negeri di kota besar masih kekurangan fasilitas, dana, dan bahkan tenaga pengajar yang mumpuni.

Menurut data dari Kemendikbud, pada tahun 2023, lebih dari 65% siswa di kota besar yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah bersekolah di sekolah negeri dengan fasilitas terbatas. Di sisi lain, sekolah-sekolah swasta hanya diakses oleh sekitar 35% siswa yang mayoritas berasal dari keluarga ekonomi mapan. Hal ini menciptakan kesenjangan pendidikan yang lebar, di mana hanya segelintir siswa dari keluarga mampu yang dapat menikmati pendidikan berkualitas, sementara sebagian besar siswa lain harus puas dengan kondisi seadanya.

 2. Tekanan Akademik yang Berlebihan

Siswa di kota-kota besar sering kali mengalami tekanan akademik yang jauh lebih berat dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Ini sebagian disebabkan oleh budaya kompetitif yang berkembang di perkotaan, di mana pendidikan dipandang sebagai satu-satunya jalan untuk meraih kesuksesan. Tekanan untuk masuk ke sekolah atau universitas ternama sangat tinggi, sehingga banyak siswa yang harus menghabiskan waktu tambahan di bimbingan belajar (bimbel), les privat, atau kursus lain di luar jam sekolah.

Sebagai dampaknya, anak-anak di kota besar memiliki waktu yang sangat terbatas untuk beristirahat atau melakukan aktivitas di luar akademik, seperti olahraga atau kegiatan sosial. Banyak siswa yang merasakan stres dan kelelahan mental sejak usia dini karena sistem pendidikan yang sangat berorientasi pada prestasi akademik semata. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2022, sekitar 45% siswa SMA di Jakarta mengaku merasa tertekan dengan beban akademik yang harus mereka hadapi, dan 30% di antaranya mengalami gangguan kecemasan atau stres akademik.

 3. Kualitas Guru dan Beban Administrasi

Tidak dapat dipungkiri bahwa guru adalah kunci utama dalam keberhasilan pendidikan. Namun, di kota-kota besar, banyak guru yang menghadapi beban kerja administrasi yang berlebihan, sehingga waktu yang mereka miliki untuk mengajar dan mendampingi siswa menjadi sangat terbatas. Sistem pendidikan di perkotaan, khususnya di sekolah negeri, menuntut guru untuk mengurus banyak pekerjaan administratif seperti penilaian, laporan, dan pengisian berbagai form online yang sering kali memakan waktu.

Di samping itu, meskipun banyak guru di kota besar yang memiliki akses ke pelatihan dan pengembangan profesional, tidak semua guru dapat memanfaatkannya secara optimal. Faktor ini diperburuk oleh tingginya rasio siswa per guru di beberapa sekolah, yang mengakibatkan guru harus menangani banyak siswa dalam satu kelas. Kondisi ini tentu berdampak pada kualitas pembelajaran yang diterima siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun