Jika kita melihat dengan seksama akhir-akhir ini, tentu anda kerap menemui ragam kejadian atau peristiwa yang viral di media sosial yang menarik untuk kita bahas. Mulai dari tindak kriminal seperti pembunuhan, pencurian, pelecehan seksual, hingga hal-hal sepele yang kerap viral di Media Sosial. Tapi sadarkah anda, secara tidak langsung jika kita melihat atau menonton tayangan dari peristiwa tersebut, kita juga akan melatih rasa kepekaan kita terhadap segala permasalahan yang terjadi di sekitar kita.Â
Permasalahan tersebut juga dapat menjadi wadah bagi kita melatih daya kritis, empati, simpati, serta kepekaan terhadap aspek lain serta sudut pandang lain sehingga kita diharapkan nantinya menjadi manusia yang mampu bermanfaat bagi orang lain. Sebelum membahas lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan kepekaan sosia, yuk simak paparan berikut ini.
Kepekaan sosial adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan merespons perasaan, kebutuhan, serta keadaan orang lain. Dalam era masyarakat modern saat ini, menumbuhkan kepekaan sosial pada anak menjadi lebih kompleks, terutama dengan kemajuan teknologi, globalisasi, dan perubahan nilai-nilai sosial yang pesat. Namun, bukan berarti tugas ini tidak mungkin dilakukan. Justru, tantangan-tantangan yang dihadapi bisa menjadi peluang untuk menciptakan generasi yang lebih empatik dan peduli terhadap lingkungan sosialnya.
 1. Tantangan Teknologi dan Media Sosial
Salah satu tantangan terbesar dalam menumbuhkan kepekaan sosial pada anak di era modern adalah penggunaan teknologi, terutama media sosial. Meskipun teknologi memberikan banyak kemudahan dalam komunikasi dan akses informasi, media sosial sering kali memfasilitasi interaksi yang dangkal dan kurang personal. Anak-anak, yang tumbuh dengan gawai di tangan mereka, cenderung lebih terbiasa berinteraksi secara virtual daripada bertatap muka. Akibatnya, mereka mungkin kurang terlatih dalam membaca isyarat non-verbal, seperti ekspresi wajah atau bahasa tubuh, yang penting dalam membangun empati.
Selain itu, media sosial juga memperburuk fenomena "filter bubble", di mana algoritma hanya menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, sehingga mereka kurang terekspos pada pandangan yang berbeda. Hal ini bisa membuat anak-anak cenderung kurang peka terhadap perbedaan sosial, budaya, atau pandangan hidup lainnya.
Namun, teknologi juga bisa menjadi alat yang efektif untuk menumbuhkan kepekaan sosial, jika digunakan dengan bijak. Misalnya, ada banyak aplikasi dan platform yang menawarkan program pendidikan yang mempromosikan nilai-nilai empati, toleransi, dan keragaman. Orang tua dan pendidik dapat memanfaatkan media ini untuk memperluas wawasan anak dan mengajari mereka pentingnya memahami sudut pandang orang lain.
 2. Globalisasi dan Identitas Budaya
Globalisasi telah membuat dunia semakin terhubung, dan anak-anak masa kini tumbuh di lingkungan yang lebih beragam secara budaya daripada generasi sebelumnya. Meskipun ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk lebih memahami perbedaan, globalisasi juga bisa menimbulkan tantangan bagi pengembangan kepekaan sosial.
Salah satu tantangannya adalah adanya kecenderungan homogenisasi budaya, di mana anak-anak mungkin kehilangan pemahaman tentang nilai-nilai dan tradisi lokal mereka. Dengan paparan budaya global yang begitu masif melalui media, musik, film, dan permainan, anak-anak mungkin lebih cenderung mengidentifikasi diri dengan budaya populer internasional daripada dengan warisan budaya mereka sendiri. Hal ini dapat mengurangi kepekaan mereka terhadap pentingnya keberagaman budaya dan identitas sosial.