Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena penurunan adab di kalangan peserta didik semakin menjadi perhatian serius di dunia pendidikan. Banyak guru, orang tua, dan pemangku kebijakan pendidikan mengeluhkan perilaku siswa yang dianggap kurang sopan, kurang hormat, dan tidak menunjukkan etika yang baik, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain, di mana perubahan sosial dan budaya mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku generasi muda.
Penurunan adab ini tidak hanya mencakup sikap tidak hormat terhadap guru dan orang tua, tetapi juga perilaku-perilaku negatif seperti ketidakpedulian terhadap teman sekelas, tindakan bullying, sikap individualistis, dan ketidakmampuan untuk menghargai perbedaan. Fenomena ini menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan karena adab adalah bagian penting dari pendidikan karakter yang menjadi fondasi pembentukan moral generasi muda.
 1. Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Adab
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan adab di kalangan peserta didik. Salah satu faktor utama adalah pengaruh teknologi dan media sosial. Pesatnya perkembangan teknologi dan penggunaan media sosial telah mengubah cara siswa berinteraksi dengan sesama, dengan guru, dan dengan lingkungan sekitar mereka. Media sosial, di satu sisi, memberikan akses yang cepat terhadap informasi dan pengetahuan. Namun, di sisi lain, media sosial juga sering kali menjadi tempat berkembangnya perilaku negatif, seperti komentar kasar, kurangnya rasa empati, dan sikap yang cenderung mementingkan diri sendiri.
Selain itu, pergeseran nilai-nilai dalam keluarga juga turut berperan dalam penurunan adab peserta didik. Dalam beberapa kasus, orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan atau aktivitas lainnya sering kali tidak memiliki cukup waktu untuk memberikan perhatian dan pendidikan moral kepada anak-anak mereka. Akibatnya, anak-anak tumbuh tanpa bimbingan yang memadai dalam hal etika, adab, dan norma sosial.
Sistem pendidikan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi fenomena ini. Beberapa pengamat pendidikan berpendapat bahwa kurikulum yang terlalu berfokus pada pencapaian akademik dan nilai ujian cenderung mengabaikan aspek pendidikan karakter. Sekolah-sekolah sering kali menempatkan nilai akademik di atas segalanya, sehingga pembentukan karakter dan penanaman adab kurang mendapatkan perhatian yang memadai.
Lingkungan sosial juga berperan penting. Di beberapa sekolah, budaya kompetisi yang terlalu ketat dapat menyebabkan siswa mengembangkan sikap egois dan individualistis. Mereka lebih fokus pada pencapaian pribadi tanpa memperhatikan pentingnya bekerja sama, berbagi, dan menghormati orang lain. Selain itu, lingkungan yang kurang memperhatikan nilai-nilai moral dan etika juga bisa menjadi tempat subur bagi berkembangnya sikap tidak beradab di kalangan siswa.
 2. Dampak Penurunan Adab dalam Dunia Pendidikan
Penurunan adab di kalangan peserta didik tidak hanya berdampak pada hubungan sosial antara siswa, guru, dan orang tua, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap kualitas pembelajaran di sekolah. Lingkungan belajar yang dipenuhi oleh sikap tidak sopan, tindakan bullying, dan kurangnya rasa hormat dapat menciptakan suasana yang tidak kondusif bagi proses belajar mengajar. Ketika siswa tidak menunjukkan sikap hormat kepada guru dan sesama, interaksi yang positif dalam pembelajaran sulit tercapai.
Motivasi belajar siswa juga dapat terpengaruh oleh lingkungan yang tidak mendukung. Siswa yang menjadi korban perilaku tidak beradab dari teman-temannya cenderung merasa terpinggirkan, kurang percaya diri, dan mengalami stres. Kondisi ini dapat menurunkan prestasi akademik mereka dan bahkan menyebabkan ketidakhadiran di sekolah.
Lebih jauh lagi, penurunan adab ini bisa berdampak pada pembentukan karakter generasi muda di masa depan. Siswa yang tumbuh tanpa didikan moral yang kuat akan kesulitan beradaptasi dengan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat, baik di tempat kerja maupun di lingkungan sosial yang lebih luas. Oleh karena itu, pendidikan adab dan karakter harus menjadi perhatian utama dalam sistem pendidikan.
 3. Solusi untuk Mengatasi Penurunan Adab
Untuk mengatasi fenomena penurunan adab di kalangan peserta didik, dibutuhkan pendekatan yang komprehensif, mulai dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini:
 a. Pendidikan Karakter yang Terintegrasi
Salah satu solusi utama adalah memperkuat pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam kurikulum, bukan hanya sebagai mata pelajaran tambahan. Guru harus didorong untuk tidak hanya mengajarkan materi akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan etika dalam setiap pelajaran. Pendidikan karakter juga harus mencakup pengajaran tentang empati, penghargaan terhadap perbedaan, dan pentingnya gotong royong dalam kehidupan sehari-hari.
 b. Peran Guru sebagai Teladan
Guru memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa. Oleh karena itu, guru harus menjadi teladan dalam hal adab dan perilaku. Keteladanan ini bisa diwujudkan melalui sikap yang penuh hormat, sabar, dan adil dalam berinteraksi dengan siswa. Ketika guru menunjukkan perilaku yang baik, siswa akan lebih mudah untuk meniru dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut.
 c. Penguatan Peran Keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama di mana anak belajar tentang adab dan etika. Orang tua harus berperan aktif dalam mendidik anak-anak mereka tentang pentingnya sikap sopan, hormat, dan menghargai orang lain. Meskipun kesibukan sering kali menjadi alasan, orang tua harus meluangkan waktu untuk membimbing dan memantau perkembangan sikap dan perilaku anak-anak mereka, baik di rumah maupun di sekolah.
 d. Penggunaan Teknologi Secara Bijak
Pengaruh teknologi tidak bisa diabaikan, tetapi penggunaan teknologi yang tepat bisa menjadi alat yang efektif dalam mendidik peserta didik tentang adab. Program literasi digital yang mengajarkan siswa tentang etika dalam berkomunikasi di dunia digital, termasuk di media sosial, bisa menjadi solusi untuk mengurangi sikap kasar dan kurang sopan yang sering terlihat di platform digital.
 e. Membangun Lingkungan Sekolah yang Positif
Sekolah harus menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter siswa. Budaya sekolah yang menghargai kerjasama, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan bisa dibangun melalui kegiatan ekstrakurikuler, program mentoring, dan kegiatan sosial. Sekolah juga harus menegakkan aturan yang jelas tentang perilaku yang diharapkan, dengan memberi penghargaan kepada siswa yang menunjukkan sikap baik dan memberi sanksi yang mendidik kepada mereka yang melanggar.
Penurunan adab di kalangan peserta didik merupakan fenomena yang serius dan memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Faktor-faktor seperti pengaruh teknologi, perubahan dalam pola asuh keluarga, dan sistem pendidikan yang terlalu berfokus pada pencapaian akademik menjadi penyebab utama dari masalah ini.
 Untuk mengatasinya, diperlukan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam memperkuat pendidikan karakter. Dengan pendekatan yang komprehensif, generasi muda dapat dibentuk menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki adab yang baik dan siap berkontribusi secara positif bagi masyarakat.
#SalamLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H