Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Persoalan Pendidikan di Sekolah Perkotaan: Antara Kualitas, Tekanan Akademik, dan Tekanan Sosial

26 September 2024   18:02 Diperbarui: 26 September 2024   18:03 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan di wilayah perkotaan sering kali diasosiasikan dengan kualitas yang lebih baik, akses yang lebih mudah, dan fasilitas yang lebih memadai dibandingkan dengan daerah pedesaan. Sekolah-sekolah di kota besar biasanya memiliki gedung yang modern, akses ke teknologi, dan guru-guru yang berkualifikasi tinggi. Namun, pendidikan di perkotaan juga menghadapi berbagai persoalan unik yang tidak kalah kompleksnya. Tekanan akademik yang tinggi, ketimpangan sosial, serta tantangan dalam mengintegrasikan teknologi dan kurikulum menjadi beberapa isu utama yang dihadapi sekolah-sekolah perkotaan saat ini. Artikel ini akan membahas lebih dalam persoalan-persoalan yang dihadapi pendidikan di kota besar dan bagaimana cara mengatasinya.

1. Tekanan Akademik yang Tinggi

Salah satu masalah yang sangat dirasakan di sekolah-sekolah perkotaan adalah tekanan akademik yang tinggi. Persaingan untuk mendapatkan nilai yang baik, masuk ke universitas ternama, serta tekanan dari orang tua dan lingkungan sosial menciptakan suasana kompetisi yang ketat di antara siswa. Kondisi ini sering kali menyebabkan stres, kecemasan, dan masalah kesehatan mental di kalangan siswa.

Tekanan ini muncul karena banyak orang tua di perkotaan menganggap bahwa pendidikan adalah jalan utama untuk mencapai keberhasilan di masa depan. Akibatnya, siswa sering kali dipaksa untuk mengikuti berbagai les tambahan atau bimbingan belajar di luar sekolah, meskipun mereka sudah menghadapi beban belajar yang berat di sekolah formal. Dalam banyak kasus, siswa lebih difokuskan pada pencapaian nilai ujian yang tinggi ketimbang pengembangan keterampilan kritis dan karakter yang holistik.

Persoalan ini semakin parah dengan adanya kurikulum yang sering kali berfokus pada aspek kognitif dan akademik. Sistem pendidikan yang masih sangat bergantung pada hasil ujian nasional atau penilaian kognitif mendorong siswa dan guru untuk lebih berfokus pada hafalan dan pemahaman jangka pendek, tanpa memberikan ruang yang cukup untuk kreativitas, inovasi, dan pengembangan keterampilan non-akademik.

2. Ketimpangan Sosial dan Ekonomi di Dalam Sekolah

Sekolah-sekolah di perkotaan juga menghadapi persoalan ketimpangan sosial dan ekonomi yang nyata. Meskipun secara umum fasilitas pendidikan di perkotaan lebih baik, namun ada kesenjangan yang mencolok antara sekolah-sekolah elite dengan sekolah-sekolah yang berada di wilayah dengan tingkat ekonomi yang lebih rendah. Sekolah-sekolah swasta elite biasanya memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya pendidikan, fasilitas teknologi yang canggih, serta tenaga pendidik yang berkualitas tinggi. Sementara itu, sekolah-sekolah negeri atau sekolah yang berada di daerah dengan populasi berpenghasilan rendah sering kali kekurangan fasilitas dan dukungan finansial.

Kesenjangan ini menciptakan disparitas dalam kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa, yang kemudian memperbesar ketidaksetaraan dalam peluang di masa depan. Siswa dari keluarga kurang mampu sering kali tidak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan tambahan, bimbingan belajar, atau fasilitas seperti perpustakaan yang memadai. Kondisi ini membuat mereka sulit bersaing dengan siswa dari keluarga yang lebih kaya.

Upaya pemerintah untuk menerapkan kebijakan zonasi dalam penerimaan siswa baru adalah salah satu cara untuk mengatasi kesenjangan ini. Kebijakan ini bertujuan agar siswa dari berbagai latar belakang sosial-ekonomi dapat belajar di sekolah yang sama. Namun, kebijakan ini masih menemui banyak tantangan di lapangan, seperti kurangnya pemerataan kualitas sekolah di berbagai wilayah kota.

3. Tantangan dalam Mengintegrasikan Teknologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun