5. Pengalaman dan Familiaritas: Bagi guru yang sudah lama mengajar, mereka telah beradaptasi dan nyaman dengan Kurikulum 2013. Mereka merasa lebih percaya diri dalam mengajar menggunakan kurikulum ini karena sudah memiliki pengalaman dan pemahaman yang mendalam.
6. Kepastian dalam Pencapaian Kompetensi: Kurikulum 2013 menetapkan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh setiap siswa, sehingga guru merasa lebih mudah memastikan bahwa semua siswa mencapai tingkat kompetensi yang sama.
Faktor-faktor ini membuat Kurikulum 2013 lebih disukai oleh guru-guru yang menginginkan kepastian dan struktur yang lebih jelas dalam proses pembelajaran.
Lantas, benarkah kurikulum k13 harusi diterapkan kembali di era pendidikan saat ini?
Meskipun banyak guru merasa Kurikulum 2013 lebih baik karena faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya, pernyataan ini tidak sepenuhnya benar atau mutlak untuk semua guru dan situasi. Kebenaran mengenai keunggulan Kurikulum 2013 dibandingkan Kurikulum Merdeka sangat bergantung pada perspektif dan pengalaman individu, serta konteks sekolah dan siswa yang mereka hadapi. Berikut adalah beberapa pertimbangan yang menunjukkan bahwa keunggulan tersebut tidak selalu berlaku:
1. Adaptasi Terhadap Perubahan: Kurikulum Merdeka dirancang untuk menghadapi tantangan dunia pendidikan yang semakin dinamis. Bagi guru yang terbuka terhadap inovasi dan pengembangan metode pembelajaran, Kurikulum Merdeka bisa jadi lebih efektif karena memberikan fleksibilitas yang lebih besar dan memungkinkan pembelajaran yang lebih relevan dengan kebutuhan siswa.
2. Kebutuhan Individual Siswa: Kurikulum Merdeka memberikan ruang bagi penyesuaian metode pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat siswa. Di sini, pendekatan yang lebih personal ini dapat lebih meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pendekatan yang lebih seragam seperti dalam Kurikulum 2013.
3. Peningkatan Kualitas Guru: Meskipun Kurikulum 2013 memberikan panduan yang lebih terstruktur, Kurikulum Merdeka mendorong guru untuk terus mengembangkan keterampilan dan kreativitas mereka dalam mengajar. Ini bisa menghasilkan peningkatan kualitas pengajaran jangka panjang, meskipun membutuhkan waktu dan usaha lebih di awal.
4. Konteks Global dan Lokal: Kurikulum Merdeka lebih responsif terhadap perubahan global dan lokal, dengan fokus pada pengembangan kompetensi abad 21 seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi. Sementara Kurikulum 2013 lebih banyak fokus pada pemenuhan standar nasional yang mungkin kurang fleksibel terhadap perkembangan terbaru.
5. Tantangan dalam Implementasi: Kekisruhan dalam penerapan Kurikulum Merdeka mungkin lebih disebabkan oleh kurangnya pelatihan dan dukungan kepada guru, bukan karena kurikulumnya sendiri kurang baik. Dengan pelatihan yang memadai, banyak guru yang akhirnya bisa mengapresiasi kebebasan yang ditawarkan oleh Kurikulum Merdeka.