Feedback dan Pengakuan: Gen Z menginginkan feedback yang konstruktif dan pengakuan atas kerja keras mereka. Mereka menghargai transparansi dalam komunikasi dan ingin merasa dihargai serta diakui atas kontribusi mereka.
Kesempatan untuk Berkontribusi: Mereka ingin memiliki suara dalam perusahaan dan berkontribusi pada pengambilan keputusan. Gen Z menghargai peran yang memungkinkan mereka untuk memberikan ide dan inovasi, serta merasa bahwa kontribusi mereka memiliki dampak nyata.
Lantas, apa yang menyebabkan Gen Z di Indonesia masih kesulitan dalam hal mendapatkan pekerjaan yang proporsional dan sesuai dengan keinginan mereka?
Gen Z di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam mendapatkan pekerjaan yang proporsional dan sesuai dengan keinginan mereka. Beberapa penyebab utama meliputi:
- Persaingan Ketat di Pasar Kerja: Jumlah lulusan baru yang terus meningkat setiap tahun membuat persaingan di pasar kerja semakin ketat. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi Gen Z untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi dan harapan mereka.
- Mismatch antara Keterampilan dan Kebutuhan Industri: Sering kali ada kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan Gen Z dengan kebutuhan industri. Pendidikan formal mungkin tidak selalu sejalan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar kerja yang terus berubah, sehingga mereka perlu terus mengembangkan keterampilan mereka secara mandiri.
- Kurangnya Pengalaman Kerja: Banyak perusahaan mencari kandidat dengan pengalaman kerja yang cukup. Namun, sebagai lulusan baru, Gen Z sering kali tidak memiliki pengalaman yang memadai, membuat mereka kesulitan bersaing dengan kandidat yang lebih berpengalaman.
- Ekspektasi yang Tinggi: Gen Z memiliki ekspektasi tinggi terhadap pekerjaan mereka, seperti fleksibilitas, makna, dan budaya kerja yang positif. Namun, tidak semua perusahaan dapat memenuhi ekspektasi tersebut, terutama di industri atau perusahaan yang masih menerapkan praktik kerja konvensional.
- Perubahan Ekonomi dan Dampak Pandemi: Kondisi ekonomi yang tidak stabil dan dampak pandemi COVID-19 telah mengakibatkan berkurangnya peluang kerja di berbagai sektor. Banyak perusahaan yang melakukan pengurangan karyawan atau pembatasan perekrutan, membuat peluang kerja semakin terbatas.
- Kurangnya Akses ke Informasi dan Jaringan: Akses ke informasi mengenai peluang kerja dan jaringan profesional yang luas sangat penting dalam pencarian kerja. Namun, tidak semua Gen Z memiliki akses yang memadai, terutama mereka yang berasal dari daerah dengan keterbatasan infrastruktur dan teknologi.
- Stigma terhadap Generasi Muda: Ada persepsi bahwa generasi muda kurang berdedikasi atau tidak siap bekerja dengan serius. Stereotip ini bisa menjadi hambatan bagi Gen Z dalam mendapatkan kesempatan kerja yang mereka inginkan.
- Keterbatasan Soft Skills: Selain keterampilan teknis, soft skills seperti komunikasi, kerja sama tim, dan kemampuan memecahkan masalah sangat penting dalam dunia kerja. Namun, banyak lulusan baru yang masih perlu meningkatkan soft skills mereka untuk memenuhi ekspektasi perusahaan.
- Kurangnya Bimbingan Karir: Tidak semua institusi pendidikan menyediakan bimbingan karir yang memadai untuk membantu mahasiswa mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja. Hal ini membuat banyak Gen Z merasa bingung atau tidak siap saat mencari pekerjaan.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, penting bagi Gen Z di Indonesia untuk terus mengembangkan keterampilan mereka, baik teknis maupun soft skills, memanfaatkan jaringan dan sumber daya yang tersedia, serta tetap fleksibel dan adaptif terhadap perubahan di pasar kerja.
#SalamLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H