Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Guru Perlu Memberikan Ranking Pada Saat Pembagian Raport?

20 Juli 2024   14:00 Diperbarui: 20 Juli 2024   14:03 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7085846/100-contoh-catatan-wali-kelas-di-rapor-untuk-sd-smp-hingga-sma)

Pemberian ranking oleh guru di sekolah telah menjadi topik yang penuh polemik dalam dunia pendidikan. Di satu sisi, ranking dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk berprestasi lebih baik, menciptakan suasana kompetitif yang sehat, dan membantu guru serta orang tua dalam mengidentifikasi siswa yang membutuhkan perhatian lebih. Namun, di sisi lain, sistem ranking sering kali dianggap tidak adil dan dapat menyebabkan stres berlebihan pada siswa, mengabaikan aspek-aspek non-akademis yang juga penting dalam perkembangan anak. 

Selain itu, fokus yang berlebihan pada ranking dapat mengurangi semangat belajar yang sejati dan menyebabkan siswa hanya belajar untuk mengejar peringkat, bukan untuk pemahaman mendalam. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan pendekatan yang lebih holistik dalam menilai perkembangan siswa, yang tidak hanya berdasarkan angka dan peringkat, tetapi juga mengapresiasi berbagai aspek kecerdasan dan keterampilan.

Lebih lanjut, pemberian ranking kepada peserta didik oleh guru memiliki relevansi yang signifikan dalam konteks pendidikan. Ranking dapat berfungsi sebagai alat motivasi yang kuat, mendorong siswa untuk mencapai potensi terbaik mereka dan menciptakan lingkungan belajar yang kompetitif namun sehat. Dengan memberikan ranking, guru dapat mengidentifikasi siswa yang unggul dalam prestasi akademik, serta memberikan penghargaan dan pengakuan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan semangat belajar mereka. 

Selain itu, ranking membantu orang tua dan siswa dalam memahami posisi akademik relatif mereka, memungkinkan mereka untuk menetapkan tujuan yang lebih jelas dan strategis dalam proses belajar. Penggunaan ranking juga memfasilitasi identifikasi siswa yang memerlukan perhatian khusus atau intervensi tambahan, sehingga dapat diberikan dukungan yang tepat waktu dan efektif. 

Namun, penting bagi guru untuk memastikan bahwa sistem ranking diterapkan secara adil dan transparan, serta memperhatikan aspek psikologis siswa agar tidak menimbulkan tekanan berlebihan. Dengan demikian, pemberian ranking yang relevan dapat menjadi alat yang berguna dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan perkembangan siswa secara menyeluruh.

Bagaimana dampak psikologis ranking bagi siswa? 

Dampak psikologis dari pemberian ranking bagi siswa dapat bervariasi, tergantung pada individu dan cara sistem ranking tersebut diterapkan. Berikut adalah beberapa dampak psikologis yang umum:

Dampak Positif

  1. Motivasi: Ranking dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih keras dan mencapai prestasi yang lebih tinggi. Melihat peringkat mereka naik dapat memberikan rasa pencapaian dan dorongan untuk terus meningkatkan diri.
  2. Kepercayaan Diri: Bagi siswa yang mendapatkan peringkat tinggi, ranking dapat meningkatkan kepercayaan diri dan rasa penghargaan diri.
  3. Penghargaan dan Pengakuan: Siswa yang berprestasi tinggi dan mendapatkan peringkat bagus sering merasa diakui dan dihargai atas usaha dan kerja keras mereka.

Dampak Negatif

  1. Stres dan Kecemasan: Siswa dapat merasa tertekan untuk selalu mempertahankan atau meningkatkan ranking mereka. Tekanan ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berlebihan.
  2. Rendah Diri: Siswa yang consistently berada di peringkat rendah mungkin merasa rendah diri dan kehilangan kepercayaan diri. Mereka mungkin merasa tidak mampu atau kurang berharga dibandingkan dengan teman-teman mereka.
  3. Kompetisi Tidak Sehat: Ranking dapat menciptakan lingkungan kompetitif yang tidak sehat, di mana siswa lebih fokus pada bersaing dengan teman-teman mereka daripada belajar untuk pemahaman dan keterampilan.
  4. Stigma Sosial: Siswa dengan ranking rendah mungkin menghadapi stigma sosial dari teman-teman atau bahkan dari guru dan orang tua, yang dapat memperburuk rasa rendah diri dan isolasi sosial.
  5. Penekanan pada Angka: Fokus berlebihan pada ranking dapat mengurangi semangat belajar intrinsik dan mengubah tujuan pendidikan menjadi sekadar mengejar angka dan posisi, bukan memahami materi pelajaran secara mendalam.

Mengingat dampak psikologis yang bervariasi, penting bagi sekolah dan guru untuk menerapkan sistem ranking dengan bijaksana. Pemberian dukungan emosional dan pembinaan yang baik dapat membantu siswa mengelola stres dan tekanan yang mungkin timbul dari sistem ranking. Selain itu, pendekatan penilaian yang lebih holistik, yang mengapresiasi berbagai aspek kecerdasan dan keterampilan siswa, dapat mengurangi dampak negatif dan memaksimalkan manfaat dari pemberian ranking.

Apa solusi alternatif untuk sistem ranking?

 

Solusi alternatif untuk sistem ranking dalam pendidikan mencakup pendekatan yang lebih holistik dan berfokus pada perkembangan individu siswa, serta penghargaan terhadap berbagai jenis kecerdasan dan keterampilan. Berikut beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan:

1. Penilaian Berbasis Kompetensi

Penilaian berbasis kompetensi menilai siswa berdasarkan keterampilan dan pengetahuan yang telah mereka kuasai, bukan dibandingkan dengan siswa lain. Ini memungkinkan siswa untuk belajar dan berkembang sesuai dengan kecepatan mereka sendiri.

Keuntungan:

  • Mendorong pemahaman mendalam dan keterampilan praktis.
  • Mengurangi tekanan kompetitif dan fokus pada perkembangan individu.

2. Portofolio Siswa

Portofolio adalah kumpulan karya siswa yang menunjukkan perkembangan dan pencapaian mereka selama periode waktu tertentu. Ini mencakup berbagai jenis karya seperti esai, proyek, dan presentasi.

Keuntungan:

  • Memberikan gambaran menyeluruh tentang kemampuan dan bakat siswa.
  • Memungkinkan siswa untuk melihat dan merefleksikan perkembangan mereka sendiri.

3. Penilaian Formatif

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan secara berkelanjutan selama proses belajar mengajar. Ini bertujuan untuk memberikan umpan balik konstruktif dan membantu siswa meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka.

Keuntungan:

  • Fokus pada proses belajar, bukan hanya hasil akhir.
  • Membantu siswa dan guru mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki secara tepat waktu.

4. Evaluasi Deskriptif

Evaluasi deskriptif memberikan laporan kualitatif tentang kinerja siswa, termasuk kekuatan dan area untuk perbaikan, tanpa memberi peringkat numerik.

Keuntungan:

  • Mengurangi stres dan kecemasan yang berkaitan dengan angka atau peringkat.
  • Memberikan umpan balik yang lebih detail dan bermanfaat bagi perkembangan siswa.

5. Pembelajaran Berbasis Proyek

Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa bekerja dalam proyek jangka panjang yang melibatkan penelitian, perencanaan, dan presentasi. Penilaian didasarkan pada hasil akhir proyek serta proses yang dilalui siswa.

Keuntungan:

  • Mendorong keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas.
  • Memberikan pengalaman belajar yang lebih relevan dan bermakna.

6. Pembelajaran Berbasis Tematik

Penilaian ini mencakup berbagai mata pelajaran yang digabungkan dalam tema tertentu, memungkinkan siswa untuk melihat keterkaitan antara berbagai disiplin ilmu.

Keuntungan:

  • Mendorong pemahaman holistik dan integrasi pengetahuan.
  • Mengurangi fragmentasi pembelajaran dan membuatnya lebih relevan.

7. Konferensi Siswa-Guru-Orangtua

Konferensi ini melibatkan diskusi antara siswa, guru, dan orang tua untuk membahas perkembangan, pencapaian, dan tujuan belajar siswa. Ini memungkinkan evaluasi yang lebih personal dan terarah.

Keuntungan:

  • Melibatkan semua pihak dalam proses penilaian dan pengambilan keputusan.
  • Meningkatkan komunikasi dan pemahaman antara siswa, guru, dan orang tua.

Dengan mengadopsi pendekatan-pendekatan ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan mendukung, yang menghargai berbagai aspek kecerdasan dan keterampilan siswa, serta mengurangi tekanan yang mungkin timbul dari sistem ranking tradisional.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun